19. Diktair Chapter Sembilan Belas : Upacara Sekolah

Start from the beginning
                                    

Dikta duduk di sebelah Sindy yang terbaring lemah di ranjang UKS, "Sin, lo Nggak cape apa tidur mulu? Ayo bangun napa, Sin."

Gerri dan Juno yang sedari tadi berada di dalam UKS Hanya saling melemparkan pandangan, mereka hanya heran melihat Dikta yang begitu khawatir melihat keadaan Sindy. Padahal biasaanya ke khawatiran Dikta hanya Ketika melihat Airsya kenapa-napa.

"Dik.." Gerri memegang Pundak Dikta, "Sindy hanya kecapean, bentaran juga sadar. Kantin dulu yu gue sama Juno laper."

Dikta melirik sekilas ke arah Gerri dan Juno, lalu Kembali melihat Sindy, "Lo aja berdua, gue masih Nggak laper."

"Yaudah gue keluar ya sama Gerri," kata Juno.

"Iya," jawab Dikta dengan singkat, tapi mampu membuat Juno dan Gerri paham, agar memberikan waktu Dikta dan Sindy untuk berdua.

Setelah Juno dan Gerri keluar dari ruang UKS, Dikta menggenggam tangan Sindy yang begitu hangat. Ia tersenyum sambil menatap Sindy dengan intens, gadis polos yang selalu terlihat aneh dengan dunianya sendiri. Namun, tiba-tiba terlintas sosok Airsya dipikiran Dikta, ia sampai tidak sadar kalau Airsya tidak mengikuti upacara, sepertinya tidak masuk sekolah hari ini.

Dikta melepaskan genggaman tangannya dari pergelangan Sindy, ia lalu mengeluarkan ponsel dari saku celannya dan langsung menelpon Airsya. Namun nihil, tidak ada jawaban dari Airsya, telponnya tidak di angkat padahal tersambung. Membuat Dikta semakin panik, ia bingung harus mencari keberadaan Airsya atau tetap disini menemani Sindy.

Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk meninggalkan dan menitipkan Sindy pada dokter penjaga UKS. Ya, Dikta lebih memilih mencari Airsya, ia takut terjadi apa-apa terhadap Airsya.

Sebelum mencari Airsya, Dikta menemui Juno dan Gerri di kantin, "Lo bedua liat Eca, Nggak?"

Juno dan Gerri yang sedang makan langsung menghentikan aktifitasnya mendengar pertanyaan Dikta.

"Kalau gue sih, Nggak." Juno menggelengkan kepalanya.

"Gue juga, Nggak." Timpal Gerri.

Dikta Kembali mengeluarkan ponselnya, menelpon Airsya. Tetapi tetap tidak ada jawaban dari Airsya.

"Mungkin, Eca Nggak enak badan kali, jadi dia Nggak masuk," kata Juno.

"Lagian biasannya berangkat bareng, tumben banget lo berangkat duluan," tambah Gerri.

Memang, Dikta tidak berangkat sekolah bareng dengan Airsya. Ia meminta Airsya berangkat duluan, karena pasti ia telat. Dikta tidak ingin Airsya juga ikut telat, karena kalau Airsya terus-terusan telat, beasiswanya akan di cabut oleh pihak sekolah, Dikta tidak ingin itu terjadi. Dikta juga tidak igin Airsya di drop out karena ulahnya.

"Coba aja lo ke kalasnya, biasanya dia tidur di kelas, kan?" usul Juno. Karena, biasanya Airsya hobby sekali tidur di kelas.

Dikta langsung berlari menuju ruang kelas Airsya, Namun Langkah kaki ia terhenti, Ketika ia melihat Airsya yang sedang asik mengobrol dengan Agas. Dikta terus menggurutu dalam hatinya, ia juga mengeluarkan beberapa umpatan dalam hatinya. Kali ini Airsya benar-benar kelewatan, membuatnya panik. Tetapi ternyata, malah diluar ekspektasinya, selalu Agas yang menjadi alasan.

Dikta mengurungkan niatnya untuk menemui Airsya, lagipula ia enggan untuk mengganggu. Jadi, ia memutuskan untuk Kembali ke ruangan UKS untuk melihat keadaannya Sindy lagi. Ketika ia sudah sampai di ruagan UKS, ia tidak melihat keberadaan Sindy. Kemana gadis itu pergi? Apa Sindy sudah sadarkan diri?

Dikta mengeluarkan ponselnnya lagi, tadinya ia berniat untuk menghubungi Sindy, tetapi ia lupa kalau ia tidak memiliki kontak Sindy.

Tiba- tiba pintu ruangan UKS terbuka, Sindy menghampirinya ditemani dengan dokter penjaga UKS.

"Makasih," kata Sindy walau tanpa ekspresi.

Dikta tersenyum, "Lo udah baikan?"

"Kalau saya bilang makasih, seharusnya kamu jawabnya sama-sama."

Dikta terkekeh, "Sama-sama Sindyra Rizkia Putri."

Senyuman terukir di kedua sudut bibirnya Sindy, ternyata Dikta tidak seburuk pikiranya. Sindy tahu mengenai Dikta yang membawanya ke UKS tanpa bantuan orang lain, dokter yang merawatnya menceritakan semuanya. Tetapi apa Dikta tidak berat menggendong Sindy? Padahal tubuhya lumayan berisi jika dibandingkan dengan Airsya.


Bersambung...

Besok pagi atau malam aku update lagi, tinggal part Airsya sama Agas, jadi intinya saat upacara Airsya itu tidur di kelas. Kok bisa ada Agas? Bukannya Agas ikut upacara? Jawabannya Agas emang ikut upacara. Nah, kalau kenapa Agas bisa ada di kelas Airsya? Tunggu jawabannya di part selanjutnya besok:)

Tunggu dulu tunggu dulu, gimana udah ngeship Dikta-Sindy belum?

Aku mau kasih visualnya Sindy, dan menurut aku ini Sindy banget sih. Sindy itu feminim ya, lugu gitu terus pendiam dan kurang percaya diri tapi sangat ambisius.

 Sindy itu feminim ya, lugu gitu terus pendiam dan kurang percaya diri tapi sangat ambisius

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kalau saya bilang makasih, seharusnya kamu jawabnya sama-sama."

(Sindyra Rizkia Putri)

With Love, Holipehh💛

DIKTAIR Where stories live. Discover now