32. Diktair Chapter Tiga Puluh Dua : Posesif?

12.7K 1.3K 65
                                    

"Kalau gue nyoba cinta sama lo. Lo mau gak, nyoba buat cinta sama gue juga?"
- Radikta Prayoga -

****

"Nih, celananya." Agas menyodorkan celana hitam yang ia pegang.

"Aku udah dapet, Gas." tolak Airsya, dengan tidak enak.

Agas melirik celana yang di pakai Airsya. "Aku telat, ya?"

"Nggak kok, tadi jadwalnya aja yang mepet," Airsya tersenyum.

Padahal kenyataannya Agas memang telat, untung saja ada Dikta yang meminjamkan celananya.

Sebenarnya Airsya kesal, karena Agas tidak secepat Dikta dalam mengambil Tindakan, sampai Dikta rela mempermalukan dirinya sendiri.

"Siapa yang minjemin?" Tanya Agas.

"Dikta."

Mendengar nama Dikta, tangan Agas terlihat mengepal. "Aku yang anterin kamu pulang, kan? Bukan Dikta?"

Airsya terkekeh. "Iya kamu, kok. Kamu kenapa, sih?"

"Aku nggak suka kamu deket-deket sama Dikta!" ucap Agas dengan Tegas.

"Kamu cemburu?" Airsya tertawa pelan.

"Aku lagi nggak becanda! Kalau kamu masih mau jadi pacar aku, jauhin Dikta!"

Airsya diam, ia baru pertama kali mendengar Agas membentaknya seperti ini, terkesan menyeramkan karena wajah Agas terlihat tanpa ekspresi. Namun, pemikiran Airsya masih sama, mungkin Agas hanya cemburu dan terbawa suasana. Lantas bagaimana jika memang sikap asli Agas itu temperamental?

Agas menatap Airsya dengan tajam. "Denger aku, nggak?!"

Bentakan Agas membuyarkan lamunannya, Airsya menggangguk. "Iya."

"Yaudah nanti kalau udah bel, aku jemput kamu di kelas. Ganti celananya, balikin ke Dikta."

"Iya, Agas."

"Aku masuk kelas dulu." Agas pergi tanpa meninggalkan senyum di kedua sudut bibirnya.

Airsya menatap punggung Agas, ia tersenyum. Mungkin, ini baru tahap pertama pengenalan karakter Agas. Semoga, kedepannya Agas tidak seperti ini. Karena jujur, Airsya tidak suka di bentak apalagi bukan salahnya.

"Lo kenapa?" Tanya Senna menepak Pundak Airsya.

"Gapapa, gak enak badan aja gue."

Senna melipat kedua tangannya yang ia taruh di dada. "Lo nggak bisa bohongin gue, Ca."

"Emang kalau punya pacar, nggak boleh deket-deket lagi ya sama sahabat cowok?"

Senna tertawa mendengar Airsya berbicara seperti itu. "Itu mah pacar lo nya aja yang terlalu posesif! Btw, lo pacaran sama siapa? Dikta, ya?"

Airsya terkejut. "Hah? Nggak, lah! Ngaco."

"Ya, siapa tahu aja gitu. Berati kalau Dikta bukan pacar lo, itu artinya pacar lo yang nyuruh lo jauhin Dikta?"

"Menurut lo?"

Senna tertawa lagi. "Nggak yakin, sih. Lo jauhin Dikta, secara lo itu kan ketergantungan banget sama Dikta."

"Enak aja! Gue juga bisa tanpa Dikta, lihat aja nanti."

Senna mengangguk-anggukan kepalanya. "Ya, deh. Gue percaya, tapi masih kurang yakin sih."

"Harusnya lo sebagai sahabat gue, dukung gue. Bukan malah nggak percayaan sama gue."

"iya-iya. Tapi, pacar lo nggak nyuruh gue Febby sama Rena buat jauhin lo, kan?"

DIKTAIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang