"E-emm. Cuma iseng doang gue gambar ini," kilah Sasa membalik kertas itu agar tidak dilihat Syela lagi.

"Buat gaun pernikahan impian kamu ya? Ih aku juga mau yang kaya gitu. Gimana kalo desain gaun pernikahan aku dibuat kaya gitu aja Sa?" cerocos Syela panjang lebar.

'Gaun pernikahan impian? Iya, sejak dulu gue udah ada bayang-bayang gaun indah buat pernikahan gue sama Rafa," batin Sasa dengan wajah datar. Tapi matanya menyorot tanpa arti pada Syela yang terlihat berceloteh semangat.

"Syela!"

Celotehan Syela langsung berhenti ketika Sasa memanggilnya. Gadis itu menoleh dengan mengangkat kedua alisnya bertanya.

"Kenapa?"

"Lo sama Rafa sedeket apa?" tanya Sasa agak ragu.

"Hm? Kak Rafa sama aku tuh udah kenal dari kecil. Tapi karena aku pindah ke Berlin, kita gak pernah komunikasi. Terus 4 tahun lalu kita ketemu lagi deh, dan sepakat kalo kita bakal nikah setelah pendidikan kita berdua selesai," jelas Syela panjang lebar.

"Kalian berdua yang sepakat?" tanya Sasa memastikan.

"Iya! Makanya pernikahan kita sekarang dipercepat," balas Syela dengan wajah polosnya.

Sasa menunduk sejenak, sebelum kembali menatap Syela yang entah sejak kapan sudah mengambil kertas sketsa milik Sasa dan melihat gambaran desain baju yang dibuat Sasa.

"Gimana kalo misalnya.... Selama ini Rafa suka cewek lain?"

Tatapan berbinar Syela langsung beralih pada Sasa. Senyum semangat gadis itu memudar, tergantikan dengan wajah bingungnya.

"Gak mungkin. Kak Rafa tuh gak suka deket cewek-cewek. Dia deketnya sama aku aja. Kak Rafa kan tipe yang gak nyaman ngomong ama cewe lain," bantah Syela dengan menggeleng-gelengkan kepalanya yakin.

Sasa mengangguk mengerti. Gadis itu mengambil ponselnya untuk menghilangkan sedikit kejenuhan.

"Ck, tapi kak Rafa hari ini mau ke Bali. Mana dua Minggu lagi ih! Aku mau ikut tapi katanya jangan karna kak Rafa ke sana mau kerja, nanti aku gak ada yang jagain. Kak Rafa emang berlebihan," oceh Syela cemberut.

"Dua Minggu?" beo Sasa dengan kening mengerut.

"Iya! Paling juga dia udah berangkat tadi pagi. Nyebelin banget kak Rafa, padahal aku mau nganter dia ke Bandara."

Sasa hanya diam dengan senyum tipis di wajahnya. Lebih tepatnya lagi jika ia hanya tersenyum paksa.

Tangan Sasa mengambil alih kertas sketsa miliknya yang diambil Syela tadi. Kemudian menatap hasil gambarannya yang belum selesai.

Sejujurnya, ada perasaan was-was dalam diri Sasa. Bagaimana jika nanti Syela tau tentang hubungannya dengan Rafa? Syela pasti akan sangat kecewa padanya.

"Sasa? Kenapa ngelamun?" Lamunan Sasa langsung terhenti begitu Syela melambaikan tangannya di depan wajah Sasa, untuk mengecek apakah gadis itu melamun atau tidak.

"Aku panggil kak Rafa ke sini ya? Mau bahas baju pernikahan kita," pinta Syela meminta izin.

"H-ha? Sekarang? Di sini?" tanya Sasa beruntun.

"Mmm, gimana kalo di caffe depan butik? Gak terlalu rame-rame banget kok," usul Syela yang mau tak mau disetujui oleh Sasa.

"Tapi, bukannya Rafa ke Bali? Lo bilang gitu tadi."

Syela menepuk keningnya kencang. "Astaga!! Aku lupa!" pekik Syela kencang.

Sasa hanya tersenyum tipis menanggapi. "Aku ajak Bunda Dela aja deh," tukas Syela kembali semangat.

Tentang RaSa |• [TERBIT]Where stories live. Discover now