TAWS (1) - Anstia

Galing kay Dasyalily

2M 296K 10.2K

The Another World Series (1) - Anstia Cerita berdiri sendiri. Dia terbangun dengan tangan mungil dan badan... Higit pa

Prolog
1. Putri Terbuang
2. Pangeran
3. Putri Bodoh
4. Raja Iblis
5. Semakin Dekat
6. Benci
7. Penyerangan
8. Titah Raja
9. Putri Ceroboh
10. Kepergian Raja
11. Pangeran Pembenci
12. Anastia
13. Benda Berkilau
14. Luka dan Luka
15. Pembuktian Pertama
16. Raja dan Amarah
17. Pandangan Pertama
18. Jalan
19. Pangeran Pertama
20. Putri yang Ditolak
21. Sepuluh Tahun
22. Putri Janesita
23. Orang Aneh
24. Terjebak
25. Patah
26. Kemah Putri
27. Teman Baru
28. Aku Berbeda
29. Hati yang Beku
30. Cinta Yang Kembali
31. Acara Menginap
32. Petak Umpet
33. Penghuni Baru
34. Rambut Emas
35. Mermaid
37. Dunia Baru
38. Pertemuan
39. Manis
40. Penjaga
41. Sihir
42. Bertemu Lagi
43. Kembali Bertemu
44. Perjanjian
45. Ikatan
46. Kembali
47. Satu Persatu
48. Petunjuk
49. Perpisahan dan Awal Baru
50. Keingintahuan
51. Perubahan
52. Kejujuran
53. Rahasia
54. Pengakuan
55. Permintaan
56. Mulai Berakhir
57. Semakin Parah
58. Semua Yang Nyata
59. Kertas
60. Terlepas
61. Mereka
62. Dunia Berbeda
63. Keputusan Berat
64. Mulai Berubah
65. Tanda Balik
66. Sudut Pandang
67. Beberapa Hal Yang Tersembunyi
68. Perlajanan
69. Kastil
70. Buku Jalan
71. Halaman Akhir
72. Kemenangan
73. Hubungan Yang Diperbaiki
74. Ketenangan Setelah Badai
75. Akhir Paling Indah
Epilog

36. Sihir

21K 3.6K 135
Galing kay Dasyalily

Sebuah kereta dorong, dengan ekor yang ditutupi dengan kain yang semua Anstia buat dari sihir. Dia bahkan tidak tau jika sihir bisa membuat sesuatu sampai seperti ini. Luar biasa, dia beruntung karena kekuatan sihir bangsawan sangat kuat.

"Apa itu?"

Mermaid berambut merah itu mengangguk saat melihat sebuah toko sihir yang berada tepat di pinggir jalan yang belakangnya langsung berhubungan dengan pantai, tepatnya laut bebas di bawah toko tersebut.

Anstia menggendong Mermaid itu di punggungnya sebelum berjalan masuk ke dalam toko sihir tersebut.

"Ah, Ariel, kau pasti tidak meminum ramuanmu, kan?"

Anstia kira pemilik dari toko sihir ini adalah seorang wanita tua, atau seseorang yang menyeramkan. Walau dia mengenal seorang penyihir yang tidak seperti itu.

"Aku lupa." Ariel tertawa. "Tolong ya."

Anstia mundur saat penyihir dengan rambut berwarna putih, tapi tampaknya itu bukanlah uban karena termakan usia, lagipula penyihir itu tampak hanya berbeda beberapa tahun dari Anstia.

Ramuan dengan warna bening diminum oleh Ariel, perlahan ekor berwarna biru itu menghilang. Anstia menatap dengan takjub, luar biasa. Biasanya ini semua hanya ia lihat di kartun favoritnya. Ah, bahkan nama Mermaid ini sama dengan salah satu karakter Princess kesukaan Anstia, rambutnya juga sama.

"Dia temanmu?"

Ariel mengalihkan pandangannya pada Anstia yang masih takjub dengan apa yang terjadi. "Tidak, tapi dia yang membantuku hingga kemari."

Ella tersenyum. "Terimakasih karena sudah menolong Ariel, dia sering sekali lupa meminum ramuannya,  saat efek ramuan sebelumnya habis, jika terkena air dia akan kembali menjadi Mermaid." Elle berjalan ke balik meja yang penuh dengan berbagai benda serta botol berisi ramuan berbagai warna. "Ah, aku Elle."

"Aku An--" Anstia menahan kata di ujung bibirnya. "Ana, namaku Ana." Anstia tersenyum.

"Aku Ariel." Mermaid itu berdiri, beruntungnya kaos yang digunakan oleh Ariel jatuh sampai di lutut Mermaid itu. "Terimakasih karena mau membantuku."

"Sama-sama, awalnya aku hanya takjub karena tidak pernah melihat Mermaid sebelumnya." Ini adalah pengalaman baru bagi Anstia, dia tidak tau jika dunia di luar Istana seperti ini. Bahkan makhluk yang tidak pernah ia bayangkan bisa ada di tempat ini, walau sihir juga merupakan hal luar biasa yang pernah ia lihat.

"Kau mau ke rumahku untuk makan malam? Sebagai ucapan terimakasih, karena kau telah menolongku." Ariel meraih pakaian yang Elle bawa. "Terimakasih." Elle hanya tersenyum.

"Aku mau, tapi aku tidak bisa." Anstia baru sadar, dia baru sadar jika ini sudah sore. Bahkan dia mulai melihat cahaya oranye dari jendela toko yang langsung membelakangi lautan lepas itu. "Aku harus pulang, aku pergi dulu."

Anstia berjalan keluar dari toko tersebut, saat berada di luar toko dia langsung berlari menuju lorong gelap ataupun sepi yang ada.

Membuka portal, Anstia masuk ke dalam portal yang ia buat langsung sampai di kamar mandi yang berada di kamarnya.

Anstia menghela nafas, ia menghapus semua sihir yang ia gunakan. Membuat rambut, mata dan pakaian yang ia kenakan kembali seperti semula.

"Yang Mulia."

Anstia yang baru selesai mengembalikan warna matanya menoleh ke arah pintu.

"Kenapa?"

"Ah, saya kira Yang Mulia tidak ada di dalam. Saya sudah memanggil sejak tadi, tapi tidak ada jawaban dari Yang Mulia."

"A-ah, aku tidak mendengarnya." Anstia meringis pelan. "Aku akan mandi, siapkan pakaianku."

"Baik, Yang Mulia."

Anstia menghela nafas. Hari ini menyenangkan, mungkin dia akan datang lagi ke kota besok.

***

Makan malam yang berakhir dengan sebuah rapat yang diadakan di ruang kerja sang Raja. Hanya para anggota Kerajaan, Raja, Pangeran Hilberth, Pangeran Phil, Pangeran Sylvester, Pangeran Jalvier, Pangeran Brandon dan Putri Anstia yang duduk di samping Pangeran Ketiga.

Memainkan tangannya yang berada di atas pangkuannya, Anstia tidak berani mengangkat kepalanya. Tepatnya dia malas, karena jika dia mengangkat kepalanya otomatis dia akan langsung bertatapan dengan sang Raja. Hubungan mereka tidak baik akhir-akhir ini, jadi itu bukan sebuah pilihan yang baik.

"Kau bisa sihir?"

Ruangan itu hening, Anstia mengangkat kepala perlahan setelah di senggol oleh Pangeran Ketiga, tampaknya pertanyaan itu bukan untuk para Pangeran yang jelas-jelas bisa menggunakan sihir.

Anstia sekarang bingung harus menjawab apa, apalagi saat semua tatapan di ruangan itu tertuju padanya. ".... Tidak?"

"Kenapa itu malah terdengar seperti pertanyaan?" Pangeran Phil menatap Anstia yang meremas kedua tangannya. "Ini bukan hal remeh."

"Kau tidak bisa menggunakan sihir?" Anstia menggigit bibir bawahnya saat Sang Raja bertanya, entah kenapa dia merasa harus merahasiakan sihir yang ia miliki. Entah kenapa, juga dia takut jika dia katakan bisa menggunakan sihir dia akan di paksa belajar sihir. Walau itu hal yang baik, tapi dia mau menggunakan sihir saat dia mau, bukan paksaan.

Anstia menggeleng. "Tidak."

"Tapi, bagaimana bisa? Kau bangsawan." Pangeran Hilberth menatap Anstia yang menggeleng. "Kita harus memeriksakan itu."

"Untuk apa?" Kalau diadakan pemeriksaan sudah pasti akan ketahuan. "Memangnya kenapa kalau aku tidak memiliki sihir?"

"Itu buruk." Suara Pangeran Keempat membuat Anstia menoleh. "Sebenarnya setiap anggota Kerajaan, terutama yang memiliki hubungan dengan Raja akan melakukan sebuah perjanjian."

"Perjanjian?"

Pangeran Jalvier mengangguk. "Kau pasti pernah dengar cerita tentang roh." Anstia mengangguk. "Setiap anggota Kerajaan, akan melakukan sebuah perjanjian dengan roh yang menjaga tanah ini. Contohnya aku, aku membuat perjanjian dengan roh serigala penjaga hutan utara, dengan begitu jika ada sesuatu yang terjadi dengan daerah utara aku akan tau, dan bisa memerintahkan roh pejaga itu menangani disana jika bisa."

"Yap, tentu yang paling istimewa adalah Pangeran Mahkota kita yang mendapatkan roh air," Suara Pangeran Ketiga membuat Anstia menoleh. "Dia hebat, bahkan tidak ada yang pernah melihat roh air, tapi dia bisa membuat kontrak."

"Kalau Kakak?"

"Aku?" Pangeran Sylvester menunjuk dirinya. "Pedang Amendeus."

"Bukannya itu sama saja?" Pangeran Hilberth bersuara. "Pangeran Phil mendapatkan roh Burung Hantu Bintang, Pangeran Brandon memiliki peri angin."

"Karena pedang itu aku selalu menang dalam perang, hebat bukan?" Pangeran Sylvester membanggakan dirinya. "Kau juga harus membuat perjanjian, entah dengan roh, peri atau bahkan pusaka, atau dengan hewan bintang."

"Apa lagi itu?"

"Hewan Bintang berbeda dengan hewan biasa, sebenarnya Phil sangat beruntung bisa membuat kontrak dengan Burung Hantu Bintang, karena biasanya mereka adalah hewan yang sangat pemalu, bahkan tidak pernah bisa dirasakan kehadirannya, meski dengan sihir kuat sekalipun. Hewan Bintang adalah roh kuat yang mendiami suatu daerah, bisa di bilang Hewan Bintang adalah tuan tanah dari tempat tersebut. Dia sangat langka, karena itu orang yang bisa melakukan kontrak dengannya sangat beruntung." Pangeran Hilberth tersenyum. "Ayah juga memiliki kontrak dengan siluman, yaitu seekor Phoenix."

"Phoenix? Burung api? Ayah?" Anstia menatap Raja Astevia yang tampak tidak peduli. "Wow."

"Biasanya semakin kuat roh maka dia akan semakin mencari orang yang kuat juga." Hilberth menghela nafas. "Begitulah,"

"Kau juga harus memilikinya, karena mereka juga bisa menjadi pelindung dan menjadi pertahanan terakhir jika terjadi apa-apa." Pangeran Ketiga tersenyum. "Tapi, kalau kau tidak memiliki sihir akan sedikit sulit."

Anstia memaksakan senyum, ya tidak mungkin dia bilang kalau dia berbohong soal sihir. Walaupun tampaknya membuat perjanjian dengan roh dan lain-lain adalah hal yang menarik.

"Apa mereka datang sendiri?" Anstia bertanya.

"Kadang dilakukan pemanggilan, kadang datang sendiri kadang juga tidak sengaja bertemu dan cocok kemudian melajukan perjanjian." Pangeran Sylvester yang duduk di samping Anstia menjawab. "Kalau aku langsung mendatangi tempatnya, lalu cocok dan melakukan perjanjian. Jadi setiap aku butuh aku hanya perlu memanggil dan pedangku akan datang."

"Hebat!" Anstia tampak kagum. "Yang lain juga begitu?"

Pangeran Brandon mengangguk. "Ya."

"Tapi," suara Raja membuat setiap perbincangan yang terjadi berhenti, semua memberikan atensinya pada Sang Raja. "Jika kau tidak memiliki sihir, kemungkinan besar tidak akan ada yang mau membuat perjanjian. Itu akan jadi masalah."

Anstia hanya diam menatap sang Raja. "Baik."

"Kita pikirkan nanti, hari ini sampai di sini saja." Sang Raja berdiri, begitu juga para Pangeran dan Anstia yang memberikan salam sebelum keluar dari ruangan Raja.

Anstia berjalan diantara Pangeran Sylvester dan Pangeran Brandon. "Apa Mermaid itu nyata?"

"Heh? Memangnya kau tidak pernah lihat?" Pangeran Sylvester menatap aneh Anstia. "Mereka sering berada di kota, berbaur."

"Tapi kalau dalam keadaan manusia--tanpa ekor--mereka tampak seperti manusia biasa."

"Tidak," Pangeran Brandon menggeleng. "Mau sesempurna apa sihir atau ramuan yang mereka pakai, di punggung tangan mereka tetap akan terdapat sisik, walau hanya sedikit."

Anstia mengangguk.

"Masa hal seperti itu kau tidak tau." Pangeran Jalvier yang mendengar percakapan antara Adik dan Kakaknya itu melirik kebelakang. "Kau tidak pernah melihat mereka?"

"Bagaimana aku bisa melihat mereka jika hidupku hanya sebatas Istana-istana dan istana." Anstia memutar bola matanya. "Aku bahkan tidak pernah menginjak Ibu kota sejak aku lahir."

Pangeran Sylvester, Jalvier dan Brandon saling bertukar pandang. Itu sebuah fakta yang semua orang tau.

Putri Anstia tidak pernah keluar dari Istana. Pernah, itu pun karena tugas dari sang Raja. Tapi belum pernah melihat negaranya sendiri.

"Kapan-kapan ajak aku jalan-jalan ke Ibu Kota, oke?" Anstia tersenyum sebelum berbelok ke lorong menuju kamarnya.

"Kurasa terlalu dicintai tidak begitu menyenangkan juga." Pangeran Jalvier menarik ujung bibirnya. "Ya, kita tidak bisa menentang apa kata Raja."

"Aku bahkan baru sadar akan hal itu." Pangeran Brandon bersuara. "Tapi kenapa dia bertanya tentang Mermaid tiba-tiba?"

"Paling dia menemukan bacaan tentang Mermaid. Dia hanya tau dunia dari buku." Pangeran Sylvester tersenyum kecil. "Agak menyedihkan juga."

. . .

Kangen nggaaakkkkk????????

Oke, mulai kali ini makin fantasi, ya tau lah kalo fantasi. Halu tingkat tinggi, tapi aku suka

Jangan tagih update kapan, karena akupun tak tau. Masih sibuk banget

Oke

Sampai ketemu lagi

Komen jangan lupa

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

5.1M 816K 81
Di Garda Nasional Angkatan Darat, sejak usia 18 tahun Ziana telah berjuang untuk Negaranya. Ziana telah berperang beberapa kali demi menegakkan kedau...
340K 34.6K 60
[High Fantasy-Bukan Transmigrasi] Amora, putri dari seorang Marquess yang merasa jika hidupnya selalu di beda-bedakan dengan sang adik. Apakah ini se...
4.3M 545K 83
[Bukan Novel Terjemahan - END] #9 in Fantasi !!! #1 in Fantasy !!! #1 in Romansa !!! Potongan memori yang terakhir dia ingat adalah ketika matanya me...
24.3K 2.2K 61
Ketika kau mencintai seseorang maka katakan saja sejujurnya, jangan menjadi seseorang yang terus diam menyimpan perasaan! Dixie begitu kesal pada kak...