RaSa |• 47

Mulai dari awal
                                    

"SASA!" Bentakan menggelegar Rafa membuat Sasa terkejut dan mulai ciut awalnya. Namun ego menutupi semuanya. Wanita itu pun tak mau kalah.

"Apa? Marah? Kalau kamu bisa aja nyentuh dia sebelum nikah sampai kalian punya anak. Bukan gak mungkin kalian gak ngelakuin hal itu lagi saat beberapa hari ini kamu gak pernah pulang ke sini! Habis ngapain aja kalian?"  ujar Sasa remeh. Namun sejujurnya ia merasa sangat sakit jika perkataannya ini memang benar terjadi.

"Serendah itu aku di mata kamu? Terus apa bedanya sama kamu yang ninggalin suami kamu di rumah sakit sendirian, ngebiarin perempuan lain yang ngerawat suami kamu. Besok-besoknya kamu malah berduaan sama laki-laki lain," desis Rafa tajam.

Sasa terdiam mendengar ucapan Rafa. Wanita itu tak menjawab lagi pertanyaan suaminya. Ia malah berniat pergi dari sana, tapi tangannya ditarik kuat oleh Rafa hingga tubuh depannya menghantam tubuh depan Rafa.

Tangan Rafa menangkup wajah istrinya kuat namun tak menyakiti. Jika ia meladeni Sasa dengan emosi, maka masalah akan semakin runyam. Pria itu menahan tubuh istrinya yang juga berusaha keras ingin lepas darinya.

"Sayang." Panggilan lembut Rafa membuat pertahanan Sasa runtuh juga. Air matanya akhirnya keluar kembali.

Sasa menangis keras. Wanita itu tak peduli jika dianggap lemah oleh Rafa. Tangannya mencengkram baju suaminya dengan erat. Memandang mata Rafa dengan penuh rasa putus asa.

"M-maksud kamu apa?" cicit Sasa dengan suara tercekat.

Rafa menyeka air mata Sasa dengan sangat lembut. "Kamu ngapain sama Azka? Aku tau Azka sahabat aku. Tapi kamu tau kan Sa? Aku cemburuan. Aku.... aku cuma takut kamu ninggalin aku." Suara Rafa mengecil di akhir. Mata pria itu memerah dan siap menumpahkan air mata juga.

Sasa menggeleng cepat. "A-aku gak ada apa-apa sama kak Azka. Aku mau ke ruangan kamu waktu itu, tapi aku takut. Aku takut Raf.... Aku gak punya keberanian ngeliat kamu. Kamu masuk rumah sakit gara-gara aku, " cicit Sasa dengan kepala menunduk.

Rafa mengatupkan rahangnya kuat. Pria itu memeluk Sasa dan mengelus punggung serta kepala istrinya dengan lembut. Sungguh, ia sangat mencintai wanita ini. Sedangkan Sasa pun segera membalas pelukan Rafa tak kalah erat.

"Aku nungguin kamu, sayang." Tangisan Sasa semakin keras saat mendengar ucapan Rafa yang penuh kelembutan.

"M-maaf," cicit Sasa tertahan. "Lagian, kamu tau dari mana kalo aku berduaan sama kak Azka di taman?" cerca Sasa tanpa melepas pelukan mereka. Wanita itu malah semakin menenggelamkan wajahnya di dada suaminya.

Rafa memejamkan matanya. Menghirup rakus aroma yang begitu ia rindukan. Sudah lama ia tidak tidur dan memeluk istrinya. Sehingga tidurnya selama seminggu lebih ini jadi tak teratur.

"Syela yang bilang," ucap Rafa pelan.

Sasa menghela nafas pelan. Syela juga tidak salah mengatakan itu. Karena yang Syela tau, Sasa dan Azka adalah sepasang mantan kekasih. Jadi ia pasti bercerita pada Rafa dengan lugunya.

Mengingat tentang Syela, Sasa jadi ingat kejadian di depan sekolah tempat Vela mengajar. Wanita itu segera merenggangkan pelukannya tanpa melepas, lagipula Rafa pun juga tak berniat melepaskan pelukan mereka.

"A-anak tadi siapa?"

"Dia Noah. Noah tanggung jawab aku. Aku gak bisa lepas gitu aja," ucap Rafa pelan.

Sasa menelan salivanya susah payah. Berbagai pemikiran buruk mulai bersileweran di kepalanya. "A-an---"

"Tetap percaya sama aku seperti yang selama ini kamu lakuin. Itu udah ngebantu hubungan kita. Aku lagi merjuangin hubungan kita. Aku cuma perlu kamu bisa sabar, sedikit lagi. Maafin aku ya," ucap Rafa lirih.

Tentang RaSa |• [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang