RaSa |• 35

12K 1.7K 448
                                    

Hay Hay!!
Gimana kabarnya hari ini?

Alhamdulillah bisa up hari ini. Semoga besok-besok bisa up cepet wkwk

Jangan lupa vote & coment♥️

Happy Reading 😍

•••

"Ya udah, aku mau ke butik. Baju kamu udah aku siapin. Kamu sarapan di sana kan?"

Telepon genggam Sasa terjepit di antara telinga dan bahunya. Sedangkan tangannya bergerak dengan lincah memakai sepatu.

"Iya. Aku udah di jalan pulang."

"Tapi aku gak ada di Apart. Udah mau berangkat soalnya. Pagi ini ada pelanggan dari salah satu pengusaha."

"It's okay. Hati-hati, i love you."

Tut Tut!

"I love you too. Padahal belum gue bales. Ngeselin emang," gerutu Sasa karena Rafa memutuskan sambungan telepon sepihak dan tiba-tiba.

Menggedikkan bahunya acuh tak acuh. Sasa segera keluar dari Apartemen yang ia tempati bersama Rafa, kemudian menghampiri Nanda yang menunggunya di depan Apartemen gadis itu sendiri.

"Telat gak nih?"

"Belum. Buruan!" Sasa mengangguk dan segera ikut berlari menyusul Nanda yang tampak panik tapi berusaha terlihat tetap tenang.

"Rafa belum pulang?" tanya Nanda ketika keduanya telah masuk ke mobil milik Sasa.

"Lagi di jalan," jawab Sasa sebelum melajukan mobilnya dengan sedikit cepat, mengejar waktu.

Bertepatan dengan perginya Sasa, Rafa akhirnya sampai di Apartemen. Pria itu pun buru-buru bersiap untuk ke kantor. Ada begitu banyak pekerjaan, dan Dion sempat menelfon karena mereka akan mengadakan rapat dadakan. Seorang klien dari luar negeri karena mereka tengah berada di Indonesia saat ini. Dan siang nanti harus kembali meninggalkan Indonesia.

Semalam, Rafa memang pulang ke Mansion Ganendra. Tapi ia sempat ke kamarnya dan meminum obat penenang lagi sebelum menuju kamar Noah. Anak itu ingin tidur dengannya.

Paginya, ia telat bangun. Bahkan Rafa melewatkan sarapan dan memilih langsung pulang. Tentunya setelah berpamitan pada Bunda Dela. Sedangkan Noah sudah ke sekolah duluan. Sedangkan untuk pamit pada Neal dan Syela? Rafa menghindari mereka.

"Siapa sih yang tiba-tiba dateng sepagi ini di butik?" gerutu Sasa dalam perjalanan mereka.

"Mata lo pagi, ini udah jam 9," jawab Nanda memutar bola matanya malas.

"Pelanggan penting nih. Bisa-bisanya kita buat dia nunggu," keluh Nanda terlihat sangat gelisah.

Sasa sih terlihat santai saja. Terlebih butik mereka sudah berjarak cukup dekat. Menghitung sampai lima, mobil Sasa sudah terparkir rapi di depan parkiran butik miliknya.

"Mana pelanggannya?" cerca Nanda pada salah satu karyawan di sana ketika mereka telah masuk.

"Beliau menunggu di ruangan Bu Sasa," jawab karyawan perempuan itu, yang usianya bisa dibilang setahun di bawah Sasa.

"Di ruangan saya?" sahut Sasa dengan wajah datar.

"Iya Bu," jawab Nina--karyawan--dengan sopan.

Sasa mendengus. Memangnya pelanggannya kali ini sekaya apa sih? Kenapa juga harus di ruangan Sasa langsung ia menunggu? Padahal sudah disediakan ruang tunggu untuk para pelanggan.

Tentang RaSa |• [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang