12. Diktair Chapter Dua Belas : Warung umi Salamah

Start from the beginning
                                    

"Kalau lo nikah sama Sindy, Airsya buat gue ya?" Tanya Gerri sambil tertawa lagi.

Baru saja Dikta mau menimpal perkataan Gerri, tiba-tiba saja Airsya datang, dan langsung duduk disebelah Dikta.

Dengan wajah yang terlihat kesal, Airsya menatap Dikta, "Kenapa gak jemput gue?"

Dikta tidak menjawabnya, ia malah memakan makanan milik Gerri dengan lahap.

"Dik, lo denger gue ngomong gak sih?!" tanya Airsya lagi.

"Gue kesiangan," jawab Dikta.

Padahal sebenernya alasan Dikta telat itu, karena Airsya. Dikta melihat Airsya dijemput oleh Agas, tepat saat Dikta baru saja sampai di depan rumah Airsya.

Airsya menghembuskan nafasnya dengan kasar, pandangannya beralih pada Sindy yang memperhatikannya, "Kenapa lo ada disini? Belajar bolos lo?!"

"Gue yang ngajak," kata Dikta.

Airsya tertawa, "Oh, sekarang lo mau temenan sama modelan kayak Sindy?"

"Emangnya Sindy kenapa?" tanya balik Dikta.

Gerri yang merasa sudah tidak enak hati, ia meminta ijin untuk Kembali ke dalam sekolah, "Guys gue balik duluan deh, kayaknya gue lupa belom ngerjain tugas Fisika."

Juno heran kenapa Gerri tiba-tiba bilang begitu, padahal tidak ada sama sekali tugas Fisika. Juno langsung menarik tangan Sindy untuk ikut pergi dari tempat ini bersamanya.

"Dik, Ca, gue sama Sindy duluan masuk ya, tugas Fisika gue juga belum kelar."

Dikta dan Airsya tidak menjawab, Dikta yang masih makan dan Airsya yang terus menatap Dikta dengan sangat tajam. Setelah mereka tinggal berdua, keadaan menjadi Henig. Dikta tidak mengeluarkan sepatah kata apapun, membuat Airsya geram.

"Lo ada masalah sama gue? Salah gue apa? Lo marah gue jalan sama Agas semalam? Atau lo cemburu gue lagi dekat sama Agas?" tanya Airsya bertubi-tubi.

Dikta yang sedang asik mengunyah makanan, langsung melihat dan menatap Airsya, "Ca, itu gak masalah buat gue."

"Terus lo kenapa?"

"Gue--- gue lagi laper aja, Ca." Dikta terkekeh.

Airsya memukul dada bidang Dikta, "Ngeselin tahu gak sih lo, nyet!"

Dikta tertawa, "Lagian lo serius mulu, gue kesiangan. Tadi, gak sempet makan jadi laper deh gue."

Dikta terpaksa berbohong, lagi pula Dikta tidak ingin nantinya Airsya mikir yang aneh-aneh terhadap Dikta.

"Gue tadi di jemput sama Agas," senyum terukir di kedua sudut bibir Airsya.

"Itu udah ada yang jemput," ucap Dikta.

"Iya, untung ada Agas. Kalau Agas gak jemput gue, mungkin gue udah kesiangan kali kayak lo."

Padahal Dikta menjemputnya, salah Dikta juga yang kalau mau ngejemput Airsya tidak menghubungi Airsya terlebih dahulu. Hingga, Airsya di jemput oleh laki-laki lain.

"Tapi seneng kan lo, gue gak jemput lo?"

Airsya terkekeh pelan, "Makasih banget sih, gue jadi ke sekolah bareng Agas."

"Jadi, mulai sekarang gue berhenti ya jadi ojek lo?"

"Engga! Lo tetap harus jadi ojek pribadi gue."

"Kan, udah ada Agas?" tanya Dikta.

"Kan belom jadian." Airsya menggantung ucapannya, "Agas udah punya pacar."

"Berati dia normal," balas Dikta.

"Dik, gue serius!" umpat Airsya.

"Kan gue juga serius."

"Dik, gue harus gimana? Kalau pacar Agas tahu gue jalan sama Agas, gue bisa-bisa kena labrak."

Dikta tertawa, "Tinggal lawan lah, kan lo juara taekwondo."

"Dikta, gue serius!"

Dikta mengangkat satu alisya, "Iya, bener dong?"

"Ya, iya sih. Tapi, kan-" ucapan Airysa terpotong.

"Jangan rusak kebahagian orang lain, Ca." timpal Dikta.

"Tapi Agas udah bosen sama pacarnya."

"Lo Cuma pelarian buat Agas."

"Engga Dik, Agas mau putusin pacarnya," ungkap Airsya.

"Kalau dia gampang bosan sama pacarnya, dia juga pasti bosen nantinya sama lo."

"Engga Agas gak kayak gitu, Agas mutusin pacarnya karena pacarnya itu badgirl. Agas mau punya pacar yang good girl, good attitude," jelas Airsya.

Dikta tertawa, "Dia Bad, tapi pengen dapet yang good?! Sama aja kayak dia ngerusak cewek dulu, terus buang gitu aja. Cari cewek lagi deh, terus putusin lagi dengan alasan yang sama, pengen punya pacar yang baik. Agas sehat, Ca?"

"Gue harus gimana ya, Dik? Apa gue harus berubah?"

"Ca, lo gak harus ngerubah diri lo Cuma buat orang yang lo kagumi. Kalau dia beneran sayang sama lo, dia gak akan peduliin mau bagaimanapun kekurangan lo."

Airsya terdiam, apa yang dikatakan Dikta ada benarnya. Tetapi, kenapa Airsya terus saja berkeinginan untuk menjadi kekasih Agas, padahal Agas bisa dibilang Egois. Menuntut seseorang untuk sempurna, padahal dirinya sendiri jauh dari kata sempurna.

Dikta memegang kedua tanga Airsya, "Ca, lo gak pantes sama orang munafik yang egois seperti Agas. Kasih hati lo, sama orang yang benar-benar mencintai lo, sayang sama lo, nerima kekurangan dan kelebihan lo."

Airsya memeluk Dikta, "Kenapa sih, lo selalu lebih dewasa dari gue? Padahal umur kita Cuma beda satu tahun."

Dikta tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Airsya, "Ca, gue belom dewasa. Gue aja masih suka ngompol di Kasur, kalau lagi mimpi basah."

Airsya langsug mengijak kaki Dikta dan melepas pelukannya.

'AWSSSS! SAKIT ANJIRT!' rintih Dikta.

Airsya tertawa, "Lagian lo, hobby kok mesum."

"Gue gak mesum, kan kalau seumuran gue nih ya, emang udah mimpi basah."

"Tapi mimpi basah lo setiap hari, kampret!"

Dikta tertawa dengan sangat keras, untung saja kantin umi salamah sedang sepi, jadi ketawa Dikta tidak menjadi polusi udara.


BERSAMBUNG...

Mau nanya nih kalian ngeship siapa?

1. Airsya & Dikta = Mereka sahabatan, gak lebih. Tapi, gatau kalau salah satu menyimpan perasaan, tapi kayaknya engga deh wkwk. Tapi, gatau kalau nanti mah, kata orang perasaan bisa datang kapan aja seiring berjalannya waktu wkwk.

2. Airsya & Agas = Agas udah punya pacar, masih belum kelihatan putusnya, tunggu aja siapa tahu besok putus, terus jadian sama Airsya wkwk.

3. Dikta & Sindy = Kalian tahu sendiri, Sindy ngejarnya prestasi bukan cinta, jadi kemungkinannya kecil wkwk

4. Juno & Gerri = Woy, mereka masih normal! Gerri udah punya cewek idaman lain, kalau Juno ceweknya banyak kan anak sultan bisa beli cewek kapan aja wkwk.

Jangan lupa follow akun medsos author yaa

Ig : @tulisanholipehh @holipehh

DIKTAIR Where stories live. Discover now