TAWS (1) - Anstia

By Dasyalily

2M 296K 10.2K

The Another World Series (1) - Anstia Cerita berdiri sendiri. Dia terbangun dengan tangan mungil dan badan... More

Prolog
1. Putri Terbuang
2. Pangeran
3. Putri Bodoh
4. Raja Iblis
5. Semakin Dekat
6. Benci
7. Penyerangan
8. Titah Raja
9. Putri Ceroboh
10. Kepergian Raja
11. Pangeran Pembenci
13. Benda Berkilau
14. Luka dan Luka
15. Pembuktian Pertama
16. Raja dan Amarah
17. Pandangan Pertama
18. Jalan
19. Pangeran Pertama
20. Putri yang Ditolak
21. Sepuluh Tahun
22. Putri Janesita
23. Orang Aneh
24. Terjebak
25. Patah
26. Kemah Putri
27. Teman Baru
28. Aku Berbeda
29. Hati yang Beku
30. Cinta Yang Kembali
31. Acara Menginap
32. Petak Umpet
33. Penghuni Baru
34. Rambut Emas
35. Mermaid
36. Sihir
37. Dunia Baru
38. Pertemuan
39. Manis
40. Penjaga
41. Sihir
42. Bertemu Lagi
43. Kembali Bertemu
44. Perjanjian
45. Ikatan
46. Kembali
47. Satu Persatu
48. Petunjuk
49. Perpisahan dan Awal Baru
50. Keingintahuan
51. Perubahan
52. Kejujuran
53. Rahasia
54. Pengakuan
55. Permintaan
56. Mulai Berakhir
57. Semakin Parah
58. Semua Yang Nyata
59. Kertas
60. Terlepas
61. Mereka
62. Dunia Berbeda
63. Keputusan Berat
64. Mulai Berubah
65. Tanda Balik
66. Sudut Pandang
67. Beberapa Hal Yang Tersembunyi
68. Perlajanan
69. Kastil
70. Buku Jalan
71. Halaman Akhir
72. Kemenangan
73. Hubungan Yang Diperbaiki
74. Ketenangan Setelah Badai
75. Akhir Paling Indah
Epilog

12. Anastia

37K 5.3K 91
By Dasyalily

Setelah sekian lama tinggal di istana, perlahan Anstia mulai mengenal dan tau letak tempat-tempat yang ada di istana.

Contohnya dapur.

Anstia memperhatikan para koki yang tampak sibuk memasak, sedangkan Anstia melirik sesuatu yang baru saja diletakan di atas meja.

Cup cake. Tampaknya keracunan saat itu tidak membuat Anstia kapok untuk makan cup cake.

Melangkah dengan kaki kecilnya, Anstia mengintip kedapur. Tersenyum, Anstia mengambil dua cup cake dan melangkah keluar dari dapur.

"Kebiasaan." Anstia menoleh, tubuhnya yang sempat menegang merileks melihat siapa yang menegur.

"Kau mau?" Anstia mengulurkan cup cake ditangan kanannya kepada Yasa yang mendengkus, berjalan meninggalkan Anstia yang mengejar penyihir kecil itu.

"Yasa," Menoleh dengan malas, Yasa menghentikan langkahnya. "Temani aku kedanau."

Yasa berdecak, sebenarnya dia malas. Tapi, dia juga tidak ada pekerjaan lain. Lagipula didanau dia bisa tidur.  Dengan sihirnya, Yasa membuka portal yang langsung menuju danau.

Anstia melompat masuk, tersenyum senang saat tiba di pinggir danau berkilau yang menjadi tempat kesukaannya.

Yasa duduk bersandar disalah satu pohon, sedangkan Anstia memilih untuk mendekat pada danau berkilau kesukaannya.

Matahari yang mengenai permukaan danau memberikan kesan berkilau saat bertemu dengan air.

"Terimakasih." Anstia menyodorkan cup cake ke hadapan Yasa. Menerima, Anstia tersenyum saat Yasa menerima pemberiannya. Meski hanya penyihir itu letakan di atas perutnya dan kembali tidur.

Anstia duduk disamping Yasa, matanya masih belum lepas dari danau berkilau. Dia ingat, saat pertamakali sang Raja membawanya kemari.

Ah, Anstia menatap danau berkilau itu dengan sendu. Ini sudah tiga bulan sejak kepergian Raja untuk melihat daerah kekuasaannya dan selama itu pula, Anstia menunggu. Mungkin ucapan Yasa benar, dia mulai menyayangi Ayahnya itu. Tapi, dia juga tidak bisa terlalu percaya. Karena dia ingat bagaimana ending cerita ini.

"Yasa."

Yasa hanya bergumam, masih dengan mata tertutup.

"Ini sudah tiga bulan."

Mata Yasa terbuka, melirik Anstia yang menatap sendu kearah depan.

"Mereka pergi, sudah lama sekali ya?" Yasa diam. Anstia menunduk, menatap cup cake ditangannya. "Aku ingin benda berkilau!"

Yasa mendengkus kuat. "Apa isi kepalamu hanya benda berkilau?"

Anstia menyengir. "Koleksi benda berkilauku belum mengalami peningkatan, tidak ada yang memberikan aku benda berkilau tiga bulan ini. Biasanya Raja yang memberikan, tapi 'kan Raja masih bepergian."

Yasa hanya menggelengkan kepalanya. "Aku dengar, Raja akan segera pulang."

"Benarkah?" Anstia menatap Yasa dengan binar dimatanya.

"Kalau tidak salah, Raja akan pulang besok."

Anstia berdiri menatap Yasa dengan senyuman lebar. "Akhirnya!"

"Kau bahagia sekali."

Anatia mengangguk. "Kau tau, Pangeran kedua semakin menyeramkan. Aku takut dia akan benar-benar membunuhku jika Raja tidak segera kembali."

"Pangeran kedua tentu masih punya otak. Mana mungkin dia membunuhmu. Membunuh anggota Kerajaan sama saja mengantar nyawa, sekalipun yang melakukan sesama anggota Kerajaan."

"Sudah kau sore. Sebaiknya kita kembali." Anstia menarik tangan Yasa, penyihir kecil itu pasrah saja. Dia membuka portal dan membiarkan Anstia masuk lebih dulu.

***

Sudah tiga bulan ini dia tidur sendiri dikamar sang Raja. Dan karena itu pula penjagaan disekitar kamar Raja semakin ketat. Padahal saat ada Raja, kamar itu tidak dijaga. Raja saja cukup. Kalaupun ada yang menjaga paling-paling hanya penjaga yang berpatroli.

Setelah membaca buku yang biasanya dia ambil dari perpustakaan bersama Yasa--atas paksaan Anstia tentunya--gadis kecil itu membaringkan badan diatas kasur, dengan buku yang masih ia baca dengan gaya tengkurap.

Mungkin karena semilir angin, Anstia tertidur dengan posisi tengkurap dan buku yang masih terbuka.

Pintu besar bergagang emas itu terbuka, bukan pelayan atau pengawal namun sang Raja yang berjalan masuk dengan wajah datar namun tampak lelah.

Pandangan sang Raja langsung tertuju pada beberapa tumpuk buku yang ada di atas meja, matanya melirik tempat tidur. Ada seseorang di sana.

Raja Astevia berjalan mendekat, dia menatap gadis kecil yang tertidur dengan buku terbuka. Melirik ruang disebelah Anstia, sang Raja menatap beberapa buku yang bertumpuk di dekat bantal.

Mengambil dan menutup buku yang dibaca Anstia hingga tertidur, sang Raja membawa tumpukan buku yang ada di atas tempat tidur dan meletakan diatas meja.

Mengganti pakaianya dengan baju tidur, sang Raja mengangkat tubuh kecil Putri Anstia, membuat gadis kecil itu sedikit bergerak dalam tidurnya.

Menyadari jika sang Putri masih tetap tertidur, Raja Astevia naik keatas tempat tidur, berbaring secara perlahan masih dengan Putri Anstia digendongannya.

Astevia mengusap rambut keemasan bercampur perak milik Anstia. Sudah tiga bulan dia meninggalkan gadis kecilnya. Dan tampaknya gadis kecil ini menghabiskan waktunya dengan membaca. Ternyata ucapan beberapa pengawal khusus yang sang Raja tugaskan untuk menjaga Anstia secara diam-diam benar. Gadis kecil itu banyak menghabiskan waktu dengan membaca atau bermain dengan penyihir kecil yang selalu ada di dekat sang Putri. Sepertinya Astevia harus memberikan sesuatu pada penyihir kecil itu karena menjalankan tugasnya dengan baik.

Astevia memeluk, melepaskan rasa rindunya pada sang Putri. Sepertinya dia benar-benar menyayangi Anstia. Bahkan gadis kecil ini dengan begitu mudah membuatnya jatuh. Padahal para Pangeran bahkan harus berdarah-darah agar ia akui.

"Anstia Anastia Ambertia."

***

Pagi tadi Anstia terbangun dengan buku-buku bacaannya yang tidak lagi berada diatas tempat tidur. Dia hanya berpikir mungkin pelayan yang membereskan.

Tapi, masa iya? Biasanya para pelayan itu akan membereskan setelah Anstia selesai mandi. Tapi ini bahkan Anstia belum bangun.

Setelah mandi dan sarapan bersama Yasa di taman belakang istana--walau sebenarnya tidak boleh--Anstia duduk dipinggir danau bersama Yasa--tentunya.

Anstia memainkan bola bening milik Yasa yang selalu penyihir itu bawa kemana-mana. Yasa hanya diam, duduk bersandar pada pohon favoritnya untuk tidur jika sedang berada di danau berkilau.

Membaringkan badannya di rerumputan, tanpa peduli nantinya gaun yang ia gunakan akan kotor, Anstia menatap langit yang bersih dari awan, langit biru sangat cerah diatas sana.

"Aku lapar!"

"Baru satu jam yang lalu kau selesai makan." Yasa membalas tanpa membuka matanya.

"Ayo mencuri di dapur!" Anstia menarik ujung jubah hitam milik Yasa, penyihir itu mendengkus kuat.

"Kau Putri tapi mencuri."

"Mereka juga tidak marah kok." Balas Anstia tidak terima.

"Siapa yang mau memarahi anak Raja? Mau kepalanya dipenggal?" Yasa membalas ketus.

"Kau disini adik kecil." Anstia yang tadinya sibuk merayu Yasa untuk menemaninya menoleh kaget. "Hai." Pangeran ketiga menyapa.

"Kakak!" Anstia berlari memeluk Pangeran Jalvier sedangkan Yasa membungkuk, memberikan salam yang dibalas anggukan oleh sang Pangeran.

"Rambutmu semakin panjang." Pangeran Jalvier menyentuh rambut Anstia yang memang bertambah panjang.

"Kakak pulang lama sekali." Anstia menatap Pangeran Jalvier yang menggendongnya.

"Kau merindukanku?"

Anstia mengangguk, memeluk Pangeran keempat. "Hu'um."

Pangeran keempat tertawa. "Aku membawa banyak benda berkilau, kau mau?"

Dengan anggukan kuat Anstia menjawab membuat tawa sang Pangeran kembali terdengar, sedangkan si penyihir hanya menggeleng pelan. Dasar Putri pecinta benda berkilau.

. . .

Berkilau...

Continue Reading

You'll Also Like

96.7K 11.3K 22
Irenica Lucia De Vony tokoh utama Villain, setelah melalui berbagai penderitaan, semesta masih belum mengizinkan Irenica untuk bahagia. Cinta, kebaha...
1.5M 122K 95
Satu-satunya harapan Sera adalah diakui dan dicintai oleh putra mahkota. Demi pengakuan dan cinta dari sang Putra Mahkota membuat Sera melakukan sega...
11.7K 2K 48
Apa yang akan terjadi ketika kalian sedang tertidur lalu tiba-tiba terbangun di atas dahan pohon di tengah-tengah hutan yang sepi? menakutkan? Atau m...
382K 18.3K 22
Tasya sebenarnya adalah princess Vanessa, princess dari kerajaan Fiore. Menjelang pesta dansa, mengingat hilangnya princess Vanessa, prince Dexter tu...