"Dari tadi muka kamu masam terus. Kenapa?" tanya Rafa menggesekkan hidungnya pada kulit leher Sasa.

"Enggh.... enggak," jawab Sasa sedikit melenguh.

Sasa memaksa untuk terlepas dari dekapan Rafa, dan untunglah Rafa menyanggupi. Kini Sasa berdiri di hadapan Rafa dengan tangan laki-laki itu yang tak terlepas dari pinggang Sasa.

"Gak ada yang tau kan kita ke Bali?" tanya Sasa mencoba terlihat tetap tenang.

Tapi... Karena memiliki watak yang hampir sama, Rafa maupun Sasa kesulitan menyembunyikan gelagat masing-masing. Rafa dan Sasa mudah membaca gelagat pasangan mereka.

"Dion udah urus semuanya. Kamu gak perlu khawatir," ucap Rafa mengelus pinggang Sasa.

Helaan nafas pelan terdengar dari mulut Sasa. Tapi, mau tak mau Sasa tetap menganggukkan kepalanya, mengalah. Gadis itu memeluk kepala Rafa yang kini tenggelam di dadanya.

"A-aku... Aku takut," cicit Sasa dengan mata yang tak berhenti diam melirik ke sekitar.

"Gapapa, Sa. Kita pasti bisa lewatin ini." Rafa menenangkan.

Sasa menggigit bibir bawahnya pelan. Pembicaraannya dengan Dela kemarin belum selesai. Karena Syela sudah keburu datang. Tapi Dela sempat mengatakan ingin berbicara berdua dengannya.

"Sa!" panggil Rafa ketika Sasa tak kunjung bersuara.

Hal itu membuat Sasa segera melepaskan pelukan mereka. Membiarkan ketika Rafa bergerak berdiri dan memeluk pinggangnya.

"Kamu gak perlu mikirin hal-hal yang gak perlu. Nanti kamu sakit," ucap Rafa datar. Berbanding terbalik dengan matanya yang menyorot khawatir.

Dan bagaimana bisa Sasa tidak tersenyum dengan tingkah kekasihnya ini? Memang hanya jika bersama Rafa lah Sasa bisa seleluasa ini.

Mereka berdua saling mendekap dengan erat. "Kita bisa kan Raf?" tanya Sasa mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

"Hm. Nikah, punya anak. Kita pasti bisa," bisik Rafa tepat di atas telinga Sasa.

Sasa terkekeh. Gadis itu menyeka sudut matanya yang basah. Kemudian melepaskan pelukan mereka hanya untuk menatap wajah Rafa.

Dengan kaki berjinjit, Sasa mendekatkan bibirnya ke bibir Rafa.

Cup

"Ayo siap-siap. Satu jam lagi kita berangkat."

Belum juga Rafa menahan tengkuknya, Sasa sudah berlari menjauh lebih dulu. Gadis itu segera kembali ke unit Apartementnya untuk bersiap-siap.

Mengabaikan Rafa yang menggerutu karena tidak bisa mencium Sasa lebih lama.

"Nan, Lo gapapa kan sendirian?" tanya Sasa ketika berpapasan dengan Nanda yang baru mau keluar.

"H-ha? Gapapa, gue mau ke suatu tempat," ucap Nanda menenangkan.

Nanda selalu lupa untuk bertanya mengenai hubungan Rafa dan Sasa. Ini semua karena masalahnya dengan Azka. Benar-benar merepotkan.

Hari ini Nanda memilih ke Butik. Sudah cukup kemarin ia cuti dengan alasan ingin menyelesaikan masalahnya. Tapi nyatanya masalahnya semakin runyam ketika ia menemui Azka kemarin.

Sedangkan Sasa, ia segera bersiap-siap. Sejujurnya ia juga tidak sabar berlibur ke Bali. Setidaknya, ia mempunyai waktu berdua dengan Rafa tanpa gangguan pengawasan Neal.

Hanya perlu menghitung jam, kini Rafa dan Sasa telah berada di dalam pesawat pribadi milik Rafa.

Rafa tidak menggunakan pesawat pribadi milik perusahaan. Karena Ayahnya pasti akan langsung tau jika ia ke Bali bersama Sasa.

Tentang RaSa |• [TERBIT]Where stories live. Discover now