RaSa |• 10

20.1K 2.2K 421
                                    


Vote nya belom sampe 1k
Tapi yaah, gapapa deh

Happy Reading 🌹

_______

Rafa dan Sasa saling menatap dalam.

"Konsekuensi?"

Rafa menghela nafas pelan. Tangannya terangkat untuk mengelus pipi Sasa. Kebiasaan yang begitu ia rindukan.

"Aku jelasin semuanya. Kamu bisa mutusin mau tetap atau pergi setelahnya," ucap Rafa yang tidak menjawab pertanyaan Sasa.

Laki-laki itu tiba-tiba berdiri dan menarik tangan Sasa yang tentu saja menurut. Ia membawa Sasa kembali ke kamarnya.

Begitu mereka telah berada di dalam kamar yang didominasi warna gelap itu, Rafa beralih berdiri di belakang Sasa.

Berbeda dengan Sasa yang tersenyum kecil dengan mata berkaca-kaca melihat isi kamar Rafa.

Isakan perlahan terdengar dari mulut Sasa. Hal itu membuat Rafa beralih memeluk Sasa dari belakang, dan menenggelamkan wajahnya ke perpotongan leher Sasa.

"Maafin aku Sa. Maafin aku yang gagal pertahanin hubungan kita," bisik Rafa dengan suara teredam.

"Jadi selama hikss ini.... Gak ada kan Raf? Hikss empat tahun itu... Enggak kan?"

Sasa bertanya dan beralih memandang Rafa yang kini menjauhkan wajahnya. Pria itu menyeka air mata Sasa dengan lembut.

Cup

Mata Sasa terpejam ketika Rafa mengecup keningnya. Hingga tiba-tiba Rafa kembali menarik tangan Sasa.

Rafa membawa Sasa agar duduk di atas ranjangnya. Sedangkan Rafa beralih duduk di belakang Sasa. Memeluk gadis itu dari belakang.

Membiarkan punggung Sasa bersandar pada dada bidangnya. Sedangkan ia bersandar pada kepala ranjang.

Rafa juga beberapa kali mendaratkan kecupan pada puncak kepala Sasa.

"Syela.... Dia bisa dibilang temen kecil aku. Dia besar di Berlin."

Sasa tetap bungkam. Tangannya mengelus lengan Rafa yang melingkari perutnya.

"Waktu berangkat ke Oxford, aku emang niat kuliah kedokteran. Tapi Papa gak ijinin. Gak ada yang bisa nerusin perusahaannya kalo aku jadi dokter," bisik Rafa tepat di telinga Sasa.

Sasa bergerak untuk menoleh dan menatap wajah Rafa. Sedangkan mata Rafa tidak beralih sedikitpun dari wajah Sasa. Lelaki itu terus menatap mata Sasa dengan begitu intens.

Tangannya terangkat untuk mengelus pipi Sasa. "Aku sama Syela dijodohin. Orang tua Syela meninggal karena kecelakaan pesawat empat tahun yang lalu."

Rafa bisa melihat wajah terkejut Sasa. Memang, selama ini Sasa tidak pernah tau tentang orang tua Syela.

Karena Sasa yang sifatnya cuek, ia tidak pernah menanyakan hal itu. Terlebih, ketika mereka tidak sengaja membahas tentang orang tua, Syela selalu mengalihkan pembicaraan dengan wajah sedih.

Saat itu, Sasa pikir jika keluarga Syela mungkin tidak begitu akur. Jadilah Sasa tidak pernah menanyakan apa-apa tentang keluarga Syela. Lagipula, Sasa juga bukan perempuan yang berkepribadian kepo. Ia terlalu tidak peduli dengan sekitar.

Kecuali sesuatu yang berkaitan dengannya. Maka Sasa tidak akan pernah menyerah untuk mencari tahu. Seperti masalahnya dengan Rafa. Akhirnya ia bisa membuat Rafa mau bercerita padanya.

Tentang RaSa |• [TERBIT]Where stories live. Discover now