Rafa merebahkan tubuhnya di paha wanita itu dan memejamkan matanya. "Capek," keluhnya manja.

Sasa terkekeh kecil. Tangannya beralih mengelus rambut Rafa yang semakin menghantarkan rasa kantuk pada lelaki itu.

"Jangan tidur ah. Udah sore," tutur Sasa menepuk-nepuk pipi Rafa dengan lembut.

Rafa menjauhkan pelan tangan Sasa yang mengelus kepalanya. Ia segera bangkit dari posisinya.

Cup

Rafa mengecup kening istrinya sekilas. "Aku mandi dulu," ucapnya pada sang istri.

"Oke. Aku siapin baju kamu." Rafa tak menjawab lagi. Ia langsung masuk ke kamar mandi dengan langkah gontai.

Sejujurnya, setelah rebahan di paha Sasa dan kepalanya dielus wanita itu, rasa kantuk langsung menderanya. Padahal saat baru pulang tadi, ia tidak merasa mengantuk.

"SAYANG! MANDI BARENG! KAMU BELUM MANDI JUGA KAN?!"

Sasa sedikit berjengit saat Rafa tiba-tiba berteriak dari dalam kamar mandi.

Cih! Sayang? Rafa akan memanggilnya begitu jika ada maunya!

"Gak ah, nanti minta jatah lagi. Capek," balas Sasa ketus. Ia tidak perlu berteriak karena nyatanya Rafa masih mendengar.

Tidak ada jawaban dari dalam. Tapi tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan memunculkan Rafa yang berjalan santai dalam keadaan naked.

"RAFA IH!" teriak Sasa begitu berbalik dan matanya malah tertuju pada aset suaminya.

Rafa tak menjawab. Ia malah langsung menggendong Sasa tanpa mengindahkan rontaan kecil yang wanita itu kerahkan.

"Gak minta. Beneran mandi," tutur Rafa tanpa ekspresi.

"Beneran?" Sasa berusaha memastikan.

"Hm. Aku tau itu kamu sakit. Kali ini gapapa libur."

Ucapan Rafa membuat Sasa terkekeh mendengarnya. Terlihat jelas wajah kecutnya, tapi pria itu berusaha menutupi agar Sasa tidak merasa bersalah.

Iya, mereka benar-benar mandi tanpa embel-embel sambil ngasih jatah kali ini. Meskipun Rafa harus menahan mati-matian dirinya yang ingin menyerang sang istri.

Selang beberapa menit, mereka keluar dengan handuk dan bathrobe yang melekat di tubuh. Serta rambut yang sama-sama basah.

Rafa duduk di tepi ranjang dan menurunkan Sasa agar duduk di atas pangkuannya. Tangannya melingkari perut wanita itu agar tidak pergi.

"Kenapa?" tanya Sasa mengernyit.

Rafa menggeleng dan memilih memandang wajah istrinya tanpa bosan. Tapi aksi tatap-tatapan mereka harus terhenti ketika ponsel milik Rafa berdering keras. Menandakan adanya telepon masuk.

Sasa bergerak mengambilnya dan melihat ternyata Papa Rafa yang menelfon.

"Angkat, speaker," ucap Rafa tanpa berniat melepaskan pelukannya.

"Rafa. Pulang malam ini."

Rafa mengernyit. Suara Neal dari seberang tampak serius. Ditambah penegasan dalam setiap katanya.

Rafa melirik Sasa yang terlihat tegang. Pria itu mengelus pinggang wanita itu dan menatapnya dalam, seolah mengatakan kalimat penenang.

"Kenapa? Ada masalah?" tanya Rafa enggan langsung mengiyakan ucapan sang ayah.

"Pulang Rafa! Papa tau kamu sudah di Jakarta sejak seminggu yang lalu. Malam ini pulang, papah ingin ngomong sesuatu. Sekalian kita makan malam sekeluarga, sebagai bentuk ngerayain pindahan Syela ke Mansion."

Tentang RaSa |• [TERBIT]Where stories live. Discover now