9. Diktair Chapter Sembilan : Hukuman Part Dua

22.1K 2.2K 75
                                    

Dikta, Juno, Gerri memang manusia paling aneh, paling konyol, tetapi dengan tingah aneh dan kekonyolnya mereka, mampu membuat gue selalu punya alasan untuk bertahan hidup, di tengah ketidak warasan dunia gue."
-Airsya Febrianty-

****

Setelah menyelesaikan hukuman pertama dari pak Samir, Dikta dan Airsya langsung bergegas melanjutkan hukuman ke dua, yaitu membersihkan tempat pembuangan sampah sekolah yang berada di belakang sekolah.

Airsya mencapit hidungnya dengan tangan kananya, "Dik, bau banget!"

Sedari tadi Airsya terus saja mengeluh, lagi pula bagaimana Airsya tidak mengeluh, sampah yang berada di tempat sampah ini, sangatlah penuh dengan sampah.

"Yaudah sih kerjain aja, dari tadi lo ngomel terus!" kata Dikta.

"Lagian gue bingung, kenapa ada tempat sampah segede ini di belakag sekolah? Pantes saja kelas lo bau." Airsya terus saja mengeluh.

Karena kebetulan belakang kelas Dikta itu halaman sekolah, yang menjadi tempat pembuangan sampah sekolah.

"Enak aja lo ngatain kelas gue bau!" umpat Dikta.

Airsya terkekeh, "Gak Cuma kelasnya juga sih, tapi murid-muridnya."

"Lo ngatain gue bau?"

"Bukan gue ya yang ngomong," Airsya tertawa.

"Oke mari kita sama-sama bau," Dikta tersenyum dengan licik, sepertinya Dikta mempunyai ide bagus.

Benar saja Dikta langsung melempar segumpelan sampah yang berada digenggaman tangannya, kepada Airsya. Sampah itu Tepat menganai wajah Airsya, sampai tidak kelihatan lagi kulit putih Airsya.

"DIKTAAA!!" Teriak Airsya sangat keras.

Dikta tertawa dengan puas, melihat Airsya yang sudah di penuhi oleh sampah yang menyatu dengan tubuhnya Airsya.

"Biar sama-sama bau, kan kita temenan." Dikta mencoba menahan tawanya.

Airsya yang tidak mau kalah langsung melemparkan sampah juga kepada Dikta, begitupun dengan Dikta. Bukannya mengerjakan hukuman mereka berdua malah memainkan sampah, hingga bercerakan di sekitar tempat sampah.

Gerri dan Juno yang baru saja keluar kelas bingung melihat tingkah Dikta dan Airsya, memainkan sampah seolah itu tidak jorok.

"Lo berdua udah gak punya otak atau gimana ya?" ledek Juno sambil tertawa.

"Otaknya lagi digadein kayaknya Jun," Gerri juga ikut tertawa melihat tingkah konyol kedua sahabatnya itu.

Dikta dan Airsya langsung menghentikan aktivitas melempar sampahnya, mereka berdua saling lirik satu sama lain. Entah sudah direncanakan atau tidak, keduanya langsung melempar Juno dan Gerri dengan sambah.

"ANJIRRTT!!" Umpat Gerri dan Juno bersamaan.

Airsya dan Dikta tertawa dengan puas, melihat Gerri dan Juno yang ikut terkena sampah akibat ulah mereka berdua.

"Kita kan sahabat, kalau gue sama Eca bau, lo juga harus bau. Iya, gak ca?" Dikta mengedipkan sebelah matanya kepada Airsya.

"Yaiyalah, sahabat itukan susah seneng bareng," jawab Airsya, sambil terus tertawa.

Juno membersihkan sampah yang menempel di rambutnya, sampahnya basah jadi susah lepas di rambut Juno, "Aduh kemaren gue abis perawatan rambut lagi, angus deh uang sepuluh juta gue."

Airsya Kembali melemparkan sampah kepada Juno, "Makan tuh sepuluh juta!"

"Ca!, uang bulanan gue menipis." Juno kesal.

DIKTAIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang