MY CHILDISH GIRL [END]

By tamarabiliskii

17M 1.7M 475K

Cowok galak vs cewek cengeng? PART MASIH LENGKAP | TERSEDIA DI GRAMEDIA Urutan baca kisah Gala Riri : My Chi... More

INFO PENTING!!!
Prolog
1. Gombalan
2. Riri Cemburu
3. Apartemen Gala
4. Baku Hantam
5. Riri vs Risa
6. Penyebab Berantem
7. Ruang BK
8. Riri kenapa?
9. Gala Nyebelin
10. Game Laknat
11. Gala Emosi
12. Bunga Matahari
13. Gara-Gara Bunga Matahari
14. Riri Pingsan
15. Dewa?
16. Baikan
17. Bunda Pulang
18. Flu
19. Get Well Soon
20. Jenguk Riri
21. Antara Gala dan Danis
22. Jangan Egois
23. Gala Ngamuk
24. Pertolongan Dewa
25. Gara-Gara Ketiduran
26. Menyesal
27. Bolos
28. Ini Apa Sih?
29. Buaya Darat
30. Ketahuan Bohong
31. Riri Dihukum
32. Mereka Baikan
34. Perjanjian
Chat
35. Gagal Pergi?
36. Gala sakit
37. Instagram Riri
38. Anak haram
39. Hajar Pandu
40. Kabar Buruk
41. Serangan Dadakan
Chat Malam Minggu
42. Banyak Mau
43. Serangan Misterius
44. Omelan Gala
45. Ditinggal Bunda
46. Takut Masuk Kelas
47. Sakit Perut
48. Menghilang
49. Marah Lagi
50. Rumit
51. Mulai Kecewa?
52. Aulia?
53. Selingkuh?
54. Capek
55. Cemburu
56. Teror Pertama
57. Luka
58. Rencana
59. Mirip Monyet
60. Flashback
Maljum
61. Kecelakaan
62. Alex dan Audrey
Gara-Gara Joko
63. Jadi?
64. Merasa Bersalah
65. Ternyata...
66. Ngambek
67. Kepikiran
Marah?
68. Kesasar
69. Alasan
70. Berbeda
71. Jangan Lemah!
72. Putus?
73. Saling Menyakiti
74. Perjodohan
75. Bingung
76. Tebak-Tebakan
77. Maaf
Gajelas
OPEN GRUP CHAT WHATSAPP
78. Panas
79. Selamat Tinggal
80. Pentas Seni
81. Balikan?
82. Berakhir
VOTE COVER & GIVEAWAY
INFO PRE-ORDER & LIVE INSTAGRAM
PRE-ORDER
SEQUEL MCG

33. Gala Ngegombal

167K 19.9K 4.3K
By tamarabiliskii

Seneng banget sama antusias kalian semuaaa!!! Part sebelumnya, Votenya udah 1k :') Makasih banyak pokoknyaa! Aku sayang kalian!!!

Maaf agak lama, sebenernya udah selesai ngetik dari tadi tapi tiba-tiba pengen ubah beberapa adegan :'))

"Tadi kenapa sih? Tumben banget minta dijemput bunda?"

Riri memandangi bundanya yang sedang sibuk mengaduk susu dalam gelas. Aktivitas rutin Desi setiap malam yang tidak bisa ditinggalkan, membuatkan susu untuk putri kesayangannya.

"Pengen aja dijemput sama bunda," bohong Riri. Padahal sudah jelas kalau hal itu ia lakukan karena Riri tidak mau pulang bersama Gala.

Desi menghampiri Riri. Meletakkan segelas susu di hadapan anak manjanya itu. "Diminum sampe habis." Tangan Desi terulur mengusap puncak kepala Riri dengan sayang.

Desi duduk di sebelah Riri. Memerhatikan anaknya yang asyik meneguk susu dengan rakus. "Pelan-pelan, Ri," tegur nya. "Tadi kasihan loh, masa Gala kamu tinggalin gitu aja? Kalian lagi berantem ya?"

"Engga kok," geleng Riri.

"Bunda liatnya ngga tega. Pas kamu tinggal tadi, muka Gala sedih banget. Udah kaya pemeran protagonis dalam sinetron yang kena siksa gitu," kekeh Desi.

Riri meletakkan gelas kosongnya ke meja. Beralih menatap bundanya yang masih tertawa tidak jelas. "Iya kaya sinetron yang bunda tonton tiap hari."

"Apaan? Bunda ngga pernah nonton sinetron ya. Tontonan bunda itu berfaedah. Bunda nontonnya berita-berita penting sama debat politik."

Riri berjalan ke sofa sambil memutar bola matanya malas. Bundanya ini memang ngada-ngada saja. Jelas-jelas Riri sering memergoki bundanya menangis saat melihat adegan sedih di sinetron.

"Riri sering denger ada lagu, ku menangis, membayangkan, betapa kejamnya dirimu atas diriku. Riri belom budek loh bun."

Desi tertawa keras. Wanita paruh baya itu ikut duduk di sebelah Riri. Menoel pipi anaknya. "Kirain bunda, anaknya bunda ini budek." Desi terkikik geli saat melihat wajah Riri yang cemburut.

"Bunda ih! Jangan ngadi-ngadi deh," protes Riri. "Masa anaknya sendiri dikatain budek."

Mendengar dering ponsel berbunyi. Mata Desi langsung terfokuskan pada ponsel yang ada di atas meja. "Tuh, Gala telfon kenapa ngga diangkat?"

"Ngga mau! Riri sebel sama Gala!" balasnya cuek. Riri malah mengalihkan pandangannya ke film kartun di layar televisi.

"Katanya tadi ngga berantem? Kenapa sebel?"

"Ya pokonya Riri sebel! Udah deh bunda diem aja," ketus Riri. "Gala itu jahat sama Riri."

"Jahat gimana? Setau bunda Gala itu sabar banget loh ngadepin kamu yang sering kumat-kumatan ngga jelas."

Mata Riri langsung berkaca-kaca mendengar perkataan bundanya yang terdengar seperti membela Gala. "Bunda ih! Kenapa bela Gala sih?! Riri sebel tau ngga?!"

Riri menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. Ia pergi ke kamar dengan mengantongi ponselnya di baju tidur berkarakter doraemaon yang ia kenakan malam ini.

"Kenapa sih telfon-telfon! Sok penting banget!" Riri melempar ponselnya yang terus berdering.

Merebahkan tubuhnya di atas kasur. Riri menutupi mukanya dengan bantal. Suara dering ponsel itu benar-benar mengganggu telinga. Sebenarnya Riri ingin mengaktifkan mode hening ponselnya. Tapi karena malas mengambil ponsel yang sudah ia lemparkan entah kemana. Riri mengurungkan niatnya. Memilih menuli saja.

"Bisa diem ngga?!" Riri melotot pada ponsel yang ternyata terlempar hingga mendekati meja belajar.

"Kalo ngga bisa diem, Riri banting lagi nih!" ancamnya dengan mata berkaca-kaca.

Tok tok tok!

"Sayang, bunda boleh masuk, ngga?"

Riri segera mengusap air matanya. Entah kenapa hari ini mood-nya benar-benar hancur. Air matanya mudah sekali keluar bahkan hanya untuk hal-hal sepele seperti perkataan bundanya tadi.

"Ngga boleh!" balas Riri.

"Bunda mau ngomong sama Riri."

"Riri mau bobok, bun."

"Ya udah kalo gitu, jangan nangis pokoknya," lebih baik Desi mengalah saja. "Good night, sayang."

"Good night too, bunda," jawab Riri lemah.

"Kenapa Gala jahat banget?" Air matanya kembali bercucuran. "Gala ngga sayang Riri lagi ya?"

"Riri sebel banget sama Gala! Tapi Riri sayang," ujarnya sembari memandangi satu lembar foto.

Dalam foto itu terlihat Gala dan Riri sedang berpelukan. Foto itu diambil beberapa bulan yang lalu saat Gala mengajak Riri dan teman-teman Riri hang out bareng bersama ketiga sahabatnya, Alan, Akbar dan Ilham. Dan yang mengambil foto itu adalah si jenglot, Ilham.

"Riri harus gimana? Riri sayang tapi kesel!" Riri berusaha memejamkan mata untuk sedikit menenangkan hatinya malam ini.

*****

"Ngga diangkat-angkat?" tanya Ilham. Cowok itu memilih duduk di samping Akbar yang sedang menikmati hisapan rokoknya.

Gala menggeleng. Sebagai jawaban tidak. "Sebelumnya Riri ngga pernah semarah ini ke gue. Paling marahnya dia cuma bertahan satu dua jam doang. Gue bujuk beliin es krim udah baikan lagi."

Alan menyahut, "Salah lo di situ, Gal. Selama ini lo selalu ngegampangin marahnya Riri. Sekalinya kaya gini, lo jadi kelimpungan sendiri."

"Nah tul!" tambah Ilham. "Jomblo-jomblo gini gue ngga sebrengsek lo ya, mentang-mentang Riri polos gampang ditipu. Lo seenaknya boongin dia."

"Kalo saran gue, Gal. Mulai sekarang lo harus jujur sama Riri. Apa yang lo tutup-tutupin dari Riri selama ini, mending lo kasih tau dia secara perlahan," ucap Akbar. Cowok itu kembali menghisap rokoknya. "Kebohongan lo yang sekarang aja buat Riri semarah ini. Apalagi kalo dia tau, selama satu tahun belakangan ini lo masih sering ikut balapan liar. Gue ngga bisa bayangin sih, gimana sakitnya Riri kalo tau lo nyembunyiin kebohongan lo sampe setahun."

Gala menghela napas panjang. "Ya jangan sampe dia tau."

"Kebohongan pasti kebongkar. Mau itu sekarang atau nanti. Semua tinggal tunggu waktu yang tepat aja." Alan tersenyum tipis. Cowok itu menepuk-nepuk pundak Gala.

Gala berdecak. "Kalian itu temen gue apa Riri sih?" protes Gala. Pasalnya dalam hal apapun selalu Riri yang mereka bela. "Perasaan kalo bahas Riri di depan kalian, selalu gue yang terpojokkan."

"Kita emang temen, bro. Brengsek-brengsek gini, gue udah anggep Riri kaya adek sendiri. Jadi gue ikut ngga rela kalo lo sampe sakitin Riri." Ilham terkikik. "Abisnya Riri itu gemesin banget, jadi pengen punya adek."

"Nah, lo kan emang punya adek!"

Ilham menatap Akbar sambil mendengus tidak suka. "Punya adek satu, batangan, udah gitu tiap hari kerjaannya ceramah mulu."

"Punya abang mirip setan, emang perlu diruqyah sering-sering." Akbar terbahak sendiri. "Gue inget banget, waktu lo ketawa-ketawa gegara nonton yutup, si El langsung nyamperin lo sambil baca doa dong."

"Abang mirip setan, adek kek malaikat. Cocok emang. Paket lengkap," sahut Alan.

"Tai kalian berdua," decak Ilham. "Makanya gue pengen adek kek Riri aja."

"Riri ngga butuh abang mirip jenglot kaya lo!" cibir Gala memutar bola matanya jengah.

"Apa gue ke rumah Riri aja ya?"

"Yakin, lo?" Alan mengarahkan dagunya ke Gala. "Katanya kalo ke rumah Riri sekarang, lo takut ketauan bundanya Riri kalo kalian lagi berantem?"

"Tapi gue kangen." Gala beranjak memakai jaket jeansnya.

"Bukannya malem ini lo ada jadwal balap sama Leon?" tanya Akbar.

Gala mengangguk. "Demi Riri, malem ini ngga papa deh gue relain kemenangan gue buat Leon."

*****

"Tapi Riri ngga cerita apa-apa sama bunda, Gal."

Gala mengunyah bolu buatan Desi dengan lahap. "Gala kira Riri udah bilang ke bunda kalo tadi dia pingsan."

Desi menuangkan air untuk Gala. "Tapi kata dokternya ngga papa 'kan?"

"Iya bun, ngga papa. Cuma kecapean karena abis dihukum nyapu taman." Gala menerima uluran gelas dari Desi lalu meneguknya hingga tesisa setengah.

"Bandel tuh anak, udah jarang banget minum vitamin. Udah tau badannya tuh ngga bisaan. Dihukum nyapu gitu aja langsung tepar." Desi geleng-geleng heran. Sejak kecil Riri memang sering sakit-sakitan. Meski bukan penyakit yang parah tapi tetap saja hal itu selalu membuat Desi khawatir.

"Gimana nanti kalo udah berumah tangga? Masa nyapu rumah langsung pingsan. Ngga lucu banget."

"Uang Gala banyak bun. Ngga perlu nyapu atau apapun itu." Tangan Gala terulur mengambil potongan bolu yang ke lima kalinya. "Riri tinggal nungguin Gala pulang kerja sama layanin Gala di ranjang."

Pletak

"Aduh, sakit bun!" ringis Gala. Cowok itu mengusap-usap kepalanya yang terasa sakit karena jitakan Desi.

"Lagian mulutnya sembarangan. Masih bocah, udah ngomongin yang engga-engga."

"Bocah gimana sih, bun? Gala bentar lagi lulus SMA. Bunda minta Gala lamar Riri sekarang juga langsung Gala jabanin. Langsung gas KUA."

"Kalo bunda ngga minta?"

"Gala maksa dong."

"Maksa apa?"

"Maksa nikahin bunda." Mendengar jawaban Gala yang terbilang ngelantur. Desi langsung melotot tajam. "Ya lagian bunda ada-ada aja nanyanya. Sok ngga peka."

Pletak

"Aduh bun, ya Allah, ini itu udah termasuk kekerasan pada caman loh bun!"

Desi mengernyit bingung. "Caman apaan?"

"Calon mantu," cengir Gala.

Desi mendengus. "Dasar, untung calon mantu. Kalo engga udah bunda gunting mulut kamu. Biar ngga ngomong sembarangan."

"Bandel-bandel gini. Gala juga ngga mau sama janda, bun," ucap Gala. "Tapi kalo jandanya kaya bunda, Gala pikir-pikir lagi deh."

Desi yang sedang megunyah bolu langsung tersedak. "GALAAAA!!!"

*****

"Ri," rengek Gala. Sejak satu jam yang lalu. Cowok itu berada di kamar Riri. Merengek sendiri, berbicara sendiri. Mirip seperti orang gila.

Sedangkan gadis yang sejak tadi ia ganggu masih tetap setia memejamkan mata. Entah benar-benar tidur atau hanya pura-pura. Namun Riri sama sekali tidak bergerak saat Gala terus-terusan mengganggu.

Seperti sekarang, Gala duduk di tepi ranjang sembari mencoba membuka kelopak mata Riri menggunakan jari-jarinya. "Ri, lo tidur beneran, ya?"

"Ri, bangun dong!" Gala menggoyangkan lengan Riri. Cukup kencang. Namun hasilnya tetap nihil. Belum ada tanda-tanda gadisnya akan membuka mata.

Gala mengacak rambutnya sendiri. "Ri, lo pasti dengerin gue, kan? Bangun napa, Ri. Ayoooo...jangan cuekin gue kaya gini."

"Lo cuekin gue dari pagi. Berasa sepuluh tahun pisah sama lo, tau ngga?!"

Gala memutari kasur. Ia memilih merebahkan tubuhnya di samping Riri. Gala memiringkan tubuhnya menghadap Riri. Melipat satu tangannya sebagai bantalan. "Ri, jangan cuekin gue, dong. Gue minta maaf banyak, banyak, banyak!"

Jari telunjuk Gala menusuk-nusuk pipi Riri yang gembul. Dalam keadaan tidur begini. Riri terlihat lebih cantik dan menggemaskan. "Ri, lo kan selalu bilang. Kenapa gue ngga pernah mau ngegombal. Malam ini spesial gue bakal ngegombalin lo."

"Ri, tau ngga?" tanya Gala menatap wajah polos Riri.

"Pasti ngga tau ya? Kan lo lagi tidur," dengus Gala kecewa. "Ya udah deh, ngga papa. Biar gue yang jawab sendiri. Ngewakilin lo."

Sebelum memulai gombalannya. Gala menghela napas panjang. Entah kenapa ia merasa sedikit grogi. Padahal gombalannya juga tidak akan didengar Riri. "Ri, lo tau 'kan? Kalo pelangi itu indah banget?"

"Pasti tau dong?" Gala tersenyum manis. "Tapi lo tau ngga kenapa pelangi munculnya ngga tiap hari?"

"Pasti lo ngga tau, ya?" Gala kembali menusuk-nusuk pipi Riri menggunakan jarinya sembari nyengir tidak jelas.

"Pelanginya minder, kalah cantik sama lo." Gala terkekeh. "Aduh, aneh ya gombalan gue? Pasti ngga nyambung anjir!"

"Aduh! Gue maluuuu! Riii!" Gala menutup wajahnya dengan bantal.

*****

Apa yang kalian ngga suka dari Riri?

Apa yang kalian ngga suka dari Gala?

Spam komen kalo kalian suka❤❤❤ Biar ngga jadi sider.

Jangan lupa vote juga. Semakin banyak yang vote semakin cepet updatenya!

Follow instagram :

@tamarabiliskii
@galaarsenio

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 171K 70
"Kak Kevan," panggil Stella. "Hm?" Stella tersenyum aneh. "Mungkin nggak? Bintang sama bulan bersama di langit yang sama lagi?" Kevano diam, pertanya...
ALAN [END] By Tamara

Teen Fiction

9.4M 1.1M 77
Meluluhkan cowok cuek? Dingin? Yang banyak fans? PART MASIH LENGKAP | TERSEDIA DI TBO & GRAMEDIA Spin Off My Childish Girl (Bisa dibaca terpisah) *...
1K 158 48
Nama nya Arka Dirgantara, laki-laki yang memiliki tatapan seperti elang dan jarang berbicara. Ia juga seorang ketua geng motor yang cukup terkenal. A...
1.2M 110K 58
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...