Jangan heran jika Rafa cerewet. Es batu pasti mencair jika menemukan pawang yang tepat. Dan Sasa adalah pawangnya Rafa.

"Gak usah telfon deh. Nanti kita ke Panti kalo udah pulang dari sini," ucap Sasa memutuskan.

"Mending sekarang kita usaha lagi," gumam Rafa dengan mata yang tak lepas dari wajah sang istri.

"Usaha? Usaha apa? Kamu mau buat bisnis lagi?" tanya Sasa penuh rasa penasaran.

Rafa menggeleng dengan wajah datarnya. "Usaha buat versi kecil aku sama kamu hadir di sini," jawab Rafa dengan tangan yang ia letakan di perut Sasa dan mengelusnya sensual.

"Yang semalem gak puas juga?" Sasa menatap tak percaya pada Rafa.

Rafa mengerjap. "Gak tau. Gak puas-puas, mau terus," jawab pria itu jujur.

"Astaga Rafa!"

Pelukan Rafa kian erat. Pria itu beralih menurunkan sedikit posisinya dan berganti kepalanya yang tenggelam di dada Sasa.

"Elus," bisik Rafa serak. Tangannya membawa tangan Sasa untuk mengelus kepalanya.

Sasa terkekeh. "Manjanya," cibirnya pelan.

Rafa tak menjawab. Ia sibuk memejamkan mata dengan sesekali mengecup dada wanita itu yang terhalang baju.

"Mau jalan? Kemana gitu?"

"Kamu udah nanyain itu tadi loh."

"Siapa tau kamu bosan. Gak boleh bosan kalo sama aku."

Sasa mengernyit. Matanya melirik mata Rafa yang terpejam. Sepertinya pria ini mengantuk, karena itulah dia jadi bicara ngelantur.

Satu tangan Sasa yang menganggur, bergerak mengelus punggung Rafa. "Tidur aja ya? Kita kurang tidur dari semalem," bisik Sasa tepat di telinga Rafa.

"Hmm. Kapan sih sakitnya ilang?"

Sasa terkekeh tanpa suara. Rafa baru saja bergumam di tengah-tengah rasa kantuknya dan semakin mengeratkan pelukannya di pinggang sang istri. Begitupun wajahnya yang betah tenggelam di dada wanita itu.

***

Hari berganti hari, kini Rafa dan Sasa telah tiba di Jakarta. Mereka tidak berlama-lama di Bali karena memiliki kesibukan di Jakarta.

Selain itu, Sasa tidak mau terlalu membebankan Nanda mengurus butik. Termasuk Dion yang juga kena hukum, padahal laki-laki itu tidak salah apa-apa.

Saat ini Rafa tengah rebahan di atas ranjang dengan mata terpejam. Ia tidak tidur, hanya berisitirahat setelah menempuh perjalanan dari Bali ke Jakarta.

Sedangkan Sasa membereskan barang-barang yang mereka bawa. Termasuk barang-barang couple yang sempat mereka beli kemarin saat berbelanja. Serta barang-barang yang merupakan kado pernikahan dari teman-temannya dan juga beberapa tamu undangan saat itu.

Mata Sasa melirik beberapa tumpukan tas koper di dekat pintu walk in closet. Keningnya mengerut.

"Kok koper aku bisa di sini?" tanya Sasa tanpa menoleh pada Rafa.

"Rafa!" panggil Sasa karena tak kunjung mendapatkan jawaban.

Rafa bergerak membelakangi Sasa. "Ya kan kamu tinggal di sini," jawabnya acuh tak acuh. Sepertinya ia benar-benar lelah.

"Siapa yang mindahin?" gumam Sasa pelan. Sejujurnya, pertanyaan itu tidak begitu penting.

Menggedikkan bahunya acuh tak acuh. Sasa beralih menghampiri Rafa dan mengelus kepalanya. "Aku ke dapur ya?"

Tentang RaSa |• [TERBIT]Where stories live. Discover now