"AAAAAAAAAAAAAAA!!!"
"TOLONGGGGG!!! ADA TUYUL JELEK!!"
Gala yang masih berbaring di samping Riri dengan tangan yang melingkar di pinggang gadis itu langsung lompat ke lantai sambil mengusap-usap telinganya.
"Mana? Mana? Mana tuyulnya?" panik Gala. Ia melemparkan tatapannya ke semua sudut kamar. Namun masih belum menemukan sosok tuyul yang membuat Riri berteriak pagi-pagi begini.
"Ih ngapain?!" Riri berdiri di depan Gala sambil berkacak pinggang.
"Mana tuyulnya, woi?!"
"Gala tuh kaya tuyul! Suka ngilang!"
"Hah? Jangan bilang lo tadi teriak-teriak karena..."
"Ya karena Riri kaget liat tuyul jelek meluk Riri pagi-pagi," sela Riri.
Gala mendorong dahi Riri ke belakang. "Jadi maksud lo gue kaya tuyul gitu?"
Riri mengangguk. "Gala kaya tuyul karena suka ngilang. Buktinya tadi malem tiba-tiba ilang. Ngga jadi ngajak jalan-jalan. Ngga ngasih kabar."
"Riri bete! Marah pokonya!"
Riri berjalan keluar kamar Gala dengan kaki yang ia hentak-hentakkan kesal.
Gala mengikuti Riri yang duduk di sofa. Merebahkan tubuhnya dengan paha Riri sebagai bantal. "Sri, lo..."
"RIRI!" koreksi Riri dengan suara galak.
"Galak amat," Gala mengelus dadanya. "Lo marah ya sama gue?"
Gala memandangi wajah polos Riri yang baru bangun tidur. Rambutnya acak-acakan dengan bekas iler di mulutnya. Tidak jijik, Gala malah ingin tertawa karena ekspresi Riri saat ini sungguh menggemaskan.
"Ngga!" ketus Riri.
Gala tersenyum. Ternyata wajah Riri terlihat semakin cantik saat dilihat dari bawah begini.
"Gala ngapain senyum-senyum!" Riri memukul kepala Gala sampai cowok dengan keadaan tubuh shirtless itu meringis kesakitan.
"Kejam amat lo Sr..."
"Riri ih!" Riri menjambak-jambak rambut Gala.
Gala berteriak sambil memejamkan mata menahan rasa sakit di kepala akibat ulah gadis nakalnya ini. "Woi, Ri! Bisa botak gue anjir!"
Pergerakan tangan Riri untuk menarik rambut Gala semakin kuat. "Pokonya Riri sebel sama Gala! Gala jahatt...hiks...hiks..."
Meski sempat kuwalahan namun akhirnya Gala berhasil juga menahan kedua tangan Riri yang bar-bar. Gala mengangkat kepalanya dari paha Riri.
Masih dengan tangan yang mengunci pergerakan Riri. Gala berdecak, "Kok lo yang nangis? Kan gue yang lo jambakin! Bego amat sih!"
Mendengar Gala yang mengatai dirinya bego. Tangis Riri malah semakin pecah. Kakinya menendang-nendang meja di depannya. Kalau sudah mencak-mencak begini pasti Gala akan kalah.
"Hiks...hiks...Gala jelek! Riri ngga suka! Ngga suka! Aaaaaa Riri kesel!" jerit Riri disertai air mata yang sudah mengalir deras. Tangannya masih berusaha memukul dada Gala. Bahkan kakinya sekarang menendangi kaki Gala.
Gala harus benar-benar ekstra sabar menghadapi Riri yang sedang kumat begini. Untungnya bagi Gala hal ini sudah menjadi tradisi. Saat Riri sedang marah atau kesal pada Gala pasti gadis cantik ini akan mencak-mencak seperti sekarang. Kalo kata Ilham mirip reog Ponorogo yang sedang tampil.
"Ri, astagfirullah. Udah, Ri, udah." Gala berusaha menenangkan. "Gue minta maaf, Ri. Maaf, Ri, maaf."
"Gala jahat! Gala bohongin Riri! Gala ninggalin Riri sendiri di sini! Gala pembohong!" Riri tidak lagi memukuli Gala. Ia menggunakan kedua tangannya untuk menutup muka. Menangis tersedu-sedu hingga punggungnya bergetar.
Gala yang melihat Riri begitu. Semakin merasa bersalah. Ini semua memang salahnya. Harusnya Gala tidak ketiduran di markas. Harusnya Gala hanya mengantarkan Sintia pulang saja. Tidak perlu menemani Sintia sampai orang tuanya datang.
"Ri, maafin gue."
Riri menepis tangan Gala yang berusaha memeluknya. "Ngga usah pegang-pegang Riri! Gala jahat!"
"Ri, maaf..." cicit Gala menyesal.
"Gala jahat!"
"Iya Ri, maaf."
"Gala pembohong!"
"Maaf sayang."
"Gala tega ninggalin Riri lama!"
"Maaf sayang."
"Riri benci Gala!"
"Ngga boleh."
"Gala ngga sayang Riri!"
"Sayang."
"Bohong! Gala jelek!"
"Ganteng, Ri!"
"RIRI BILANG JELEK YA JELEK!" Riri mengusap air matanya dengan kasar. Ingus yang sedari tadi ingin keluar ia sedot-sedot terus.
"Iya-iya gue jelek." Lebih baik Gala mengalah saja dari pada perdebatan ini tidak kunjung selesai.
"BILANG DULU KALO GALA JELEK KAYA MONYET!"
Tadi dikatain tuyul sekarang dikatain monyet. Batin Gala.
"Iya-iya sayang. Ngga usah teriak gitu dong. Ntar tenggorokan lo sakit." Gala mengusap-usap pipi Riri yang basah karena air mata dan ingus yang sudah mengalir kemana-mana.
"AYO BILANG IH!!!"
"Gue jelek kaya monyet."
Riri menatap Gala kesal. Sejak tadi bibirnya melengkung ke bawah menahan tangis. "PAKE TERIAK! CEPET! TIGA KALI!"
"GUE JELEK KAYA MONYET!"
"GUE JELEK KAYA MONYET!"
"GUE JELEK KAYA MONYET!"
"Udah kan?" Riri mengangguk lalu mengusap ingusnya sembarangan.
Gala mengambil tisu lalu mengulurkannya ke wajah Riri. "Ck, belepotan gini!"
Dengan telaten Gala mengusap wajah Riri hingga terlihat lebih baik. "Ingus lo sini keluarin."
Masih dengan sesenggukan Riri menuruti perintah Gala untuk mengeluarkan ingusnya. "Udah gue bilang ngga usah macem-macem. Pake nangis segala! Ujung-ujungnya ingus aja gue yang bersihin!"
"Gal..a....sa..."
"Kenapa? Sakit kan sekarang tenggorokan lo? Udah gue duga dari awal."
Riri menangguk lemah. Matanya kembali meneteskan air mata.
"Ngga usah nangis lagi. Ngga cape apa?"
"Sa...kit..."
"Ck, makanya ngga usah teriak-teriak napa! Sini naik gue peluk." Gala menepuk-nepuk pahanya.
Tanpa penolakan Riri langsung naik ke pangkuan Gala. Menyandarkan kepalanya di dada bidang cowok itu. Pipi Riri terasa panas karena bersentuhan kulit bagian dada Gala secara langsung.
"Usap-usap..." rengek Riri menunjukkan lehernya agar Gala mengusap-usap leher itu.
Dengan sabar dan lembut Gala mulai mengusap-usap leher Riri. "Minum susu ya?" tawar Gala.
Riri menggeleng. "Ngga mau! Riri mau mandi, sekolah."
"Ngga usah sekolah udah telat juga."
"Tap..."
"Ntar kita jalan-jalan," potong Gala cepat.
"Beneran?" Mata Riri berbinar bahagia.
"Iya. Asal lo harus maafin gue ya? Dan ngga boleh bilang benci sama gue, oke?"
Riri mengangguk semangat. "Iya tapi Gala ngga boleh bohongin Riri kaya semalem. Semalem Gala kemana?"
Mampus.
"Gue ketiduran di markas."
"Ngga bohong?"
"Tanya Ilham sama Akbar kalo ngga percaya."
"Cuma ketiduran doang 'kan? Gala ngga bohong 'kan?"
"Iya ngga bohong," angguk Gala. "Jangan banyak nanya. Yang penting ntar kita jalan-jalan."
Riri teringat sesuatu. "Tapi bolos."
"Ngga papa, Ri. 'Kan sekali doang."
Riri memukul dada Gala. "Tapi Gala berkali-kali."
"Mau minum susu ngga?" Riri mengangguk.
"Udah ya usap-usapnya." Gala menghentikan kegiatannya mengusap-usap leher Riri. Gala berdiri mendudukkan Riri di sofa.
"Gala mau kemana ih?!"
"Kan buatin lo susu! Emangnya gue bisa sulap terus susunya langsung ada di depan mata gitu?"
Bibir bawah Riri mencebik kesal. "Ih! 'kan Riri mau ikut Gala!"
"Ck, ngapain sih? Tunggu sini aja. Mau ikut, kaya bisa bikin susu aja!"
"Galaaa..." rengek Riri.
Gala mendengus, "Ya udah ayo!"
"Gendong..." Riri merentangkan dua tangannya pada Gala.
"Berat Ri! Masa gue bikin susu sambil gendong lo? Yang ada susu lo yang gue minum!" Gala melirik ke bagian atas tubuh Riri yang...ah! Tidak-tidak. Meskipun tubuh Riri tergolong mungil tapi bentuk tubuh itu cukup proposional untuk gadis seumurannya.
"Galaaaaa! Ih!" Matanya berkaca-kaca.
"Ya udah ayo..."
Menghela napas panjang. Gala membawa Riri ke dapur dengan menggendongnya seperti koala.
"Duduk sini aja, ngga usah bawel."
Gala mendudukkan Riri di atas meja makan. Membuat gadis itu mencebikkan bibir bawahnya kesal. Riri menganyun-ayunkan kakinya yang tidak menyentuh lantai. Ekor matanya terus mengikuti setiap pergerakan Gala yang sedang membuatkan susu untuk Riri.
"Tinggal rasa cokelat, ngga papa ya?" Gala mengaduk-aduk susu di gelas.
"Stroberi ih!"
"Habis."
"Tapi Riri maunya yang stroberi!"
"Ngga ada, Ri. Jangan bawel."
"Ih! Riri mau yang stro..."
"Diem apa gue gunting mulut lo?" Gala melotot tajam. Tangannya bergerak mengarahkan gunting ke Riri.
"Jahat," gumam Riri pelan. Riri hendak turun dari meja tapi tidak jadi karena Gala sudah melotot ke arahnya.
"Diem di sana!" bentak Gala.
Tapi akhirnya Riri tidak menggubris Gala yang terus meneriaki dirinya. Riri tetap turun dan berlari kecil meninggalkan dapur.
"RIRI! JANGAN NAKAL LO YA!"
*****
Jangan protes kenapa Riri ngga marah bgt ke Gala. Ya karena Riri kan belom tau kalo Gala batalin janjinya selain ketiduran di markas juga karena bantuin Sintia. Kasian ya Riri :') jadi pengen peluk bang Alan :'))
Kapan Riri bakalan tau? Pada saat yang tepat. Hehe.
Jangan bosen sama cerita ini hanya karena ngga sesuai dg apa yg kalian mau. Semua akan berjalan sesuai alurnya. Pada akhirnya hati juga bisa lelah kan? Semoga saat itu terjadi Riri kuat ya :')
Jangan lupa vote dan komen yg banyakkk!!!
Follow instagram :
@tamarabiliskii
@galaarsenio