"Ngomongnya pake aku-kamu Raf! Aku gak mau tau! Kita masih pacaran!" ucap Sasa lagi.

Rafa menghela nafas pelan. "Terus sekarang kamu mau apa?"

Senyum Sasa langsung merekah. Mendengar Rafa mengubah gaya bicaranya, membuat Sasa yakin jika Rafa menyetujui ucapannya barusan.

Jika mereka masih pacaran.

"Aku mau kita tetep ya? Kamu janji dulu mau lamar aku kalo pendidikan kita udah selesai," cetus Sasa mengomel tapi dengan wajah datar.

Memang jika bersama Rafa, Sasa bisa menjadi sangat cerewet. Berteman bertahun-tahun dengan Riana, bukan berarti ia selalu diam jika gadis itu mengajaknya bergosip atau apapun. Karena terkadang, Sasa juga bisa menjelma menjadi gadis bar-bar seperti Riana. Meskipun hanya kadang-kadang.

Rafa beralih mengubah posisi agak ke bawah tubuh Sasa, dan wajahnya tepat berhadapan dengan leher Sasa.

Pria itu semakin merapatkan tubuh Sasa pada tubuhnya hingga hidung nya pun menyentuh dagu Sasa.

Cup

Sasa mengulum bibir menahan senyum ketika Rafa mengecup dagunya. Pria itu tetap berwajah datar, namun sorot matanya memang tidak akan pernah berbohong.

"Jadi, kamu gak mau jelasin apa-apa?" Sasa kembali bertanya entah untuk yang ke berapa kalinya.

Rafa mendongak dan menatap mata Sasa yang balik menatapnya. Tangan Rafa yang ada di pinggang Sasa ia gerakkan dengan lembut.

Mengelus pinggang gadis itu tanpa mengalihkan pandangannya dari mata Sasa.

Senyum miring terpatri di wajahnya. "Lo mau nunggu?"

Kening Sasa mengerut ketika mendengar Rafa kembali mengubah gaya bicaranya.

Dengan wajah masam, Sasa berniat melepaskan tangannya yang juga memeluk Rafa. Tapi tangannya buru-buru ditahan lebih dulu oleh Rafa.

Pria tampan itu menatap tajam mata Sasa yang kini juga balik menatapnya tajam.

"Jawab, Sa!"

Sasa mendengus saat Rafa kembali berbicara dengan menekan setiap katanya.

"Nunggu apa dulu nih? Kalo nunggu lo nikah ama Syela, sorry-sorry aja. Gue gak akan ngebiarin itu," ketus Sasa ikut mengubah gaya bicaranya.

"Ck, gue---"

Drrt drrt

Ucapan Rafa langsung terpotong ketika ponsel lelaki itu yang ada di atas meja bergetar dan menampilkan nama si pemanggil.

"Ambilin," titah Rafa pada Sasa. Karena memang posisinya Rafa menempel pada sandaran sofa, sedangkan Sasa yang ia peluk berada di dekat meja.

Sasa mengambil ponsel Rafa dengan satu tangan karena lelaki itu tidak melepaskan tangan lain Sasa. Menekan tangan gadis itu agar tetap memeluknya.

Wajah Sasa semakin kecut ketika melihat nama Syela sebagai pemanggil.

"Ganggu banget anjir," gumam Sasa dengan wajah kesal.

Oh ayolah, Syela memang sahabatnya. Tapi Rafa adalah kekasihnya. Jadi.... Rafa harus tetap menjadi miliknya, bukan tunangan Syela.

"Siapa?" Tanya Rafa dengan mata terpejam. Menikmati tangan Sasa yang mengelus rambutnya, sedangkan ia menenggelamkan wajahnya ke perpotongan leher gadis itu.

"Perebut cowok gue," balas Sasa ketus.

Tidak ada jawaban dari Rafa. Tapi pria itu bergerak menjauh untuk mengambil ponselnya.

Tentang RaSa |• [TERBIT]Where stories live. Discover now