"Ti-tidak, Aku baik-baik saja hanya sedikit terkejut." 

Yujin hanya mengangguk sebagai jawaban. Matanya menatap pergerakan Juniornya seperti sedikit tidak nyaman, apa ia saja yang berlebihan ya.

"Kook-ah, kalau aku boleh tau apa kau pernah merasakan jatuh cinta?" tanya Yujin mencari topik pembahasan yang awalnya sedikit menegangkan.

Jungkook seakan mengerti dia langsung menjentikkan jarinya lincah, dan tersenyum bagaikan sebuah penjahat yang sudah mendapatkan mangsanya. Hentikan itu hanya omong kosong dia tidak mungkin seorang penjahat, lihat wajahnya menggemaskan, dan disaat bersamaan juga tampan. Tapi Yujin tidak bisa percaya hanya dengan tampangnya itu.

"Menurutku, cinta itu sungguh sulit ditebak Noona. Kadang jatuh cinta itu datang secara tiba-tiba seperti serangan jantung, bisa juga hal lain. Tapi aku pernah melihat sebuah lukisan yang berisi sebuah sajak yang berbunyi 'Cinta itu bagaikan bunga tumbuh dan mekar sendiri tanpa tuan rumah tahu, begitu juga dengan hati tidak bisa berbohong dan tidak bisa menipu, jika sedang jatuh cinta bagaikan bunga-bunga dan kupu-kupu beterbangan menjadi satu' itulah yang aku ingat saat aku mengunjungi kediaman Paman Min, banyak sekali sajak yang bagus di kediamannya~" Jungkook dengan suara meniru lukisan seperti suara Kakek-kakek itu tanpa sadar membuatnya tertawa lepas, dia seperti Adik baginya bahkan sudah dianggap Adik olehnya.

"Benarkah? Sepertinya sangat bagus!" seru Yujin tersenyum menanggapi Jungkook yang kembali memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

"Noona, Aku... Aku ingin tanya apakah Suami Noona itu benar-benar sangat tampan? Apakah ketampanannya melebihiku?" Jungkook beringsut mendekat ke Yujin berharap mendapatkan jawaban yang pas di telinganya.

Yujin yang mendengar perkataan di depannya menghela napas pelan, kemudian tersenyum lebar.

"Dia itu sangat tampan, bahkan sangat, sangat tampan. Aku seperti disihir olehnya seakan tidak boleh melewatkan wajahnya yang bak seorang Dewa itu,"  Yujin mencoba mengingat wajah Suaminya saat pertemuan pertama mereka, memang benar pertemuan mereka agak konyol, tapi siapa sangka akan berakhir seperti ini. Menjadi Istrinya benar-benar tidak percaya, bahkan menyebut kata 'Istri' membuat hatinya menghangat secara langsung.

"Benarkah? Jika begitu dia sangat beruntung..."  Jungkook tertunduk terdapat sirat kekecewaan di matanya, "Dia dapat melindungi dan mencintai Noona sepenuh hati. Apa Noona juga mencintainya?"

Yujin menatap Jungkook bingung. Perkataannya yang membuatnya bingung, iya bingung. Apa dia mencintai Donghae? tapi niat awalnya kan memang hanya ingin balas dendam makanya dia ingin menikah dengan pria itu. Tidak mungkin-kan Yujin mencintainya.

Yujin menatap hambar makanan di meja, perasaannya benar-benar bingung sekarang. Perkataan Jungkook barusan bagaikan racun yang melumpuhkan isi hatinya. Tapi dengan cepat dia mengangguk, ia harus bilang mencintainya juga. Ingat ini hanya sandiwara yang dibuatnya sendiri.

Yujin mengangguk semangat, "Mm. Aku mencintainya."

***

Waktu berhenti berdetak, daun-daun berjatuhan mengenai tubuh seorang wanita yang masih berdiri kaku menatap tak percaya darah sudah berlumuran di tanah. Tubuh yang jauh darinya sudah tergeletak tak bernyawa, Yiseo menggeleng takut. Semua ketakutan bercampur menjadi satu.

Mengapa ia harus melihat ini semua. Mengapa harus melihat kematian Kakak yang sangat ia sayangi.

Dengan tubuh dan kaki bergetar bahkan sudah seperti jelly, Yiseo perlahan berjalan menuju Kakaknya.

"Kak! Hiks...  Kenapa meninggalkanku h-hiks..." Yiseo benar-benar tak bisa menahan kristal beningnya yang sudah menumpuk dipelupuk matanya.

Yiseo menghambur ke arah Hong Lieyin. Mengangkat kepalanya yang sudah memar dengan darah dan menempatkan dengan lembut di pangkuannya.

Ketika Yiseo mendekati pemuda yang terbaring sudah tidak bernyawa itu,  kesedihan yang besar bahkan sangat amat besar menimpanya.  Hong Lieyin terbaring di tanah, ditutupi dengan darah. Matanya terpejam sempurna, meninggalkan semua kenangan yang sudah pemuda ini tinggalkan.

Yiseo tertawa hambar, tiba-tiba terlintas bayangan saat Hong Lieyin menggodanya dulu, bahkan dengan penuh gaya yang membuatnya semakin merasa disayangi. Tapi naas orang yang membuatnya merasa disayangi ini telah mati. Mati di depan matanya sendiri, menyedihkan bukan.

Jika aku harus mengambil semua resiko ini, lebih baik aku bersamamu selamanya.

Yiseo membatin mencoba tegar.

Dengan cepat Yiseo meletakkan tubuh Lieyin secara perlahan, kemarahan mulai kembali muncul di matanya yang masih tersisa lelehan air mata.

"Kau! Tak pantas hidup bajingan!" Yiseo yang dikuasai oleh amarah benar-benar melupakan keadaan di sekitarnya.

Ketua Rong yang melihat perpisahan antara Permaisuri dengan bawahannya ini menatap miris, dengan cepat menyeringai kejam.

"Kau cantik putri Yiseo. Ikut bersamaku dan jadi selirku." perintah dari ketua Rong seakan benar-benar harus dilakukan.

Yiseo hanya menatap sinis lawan di depannya, dari pada jadi selir orang brengsek ini lebih baik dia mati bersama Hong Lieyin.

Merasa tidak ada pergerakan dari Permaisuri tersebut. Ketua Rong mengertakan gigi kesal, kemarahan yang sudah dia pendam dari tadi keluar secara berapi-api.

"JANGAN BUAT AKU UNTUK MENGULANGI KATA-KATAKU PUTRI YISEO."  bentak ketua Rong tersulut emosi.

"Aku tidak akan mau pergi bersamamu sialan! Enyah kau dari dunia ini!" ucap Yiseo mencoba mengelak dan dengan cepat meludahi wajah ketua Rong.

Cuihh!

"Yiseo, Kau sudah membuatku kesal!" geram ketua Rong menahan emosi, lalu dengan cepat dia memberi tau prajuritnya. "Bawa dia."

Prajurit yang berada di dekat Yiseo mengangguk mengerti. Tapi Yiseo sudah terlebih dulu menghindar.

"Jangan berani-berani kalian menyentuhku!" ucap Yiseo memperingati dengan tatapan mematikan.

Prajurit tidak memperindah peringatan yang diberikan Yiseo, mereka tetap mencoba mendekatinya.

Yiseo yang benar-benar sudah yakin dengan pilihannya ini, langsung cepat mengambil senjata di sebelah tubuh Hong Lieyin yang sudah mati.

Lalu menggengamnya erat-erat. Yiseo seakan-akan tercekat, napasnya benar-benar tak karuan bahkan detak jantungnya sudah berdetak cepat sekali, matanya memejam erat-erat. Tapi ini yang harus dia lakukan sekarang dari pada menjadi selir dari ketua itu, dia benar-benar tidak mau lebih baik dia mati bersama Kakaknya.

Ini adalah akhir dari kisahnya. Lebih baik bersama dengan orang yang dia cintai, kristal bening dari matanya kembali keluar. Dadanya sesak menahan pilu semua ini, kenapa harus ia dan Kakaknya yang merasakan ini semua. Menderita bersama.

"DARI PADA MENJADI SELIRMU ORANG YANG BEJAT! BRENGSEK! BAHKAN TIDAK PUNYA HATI SEPERTI DIRIMU! APA PANTAS? LEBIH BAIK AKU MATI SIALAN!"  bentak Yiseo tidak karuan air mata sudah membanjiri pipi mulusnya, dengan cepat ia mengarahkan senjata tersebut ke arah perutnya. Menusuknya sedalam mungkin. Semuanya sudah berakhir, kisahnya benar-benar sudah berakhir.

TBC

Mumet banget kepala ku...

Buat para readers terhormat vote dan komentar dipersilahkan xixixixi...

Buat siders gak capek apa cuman liat tapi gak vote??  Hehehe

Kalo suka sama story akuu ayo masukin list reading kalian dan juga jangan lupa pollow aku
piyaacho !!!

Thankyou and see you gess!!!!

The Castle of Moonlight || END ✓Where stories live. Discover now