RaSa |• 50

Mulai dari awal
                                    

Zergio tau, tujuan Rafa saat ini pastilah Apartemennya sendiri untuk menemui istrinya. Entah ingin memeluk istrinya agar emosinya mereda, ataukah justru melampiaskan emosinya pada wanita yang sangat ia cintai itu.

Zergio langsung membawa Ghea mengikuti langkahnya. Menyusul Rafa yang sudah melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Tak cukup sepuluh menit, mobil Zergio telah terparkir tepat di samping mobil Rafa yang sudah sampai duluan.

Tanpa kata, kedua pasangan suami istri itu langsung memasuki lift menuju lantai paling atas.

Ghea terus meremas tangannya sendiri, membuat Zergio menggenggamnya hangat. Sejujurnya, ia juga sama khawatirnya dengan sang istri, tapi Zergio lebih bisa mengendalikannya.

Kemarahan Rafa bisa membuat mereka cukup kaget. Selama ini Rafa tidak pernah seemosi itu. Karena itulah, Zergio yang biasanya menanggapi dengan santai, kini malah ikut cemas.

Begitu sampai di unit Apartemen Rafa, Zergio langsung mengetikkan sandi Apartemen yang tidak pernah dirubah oleh Rafa.

Brak!

Ghea berjengit kaget hingga refleks mundur ke belakang Zergio saat baru masuk dan mereka disambut dengan suara bantingan pintu.

"K-kak." Zergio merangkul Ghea dan membawanya masuk ke dalam. Sejujurnya ia tidak mau jika Ghea melihat pertengkaran Sasa dan Rafa.

"BANGSAT!"

Ghea langsung berbalik menenggelamkan wajahnya di dada Zergio saat melihat Rafa membanting barang-barang dengan kasar. Sedangkan tak jauh dari sana, ada Sasa yang berdiri dengan punggung menempel di dinding.

"Sadar gak sih sama perbuatan lo?!" Tidak ada bentakan, Rafa masih menahan diri agar tidak kelepasan membentak istrinya meskipun ia sangat marah.

Tapi... Perubahan gaya bicara itu, berhasil membuat Sasa mendongak dan menatap suaminya tak percaya.

"Ini semua gara-gara lo!! Sabar dikit bisa gak sih?!"

Sasa agak terkejut dengan suara Rafa yang sedikit naik. Tapi wanita itu kemudian tersenyum miring. "Jadi kamu udah tau? Syela ngadu gitu? Cih, udah beban, tukang ngadu lagi."

Tangan Rafa terkepal mendengar ucapan Sasa. Tidak, Rafa bukan marah karena hinaan Sasa pada Syela. Tapi Rafa marah akan perubahan sikap Sasa yang mulai menjauh dari Sasa-nya.

"ASAL KAMU TAU, RAF! AKU GAK PEDULI, APAPUN PENYAKIT SYELA. BIAR DIA MATI SEKALIPUN AKU GAK PEDULI!"  Wajah Sasa memerah karena emosi. "Dan inget, AKU BUKAN CEWEK YANG GAMPANG TUNDUK!!"

Rafa terkekeh miris mendengar teriakan Sasa. "Lo sadar gak sama perkataan lo?"

"SADAR BANGET! SYELA EMANG---"

"SYELA KRITIS SASA! ITU SEMUA GARA-GARA LO!!" bentak Rafa menyela teriakan Sasa.

Prang!

Mata Rafa memerah. Ia melempar vas bunga ke lantai. Tidak, ia masih waras untuk tidak membuang vas bunga kaca itu di depan istrinya yang bisa saja terluka.

"Asal lo tau! Gue.... Gue udah berusaha, Sa! Tapi apa? Bahkan penjelasan gue gak mau lo denger."

Sasa menunduk, ia kaget dengan aksi Rafa barusan. "Kamu aja nyembunyiin banyak hal dari ak---"

"Oke. Gue emang salah. Tapi gak semudah itu nyeritain semuanya, Sa. Dan di saat gue udah bisa, lo malah ngencengin ego, saat gue berusaha nekan diri gue sendiri demi lo!"

Ya, Rafa bukan tidak mau menjelaskan semuanya pada Sasa. Dua tahun lalu, Rafa pernah mencoba bunuh diri karena frustasinya akan semua masalah yang datang bertubi-tubi.

Tentang RaSa |• [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang