40. Diktair Chapter Empat Puluh : Salah Paham Lagi

13.3K 1.6K 148
                                    

"Perasaan satu orang akan tetap kalah, sama dua orang yang saling mencintai."
-Radikta Prayoga-

Note: Sebelum baca jangan lupa vote dan sesudah baca tinggalkan Komentar, itu cukup buat author semangat untuk melanjutkan cerita ini🐣

****

"DIKTA BERHENTI!"

Airsya berteriak ketika ia sudah memasuki markas singaschool, ia menyuruh Dikta untuk menghentikan pertikaian ini, padahal bukan Dikta yang memulai.

"DIKTA!"

Airsya mendekat ke arah Dikta yang mencoba melawan pukulun Agas terhadapnya.

Bught!

Bukannya membantu Dikta, Airsya malah menendang tubuh Dikta hingga terjatuh ke lantai.

Dikta memegang perutnya yang keram akibat tendangan Airsya yang begitu kencang.

"Ca, lo belain Agas?" Dikta menatap Airsya dengan tatapan tak percayanya.

"Jelas gue belain Agas! Lo itu traubelmaker, kalau lo lagi ada masalah sama bokap lo, jangan ngerembet kayak gini , dong!"

Dikta menggelengkan kepalanya, rasa sakit ini kalah sama rasa kecewa yang ada di hatinya. Apakah Airsya tak pernah menyadarinya, Dikta seperti ini karena membelanya?

Ya, Airsya memang tidak pernah mengetahui tentang kejadian tiga tahun silam. Dimana Dikta membunuh dua belas pria yang mau mencoba memperkosanya, ia sengaja menutupi itu semua dari Airsya, ia hanya tidak ingin Airsya marah dan membencinya, sekalipun itu untuk melindungi Airsya.

"Kenapa lo diem? Baru ngerasa salah?!" Bentak Airsya lagi.

Dikta tidak menjawab, ia menundukan kepalanya. Bahkan untuk menatap Airsya saja Dikta tak sanggup, apalagi jika Airsya mengetahui kalau saat ini cairan bening mengalir dari kelopak matanya.

"JAWAB GUE!"

Airsya mencoba mendongkakan wajah Dikta dengan kedua tangannya, tapi tiba-tiba ia terdiam melihat Dikta yang menangis.

Bukannya ini kesalahan Dikta? Kenapa justru Dikta yang menangis? Pertanyaan itu hadir di benaknya.

Dikta menepis tangan Airsya dengan pelan. "Ca, gue emang punya masalah sama bokap gue. Tapi, gue nggak sepengecut itu, melampiaskannya dengan cara seperti ini."

"TERUS MASALAH LO APA? KENAPA SIH, LO SELALU BIKIN MASALAH? NGGAK SAMA GUE, SAMA JUNO GERRI, DAN SEKARANG AGAS! MAU LO APA?"

Dikta mencoba untuk tersenyum. "Ca, gue nggak pernah cari masalah sama orang."

"TERUS INI NAMANYA APA?!"

"Gue cuma mau belain lo."

"Belain gue dari mananya? Hah?!"

"Gue nggak bisa jelasin semuanya, tapi suatu saat lo pasti ngerti apa yang terjadi sekarang."

"Omongan lo berbelit-belit! Mulai sekarang lo berhenti so peduli sama gue, lo harus tau gue bisa tanpa lo jagain!"

Dikta diam.

Airsya menunjuk Dikta. "Gue benci sama lo!"

"Ca..." lirih Dikta.

Airsya membantu Agas, merangkulkan tangannya Agas ke pundaknya. "Gas, lo gapapa, kan?"

Dengan pelan Airsya membawa Agas keluar dari markas Singaschool.

Juno menepuk pundak Dikta. "Gue pasti bantu jelasin ke Eca, lo tenang aja."

Juno membantu Dikta untuk berdiri, tenaga Dikta seluruhnya terkuras habis, hingga tak sanggup untuk mengangkat tubuhnya sendiri. Mereka berjalan keluar dari markas, melewati beberapa Anggota Singa yang menatapnya dengan tajam.

DIKTAIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang