TAWS (1) - Anstia

By Dasyalily

2M 293K 10.2K

The Another World Series (1) - Anstia Cerita berdiri sendiri. Dia terbangun dengan tangan mungil dan badan... More

Prolog
1. Putri Terbuang
2. Pangeran
3. Putri Bodoh
4. Raja Iblis
5. Semakin Dekat
6. Benci
7. Penyerangan
8. Titah Raja
9. Putri Ceroboh
10. Kepergian Raja
11. Pangeran Pembenci
12. Anastia
13. Benda Berkilau
14. Luka dan Luka
15. Pembuktian Pertama
16. Raja dan Amarah
17. Pandangan Pertama
19. Pangeran Pertama
20. Putri yang Ditolak
21. Sepuluh Tahun
22. Putri Janesita
23. Orang Aneh
24. Terjebak
25. Patah
26. Kemah Putri
27. Teman Baru
28. Aku Berbeda
29. Hati yang Beku
30. Cinta Yang Kembali
31. Acara Menginap
32. Petak Umpet
33. Penghuni Baru
34. Rambut Emas
35. Mermaid
36. Sihir
37. Dunia Baru
38. Pertemuan
39. Manis
40. Penjaga
41. Sihir
42. Bertemu Lagi
43. Kembali Bertemu
44. Perjanjian
45. Ikatan
46. Kembali
47. Satu Persatu
48. Petunjuk
49. Perpisahan dan Awal Baru
50. Keingintahuan
51. Perubahan
52. Kejujuran
53. Rahasia
54. Pengakuan
55. Permintaan
56. Mulai Berakhir
57. Semakin Parah
58. Semua Yang Nyata
59. Kertas
60. Terlepas
61. Mereka
62. Dunia Berbeda
63. Keputusan Berat
64. Mulai Berubah
65. Tanda Balik
66. Sudut Pandang
67. Beberapa Hal Yang Tersembunyi
68. Perlajanan
69. Kastil
70. Buku Jalan
71. Halaman Akhir
72. Kemenangan
73. Hubungan Yang Diperbaiki
74. Ketenangan Setelah Badai
75. Akhir Paling Indah
Epilog

18. Jalan

35.4K 4.7K 70
By Dasyalily

Pangeran Haindre, adalah Putra Mahkota di Kerajaan Kabut. Umurnya sama dengan Pangeran kelima. Memiliki bakat dalam banyak bidang, memanah, berpedang, berkuda bahkan pandai berbahasa asing.

Anstia menatap buku yang ia baca, dia bukan penasaran cuma ingin tau saja siapa Pangeran Haindre. Karena saat dia bertanya pada pelayannya, mereka semua serempak menyatakan jika Pangeran Haindre adalah Pangeran yang cerdas.

Oke, Anstia akui itu. Menggigit bibir bawahnya, Anstia tidak bisa menahan senyumannya saat ingat Pangeran tampan itu mencium tangannya.

"Aku tidak ingin mencuci tanganku rasanya." Anstia menatap gambar Pangeran Haindre di buku yang ia ambil dari perpustakaan Kerajaan.

Apa yang Anstia bayangkan saat itu sangat mirip dengan Pangeran yang ia lihat tadi. Jika benar semua ini sesuai dengan apa yang ia ingat, maka dia akan menikah dengan Pangeran Haindre nantinya.

Wajah Anstia memanas, kenapa bisa dia membuat cerita seperti itu?! Ya ampun. Bahkan dia ingat jika dia membuat adegan dimana keduanya akan berciuman.

Uhh..

Bodohnya dia sampai membuat cerita roman seperti itu. Tapi, rasanya manis juga. Tapi, ayolah dia baru lima belas tahun, bahkan belum genap.

Anstia menatap jendela kamarnya, Pangeran Haindre sangat mirip dengan apa yang dia bayangkan di cerita. Pangeran itu menjadi fantasi Anstia saat membayangkan seseorang yang akan mencintainya di masa depan. Walau itu mustahil.

Tapi, Pangeran itu nyata di dunia aneh ini. Entah karena memang merupakan jalan cerita, atau karena Anstia saja yang gampang baper, rasanya si Pangeran itu menarik semua intuisi Anstia. Membayangkan sang Pangeran mencium tangannya seperti kemarin membuat wajah Anstia lagi-lagi terasa panas.

Anstia menutup buku sejarah Kerajaan Kabut, dia ingat memiliki janji dengan Pangeran Ketiga untuk berkuda.

Mengganti pakaiannya dengan pakaian khusus untuk berkuda, Anstia berjalan keluar dari kamarnya menuju kandang kuda istana. Anstia bersyukur dia tidak menulis cerita dengan latar tahun delapan puluhan, karena pasti pada saat itu pakaian seperti yang ia kenakan tidak akan ada. Dia hanya membuat cerita Kerajaan yang sudah modern, meski tidak dengan kehadiran mobil atau pesawat telepon.

Anstia mengusap kuda kesayangannya, namanya Chik. Kuda berwarna cokelat dengan keempat kakinya bagai memakai sepatu karena bulu di sekitar kakinya berwarna putih.

"Aku kira kau akan terlambat." Anstia menunduk, memberikan hormat pada Pangeran ketiga. "Hentikan itu, kau tidak perlu harus selalu membungkuk saat bertemu denganku!" Pangeran Sylvester menatap Anstia kesal.

Anstia terkekeh. "Kau berlebihan, Kak." Anstia naik ke atas pelana kudanya, di ikuti Sylvester yang mengejar sang adik yang memacu kuda dengan cepat.

Anstia menghentikan kudanya di danau yang sering ia datangi saat kecil, ia jadi ingat pada penyihir yang sering bersamanya datang kemari.

"Hei," Anstia menoleh pada Pangeran ketiga. "Mau bertaruh siapa yang sampai duluan di istana?"

"Siapa takut!"

***

Mata biru yang khas itu menatap Putri Anstia yang baru keluar dari kamarnya, kembali rapi dengan gaun panjang dan rambut yang tergerai.

Anstia menunduk, memberikan hormat pada sang Raja. "Ayah mau kemana?"

"Mengajakmu berjalan-jalan." Sang Raja mengangkat tangannya, membuat para pelayan dan pengawal yang menemani mereka pergi.

Anstia berjalan di samping sang Raja, sudah lama dia tidak seperti ini dengan sang Ayah. Halaman samping istana menjadi tujuan sang Raja membawa Anstia. Halaman yang memiliki taman bunga, Anstia sering kemari saat sedang bosan. Hanya menatap bunga dengan warna yang beragam membuatnya tenang.

"Kau tau cerita tentang Kerajaan ini, bukan?"

Anstia tersenyum, mengangguk pelan. Dia menatap warna warni bunga yang ada di taman itu. "Aku tau semua cerita tentang Kerajaan ini."

Astevia melirik Putrinya yang sudah tumbuh besar, dan wajah itu semakin mirip dengan sang permaisuri.

"Kau sangat mirip dengan ibumu."

Anstia tersenyum, dia menatap sang Raja. "Aku bahkan tidak tau ibuku seperti apa. Apa dia cantik? Apa dia baik? Apa dia akan menyayangiku? Aku selalu penasaran tentangnya, aku tidak pernah mendapatkan kasih sayang selain dari pelayan yang menjagaku sejak kecil. Aku bahkan selalu membayangkan wajah ibu seperti apa," Anstia menatap rerumputan. "Aku selalu ingin bertanya, tapi aku takut itu akan membuat orang lain sedih. Terutama Ayah, yang sangat kehilangan. Aku tau, seharusnya Ayah membunuhku sejak dulu, aku membuat Ayah dan negara ini kehilangan Ratu mereka. Aku membuat Pangeran kedua kehilangan ibunya, aku tau kenapa Pangeran kedua tidak pernah menyukaiku."

Anstia menatap sang Raja yang sejak tadi hanya bungkam. Entah membiarkan Anstia untuk bercerita atau membenarkan ucapan Anstia.

"Karena aku yang membunuh sang Ratu, harusnya aku tidak pernah lahir." Ini hanya cerita yang ia tulis di buku hariannya, hanya hasil imajinasinya, tapi kenapa rasanya dia sedih sekali?

"Kau memang membuatku kehilangan seseorang yang sangat berharga." Anstia menatap sang Raja, matahari hampir mencapai peraduannya. Membuat langit berubah menjadi oranye. "Tapi, dia ingin kau hidup. Karena itu aku membiarkanmu hidup."

"Kalau tidak Ayah pasti sudah membunuhku, 'kan?"

Raja Astevia menggeleng. "Aku tidak ingin kehilangan lagi, cukup aku kehilangan orang yang aku sayangi sekali. Aku tidak mau lagi."

Anstia menghela nafas, dia mengangguk pelan. "Aku mengerti, Ayah."

Raja Astevia memeluk Anstia, dia mungkin tidak pintar berkata-kata tapi dia benar-benar menyayangi anak-anaknya, baik para Pangeran ataupun Anstia.

"Kau sudah sah menjadi Putri Raja." Anstia menatap sang Raja, mata yang mirip dengan miliknya itu menatap teduh. "Kau akan ikut kemah para Putri minggu depan."

"Apa?" Anstia melepaskan pelukannya. Raja ini benar-benar penuh dengan kejutan. "Maksud Ayah?"

"Kau selalu sendiri, aku rasa dengan cara ini kau bisa mendapatkan teman. Kau perlu bergaul dengan anak seumuranmu."

Anstia ingin protes, dia tidak butuh  memiliki teman apalagi para Putri yang munafik. Dia sudah tau semua, para Putri biasanya hanya baik di depan, namun busuk di belakang.

"Pergilah, kemah itu laksanakan di Kerajaan Umber. Disana banyak benda berkilau."

Kesukaan Anstia pada benda berkilau belum hilang, oke? Bahkan dia pernah mencuri berlian kucing milik Pangeran Brandon, tapi langsung mengembalikan pada kucing abu-abu yang semakin tua itu.

"Buku dan benda berkilau cukup jadi imbalannya, kan?"

"Deal."

"Deal?" Sang Raja menatap Anstia bingung. Bisa-bisanya dia keceplosan bahasa yang tidak di mengerti oleh Raja. Walau sudah lima belas tahun berapa di tempat ini, kebiasaan berbicaranya belum hilang, masih tetap sama namun ia tutupi.

"Maksudku, iya. Aku setuju untuk pergi." Anstia menyengir dia meraih lengan Raja dan bersandar di lengan sang Raja. "Aku menyayangimu, Ayah. "

Raja Astevia mengusap rambut Anstia.

. . .

Komennnnnn...

Continue Reading

You'll Also Like

961K 54.5K 57
[FOLLOW AUTHOR TERLEBIH DAHULU, KARENA ADA PART YANG DI PRIVATE] โ˜ ๏ธ: Slow update. โ˜ ๏ธ: Typo dimana-mana. "Maksud lo?" "A-aku hamil kak" ____________...
3.5M 346K 94
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
1.9M 274K 92
Catatan: Akan segera terbit, chap masih lengkap, belum revisi, boleh dibaca tapi jangan sampai lupa kasih vote. Keep waiting for the book, Kay?? [ Re...
2M 204K 46
โ๐Œ๐ž๐ซ๐ž๐ค๐š ๐ฌ๐š๐ฆ๐š-๐ฌ๐š๐ฆ๐š ๐ญ๐ž๐ซ๐ฅ๐ฎ๐ค๐š, ๐ญ๐ž๐ญ๐š๐ฉ๐ข ๐๐ž๐ง๐ ๐š๐ง ๐œ๐š๐ซ๐š ๐ฒ๐š๐ง๐  ๐›๐ž๐ซ๐›๐ž๐๐š.โž [Follow sebelum membaca] 1 in #pangeran...