4. Diktair Chapter Empat : Rumput SMA

32.3K 3.1K 72
                                    

"Selama dia gak makan orang, menurut gue dia baik."

-Airysa Febrianti-

****

Airsya seharian tiduran di kelas, rasanya ia malas sekali untuk keluar kelas, padahal sudah jamnya istirahat. Airsya lebih memilih memainkan ponselnya mengscrool beranda instagramnya, tetapi baru saja ia memainkan, ponselnya sudah ia taruh lagi di saku bajunya.

Airsya sudah muak dengan drama keluarga teman-teman di instagramnya, hanya pamer seolah-olah keluarga mereka paling Bahagia.

Tapi sungguh, Airsya tidak iri melihat keluarga mereka Bahagia, sama sekali tidak. Justru Airsya melihatnya kesihan, selalu ada drama yang disertai gimmick menjijikan sekali menurutnya!

"Woy!" teriak Dikta dari luar kelas.

"Anjing lo! Bikin gue jantungan aja, kalau gue mati mau gantiin nyawa gue?" umpat Airsya disertai pertanyaan.

"Harga diri aja nggak punya lo, apa lagi harga nyawa." Dikta terkekeh puas meledek Airsya.

"Enak aja lo! Harga diri gue itu mahal, lo aja nggak akan pernah mampu buat beli gue!"

"Dua ribu dua malam kan, lo?" Dikta mengedipkan matanya.

Airsya menatap Dikta dengan tajam, ia memukul-mukul pundak Dikta, membuat Dikta semakin membesarkan tawaannya.

"Udah Ca, udah sakit ish lama-lama," rengek Dikta.

"Abisnya lo ngeselin jadi manusia!" Airsya mengehentikan pukulannya

"Keluar yu, ngandang mulu lo kayak ayam mau beranak." Ajak Dikta pada Airsya

"Males gue, lo aja sana!" kata Airsya menolak tanpa halus.

Dikta menghampiri Airsya, lalu duduk disebelahnya Airsya, "Lo kenapa? sakit?" tangan Dikta menyentuh keningnya Airsya.

Bukannya menjawab Airsya justru tertawa, "Siapa yang sakit?"

"Lo lah, Ca!" kata Dikta.

"Udah sana lo keluar aja!" Suruh Airsya dengan ketus.

"Gue punya ini." Dikta mengeluarkan satu bungkus rokok dari saku celannaya.

Airsya menatap Dikta, lalu ia tersenyum, "Tau aja lo mulut gue asem."

"Yaudah tapi keluar kelas, ya?"

"Yaiyalah masa ngerokok di kelas, cari mati lo?" Airsya keluar kelas duluan, meninggalak Dikta yang masih duduk.

Dikta tersenyum, ia menggelengkan kepalanya, lalu mengikuti Langkah kaki Airsya dari belakang.

Airsya dan Dikta memang sudah terbiasa dengan yang Namanya rokok, apalagi Airsya yang memang sudah candu dari semanjak pertama kali mencobanya, waktu jaman SMP.

Dikta dan Airsya memilih rooftop sekolah untuk mennghisap rokok, kalau kata Dikta sambil menikmati indahnya pemandangan cewek-cewek yang berlalulalang dari atas Rooftop.

"Ca, kenapa ya cewek SMA kita pada cantik-cantik, gue jadi bingung mau milih yang mana," kata Dikta, lalu Kembali menghisap rokok yang berada ditangannya.

Airsya tertawa, "Emang ada yang mau sama lo?"

"Wah parah lo! Gini-gini juga gue banyak yang ngantri, gue sih kesihan aja sama lo. Nanti lo jomblo sendiran, jadi ya gue tolakin semuanya," kata Dikta dengan sombognya, sambil tertawa.

"Alesan! Bilang aja lo jomblo ngenes." Airsya Kembali menghisap rokoknya, lalu mengeluarkan asapnya dengan perlahan.

"Jadi, gue boleh nih punya pacar?"

DIKTAIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang