28. Diktair Chapter Dua Puluh Delapan : Rahasia Agas dan Sindy

12.9K 1.4K 92
                                    

"Pertama, gue ambil sahabatnya. Kedua gue buat dia jatuh cinta sama lo, buat dia patah hati dan membunuh dirinya sendiri. Jadi, gue nggak perlu cape-cape ngotorin tangan gue."
-Ragaspati Nugraha-

****

"Aku kayaknya nggak bisa lanjutin, Gas."

Agas yang lagi memegang sebotol minuman lansung melemparkan botol itu kesembarang arah, Ketika mendengar perkataan Sindy.

"Maksud kamu apa?" Agas menatap Sindy dengan tajam.

Sindy menundukan kepalanya. "Aku nggak bisa, Gas."

"Lo udah beneran jatuh cinta sama Dikta?" Agas tertawa dengan sinis.

"Dikta terlalu baik untuk aku sakitin."

"KALAU SI DIKTA BAIK, DIA NGGAK AKAN BUNUH ABANG GUE!" teriak Agas tepat di telinga Sindy.

Sindy diam, ia tahu bagaimana ujungnya jika Agas sedang marah atau emosi.

Agas mencengkram rahang Sindy dengan begitu kasar. "Dengerin aku! Kalau kamu nggak mau bantuin aku, kita putus!"

"Iya aku mau bantuin kamu."

Agas tersenyum dengan penuh kemenangan. "Kamu memang pacar yang baik, jadi nggak sabar nikahin kamu, Sin." Agas mengelus rambut Sindy, namun tidak selembut Dikta.

"Tapi, emang nggak ada cara lain? Kenapa harus dengan membuat Dikta jatuh cinta sama aku?"

Ya, Sindy memang disuruh Agas untuk membuat DIkta tertarik dan jatuh cinta terhadapnya.

Agas tersenyum dengan sinis. "Bisa aja gue habisin nyawa dia dengan tangan gue sendiri. Tapi, lebih seru kalau dia membunuh dirinya sendiri."

"Maksud kamu?" Sindy tak mengerti dengan jalan pikiran Agas.

Agas menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Pertama, gue ambil sahabatnya. Kedua gue buat dia jatuh cinta sama lo, buat dia patah hati dan membunuh dirinya sendiri. Jadi, gue nggak perlu cape-cape ngotorin tangan gue."

"Sebenci itu kamu sama Dikta?"

Agas tertawa dengan senyum liciknya. "Ya, gue mau Dikta membayar atas semua perbuatan kejinya sama abang gue."

"Tapi, bukannya itu salah abang kamu duluan? Abang kamu dan kesebelas temennya yang hampir memper—"

Agas menjambak rambut Sindy dengan kasar. "Kalau lo ngata-ngatain abang gue lagi, gue pastiin mulut lo nggak akan bisa ngomong lagi!"

Butiran air bening, keluar dari kelopak mata milik Sindy. Ya, Sindy menangis. Lagi-lagi Agas memperlakukannya dengan kasar, tapi memang dari semenjak kepergian abangnya, Agas selalu seperti ini emosian dan kasar.

"Maaf, bukan gitu maksud aku. Kamu tahu sendiri kan kalau aku lagi marah? Aku suka nggak ngontrol emosi aku." Agas menyeka air mata Sindy yang terus mengalir tak berhenti.

Sindy mencoba untuk terseyum dan Kembali memaafkan kesalahan Agas yang sama, karena ini bukan yang pertama kalinya.

"Iya," kata Sindy.

Agas memeluk Sindy, mendekapnya dengan begitu erat, seakan ia tidak ingin melepaskannya. "Agas sayang sama kamu, Sin."

Agas sebetulnya menyayangi Sindy tetapi rasa bencinya terhadap Dikta jauh lebih besar, ia terpaksa melakukan semua rencana jahatnya untuk Dikta.

Agas hanya ingin membalaskan dendam kakaknya yang Bernama Barhan, tiga tahun silam Barhan di bunuh oleh Dikta. Bahkan, Agas melihatnya sendiri, bagaimana Dikta terus memukuli Barhan yang sudah sekarat. Ya, peristiwa dua belas orang yang hampir memperkosa Airsya itu salah satunya Barhan.

DIKTAIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang