Ucapan Vela dihentikan oleh suara gebrakan pintu. Ketiga perempuan itu saling menatap dengan tubuh yang tak bergerak.

"Ck. Ngapa pada diem?! Bukain sana!" titah Sasa yang tersadar lebih dulu.

"Siapa yang berta---"

"SASA!!" 

Ekspresi wajah bingung Nanda berubah flat. "Noh. Anak dah bangun nyari induknya," ucapnya kembali fokus pada cemilannya.

"Rafa?"

"Ya iya Jaenudin! Emang siapa lagi?!" ketus Nanda melihat Sasa yang malah cengo.

"Buruan sana!" Kali ini Vela yang menyahut. Mau tak mau Sasa segera berjalan ke arah pintu.

"Eh Sa!" Panggilan Vela membuat Sasa menoleh dengan sebelah alis yang terangkat naik.

"Lo kapan ada waktu selain hari minggu?" tanya Vela serius.

"Mmm. Mungkin---"

Brak brak!

"Ck. Nanti aja nanyanya. Urusin dulu sana suami lo. Hancur lama-lama pintu gue. Mentang-mentang nih gedung Apartemen punya dia. Seenaknya aja," dumel Nanda kesal.

Sasa hanya bisa meringis pelan sebelum benar-benar menuju pintu dan membukanya. Memperlihatkan wajah bantal Rafa yang terlihat menatap Sasa marah.

"Gak sopan ninggalin suami pagi-pagi," ucap pria itu sebelum tiba-tiba menarik tangan istrinya kembali ke Apartemen mereka tanpa pamit pada Nanda dan Vela.

"E-eh Raf--"

"Diem! Urusin aku dulu sebelum ke situ," potong Rafa datar.

Sasa menghela nafas pelan melihat tingkah Rafa yang semakin menyebalkan. Sejak hubungan mereka diketahui Neal, mereka berdua sudah tidak terlalu sungkan lagi untuk menghabiskan waktu bersama di luar dari Apartemen ini. Hanya saja mereka harus hati-hati agar tidak ketahuan media yang haus berita atau siapapun yang membuat hubungan mereka tercium oleh Syela.

Brak!

Sasa mengelus dada sabar. Masih pagi, dan ia sudah berapa kali mendengar suara bantingan dan gebrakan pintu. Dan pelakunya? Suaminya sendiri.

"Aku udah siapin keperluan kamu kok sebelum ke apart Nanda. Baju, makanan, air mandi---"

"Udah deh!"

Bibir Sasa mencebik kesal ketika Rafa lagi-lagi memotong ucapannya. Pria itu beralih ke belakang Sasa dan mendorong wanita itu masuk ke kamar.

Tak berhenti sampai di situ, rupanya Rafa mendorong Sasa lebih dalam lagi hingga mereka berdua sampai di depan pintu kamar mandi.

"Aku udah mandi," ucap Sasa yang mengerti jika suaminya mengajak mandi bersama. Wanita itu berbalik menghadap Rafa, membuat tangan pria itu terlepas dari bahunya.

"Mandi bareng suami itu dapat pahala. Nolak maunya suami itu dapat dosa," terang Rafa sok serius.

Tangan Sasa bersidekap di depan dada. Matanya memicing. "Siapa yang ngajarin ngomong gitu?" tanyanya galak.

Rafa menunduk. "Gio."

'Ade ipar gue tuh? Mentang-mentang Rafa kaku sama cewek. Emang gak ada akhlak,' gerutu Sasa dalam hati.

"Mandi, aku siapin keperluan kamu di sini," ucap Sasa mengalihkan.

Rafa melirik pakaiannya yang sudah disiapkan Sasa sejak ia masih tidur. Kemudian memandang istrinya dengan wajah tanpa beban.

"Kamu kan udah nyiapin itu tadi. Sekarang layanin suami. Mandiin gitu, contohnya."

Sasa menepuk keningnya pelan. Rafa ini benar-benar polos jika menyangkut perempuan. Karena itulah, jika ia disarani Zergio dan Fano mengenai perempuan, laki-laki itu akan manut.

Tentang RaSa |• [TERBIT]Where stories live. Discover now