RaSa |• 10

Mulai dari awal
                                    

"Kamu bisa nolak kan Raf?" Sasa bertanya kemudian menggigit bibir bawahnya.

Rafa beralih mengelus bibir Sasa, agar gadis itu berhenti menggigitnya.

"Maafin aku. Dua tahun lalu, aku bener-bener gagal mertahanin hubungan kita. Semuanya gak mudah." Rafa memilih merubah posisi Sasa agar duduk di pangkuannya.

"Kamu kenapa gak kasi tau aku sih Raf? Kita bisa berjuan sama-sama."

Rafa langsung memeluk Sasa dari depan ketika melihat mata gadis itu yang berkaca-kaca. Membiarkan kaki Sasa melingkari pinggangnya. Sedangkan ia menenggelamkan wajahnya ke leher Sasa.

"Dua tahun lalu, aku harap kamu bisa dapet cowok lain setelah aku ngirim email itu. Tapi... Ngeliat kamu deket sama Azka aja, aku gak suka."

Sasa mengelus rambut Rafa. Membiarkan pria itu banyak bicara kali ini.

Untuk sekarang, Sasa tidak mempermasalahkan lagi tentang Rafa yang tidak memberitahunya apa-apa dulu.

Mendengar kejujuran Rafa tentang kecemburuannya, Sasa jadi ingin menggoda Rafa dengan membuatnya cemburu. Tapi matanya malah menangkap bahu Rafa yang sedikit terbuka.

Matanya membulat. Sasa ingin menyentuhnya, tapi ia mengurungkan niatnya. Gadis itu beralih melirik ke lengan atas Rafa yang tertutupi lengan baju pria itu sendiri.

Dengan sangat hati-hati, Sasa mencoba sedikit mengangkat lengan baju itu, ketika Rafa masih terlena dengan posisi dan elusan Sasa pada rambutnya.

Sasa menggigit bibir dalamnya, untuk menahan diri agar tidak kelepasan berteriak. Jantung gadis itu berdegup begitu kencang dan matanya mengerjap.

Rafa yang tengah memeluk Sasa pun menyadari jika tubuh gadis itu gemetar. Dengan cepat ia menjauhkan wajahnya dan menangkup wajah Sasa yang kini beralih menatapnya.

"Kenapa?" tanya Rafa mencoba tenang. Menyembunyikan kepanikan yang tiba-tiba melanda.

Sasa mengerjap. "H-ha?"

Rafa mendengus pelan. Pria itu menatap datar pada Sasa yang kini mengulum bibir menahan senyum.

"Gapapa. Pengen liat reaksi kamu aja," ucap Sasa santai.

Gadis itu beralih memeluk Rafa dan menjatuhkan wajahnya pada pundak Rafa.

"Tapi kok... Kenapa kamu ngirim email? Trus ganti nomor? Sepengen itu kamu ngelupain aku?"

Rafa tersenyum tipis tanpa sepengetahuan Sasa. Ia malah semakin mengeratkan pelukan mereka.

"Sa, kamu masih mau netep?"

Sasa berdecak pelan. "Alihin pembicaraan terus," cibir Sasa dengan bibir mencebik.

Rafa terkekeh pelan. "Jawab Sa!"

"Ya netep lah! Sebelum denger penjelasan kamu aja aku tetep gak ninggalin kamu," omel Sasa dengan kesal.

"Tapi, empat tahun itu... Kenapa Syela bilangnya kalian pacaran? Kalian emang beneran pacaran?" tanya Sasa menjauhkan wajahnya dari pundak Rafa. Memberi jarak dari posisi mereka yang sebelumnya rapat tanpa jarak.

Tangan Rafa yang berada di punggung Sasa, mengelus punggung gadis itu yang terlapisi pakaian.

"Aku dijodohin empat tahun lalu. Syela nganggep kita pacaran, tapi sebenernya enggak."

Senyum Sasa langsung melebar. Tapi...

"Aku ceritain ini, bukan berarti hubungan kita kembali baik lagi. Ini baru awalnya Sa." Tatapan Rafa sungguh dalam, membuat Sasa beberapa kali menelan salivanya susah payah.

Tentang RaSa |• [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang