KALEIDOSCOPIC

By prncch

682K 58.6K 6.7K

Vina tidak pernah menyangka perkataannya tentang laki-laki idaman semasa remaja benar-benar terjadi padanya... More

(1) BERYL
(1A) BERYL
(1B) BERYL
(2) IGNEOUS
(2A) IGNEOUS
(2B) IGNEOUS
(2C) IGNEOUS
(2D) IGNEOUS
(3) IGNORAMUS
(4) OBLIVIOUS
(5) TYRANT
(6) PLETHORA
(6A) PLETHORA
(6B) PLETHORA
(6C) PLETHORA
(6D) PLETHORA
(6E) PLETHORA
(6F) PLETHORA
(6G) PLETHORA
(7) My Big Boss
(8) INCARNATE
(8A) INCARNATE
(8B) INCARNATE
(8C) INCARNATE
(9) DAME
(9A) DAME
(9B) DAME
(9C) DAME
(9D) DAME
(10)BERYL - 2
(10A) BERYL-2
(10B) BERYL-2
(10C) BERYL-2
(11) DREAMS
(11A) DREAMS
(11B) DREAMS
(12) GADAISA
(13) RAIN
(13A) RAIN
(13B) RAIN
(13C) RAIN
ATTENTION
THANKYOU
(14) HERE,LOVE
(14A) HERE, LOVE
(15) NECESSITY
(15A) NECESSITY
(15B) NECESSITY
(15C) NECESSITY
(15D) NECESSITY
(15E) NECESSITY
(16) DAY DREAM
(16A) DAY DREAM
(16B) DAY DREAM
(16C) DAY DREAM
(16D) DAY DREAM
(16E) DAY DREAM
(16F) DAY DREAM
(16G) DAY DREAM
INFO LAPAK BARU
(17) Fool Again
(17A) Fool Again
(17B) Fool Again
[ASKING SESSION] FOOL AGAIN
[ANSWERING]
(18) My Boss and Me
(19) STARLIGHT
(19B) STARLIGHT
(19C) STARLIGHT
(19D) STARLIGHT
(19E) STARLIGHT
(19F) STARLIGHT
(20) Be With You
(20A) Be With You
(20B) BE WITH YOU
(20C) BE WITH YOU
(21) IF
(21A) IF
(21B) IF
(21C) IF
(21D) IF

(20D) BE WITH YOU

3.9K 457 62
By prncch

****

"Good bye may seems forever. Farewell is like the end. But my heart is only memories and there you will always be..." - Walt DIsney

***

"Jen! Jen! Kayanya Adam balikan lagi nih sama Maureen. Oh My God!!" Siska yang tengah menyeruput jus jeruk favoritnya, menepuk tanganku cukup keras. Wanita itu kelihatan sangat histeris dan bahagia,"finallly..! Gitu dong! Uda gue bilang bukan? Adam and Maureen itu pasti bakal balikkan lagi. Omong-omong, kapan mereka nikah lagi ya?"

Aku yang mendengarnya hanya mampu menyunggingkan senyum getir. Sebenarnya Siska bukanlah orang pertama yang tahu, melainkan aku. Beriringan dengan itu, sumpah serampah di whatsapp ku mulai berhenti. Orang-orang mulai berhenti menggangu privasiku. Aku tidak tahu harus bahagia atau sedih. Adam juga tidak lagi menghubungiku sejak itu. Kabar burung beredar bahwa Adam telah mengajukan surat pengunduran diri. Laki-laki itu ingin melanjutkan bisnis keluarga saja. Well. Kabar itu membuatku lega dan sedih pada waktu yang bersamaan. Di satu sisi, aku tidak akan melihatnya lagi. Itu bagus. Tentu saja! Aku akan bisa melupakan sakit hatiku dengan mudah. Namun di sisi lain, aku mengkhawatirkan hal-hal yang tidak seharusnya kukhawatirkan seperti... apakah kami akan bertemu lagi? Apakah dia ada menyimpan sedikit saja rasa bersalahnya untukku? Dan apakah dia akan baik-baik saja? Oh Holy Shit! Kenapa aku memikirkannya lagi? WAKE UP JEN!!! I must accept it that It's not a happy ending. I still need to continue my life journey. My life will definitely better without him. Yeah. It should be like that...

Aku mengulas senyum getir sambil membalas,"lo terlalu sibuk kepoin hidup orang. Lo sendiri kapan nikah?"

Siska mengerucutkan bibirnya dengan kesal

"Ronni cuek banget sama gue. Impian gue buat nikah muda bakalan segera hancur BERANTAKAN,"

"Jangan bilang nikah muda adalah impian lo satu-satunya?"

"KOK TAU?!"

Aku menepuk jidat Siska sambil menggelengkan kepalaku tidak percaya sementara Siska memandangku dengan senyum jahil. Lalu Siska melanjut,"Kenapa lo nggak menyebut nama si Dam Dam lagi? Dimana dua manusia yang kelihatan bahagia banget beberapa minggu lalu?"

Moodku menghilang tiba-tiba. Es krim yang baru akan kunikmati itu terhenti tepat di depan mulutku. Aku mengambil satu tarikan napas pelan untuk mengendalikan perasaanku,"maksud lo?"

"You know what I mean. Lo masih nggak bisa contact dia?" tanya Siska khawatir. Dia mengengam tanganku seolah ingin memberiku kekuatan. Aku menepisnya sambil menyergitkan dahiku. Take a deep breath,Jen!

"Ngapain gue contact dia? Kita bahkan nggak se-department," elakku

Siska tersenyum pada menit selanjutnya. Aku tertegun. Well. Aku tahu aku memang tidak pandai dalam urusan bohong-membohong. But I don't know that my 'lying ability' is worse than yesterday. Aku menyandarkan tubuhku di kursi sambil menatap ke luar jendela kantin. Cuaca siang hari ini benar-benar terik. Aku menyipitkan mataku sambil melanjut,"kayanya gue butuh liburan,"

"Yap. Gue saranin lo liburan ke Bali. A vacation to heal your feelings?"

Aku menggelengkan kepalaku tidak percaya dengan Siska. Meski sebenarnya yang dikatakan Siska adalah 99,999% kenyataan yang tidak terelakkan, namun aku berusaha maksimal untuk menutupi perasaanku

"Nggak capek sibuk beropini sendiri?" sindirku

"Gue bukan beropini,Jen. But.. this is the reality. Gue doakan lo ketemu bule yang lebih tampan dari Adam seribu kali lipat!" lanjutnya sambil mengkhayal. Seribu kali lebih tampan dari Adam? Lelucon yang tidak lucu

"Sis. Lo udah boleh bikin script movie deh! Khayalan lo tinggi amat!" aku sudah tidak sanggup mendengar perkataan Siska yang tidak jauh-jauh dari Adam. Yang adanya aku semakin memikirkan Adam. Bukan melupakannya. Hmm..

Kulangkahkan kakiku meninggalkan kantin. Siska membuntutiku tanpa berhenti memanggil namaku. Aku menghentikan langkahku lalu memutar tubuhku menatap Siska dengan kesal. Okay. It's time to stop her to mention his name again

Aku baru akan menyuarakan isi hatiku ketika Siska menyerahkan kopi yang lupa kuambil tadi padaku. Huh? Lihat saja. Aku masih terlalu sibuk melupakan Adam disini sementara laki-laki itu mungkin telah kembali merencanakan pernikahannya lagi disana

"Apapun keputusan yang lo ambil, jangan pernah melupakan diri lo sendiri. Lo deserve to be happy even if it's not with him. Lo tahu kan? Cowok nggak cuma satu di dunia? Tapi nggak semua bisa bikin lo se-happy yang gue liat selama akhir-akhir ini. So, what I want to say is I will always support you. Meski gue fans berat Adam and Maureen couple, gue rela lo bareng dengan Adam. Always," Siska mengatakannya dengan sangat tulus sampai-sampai kedua mataku perih. Aku speechless hingga Siska menepuk bahuku. Siska tertawa tulus sebelum berjalan meninggalkanku yang terpaku di depan kantin kantor

***

Dua minggu telah berlalu. Adam tidak menghubungiku sama sekali selama itu. Aku juga tidak menemukan batang hidungnya di area kantor lagi. Kendati demikian, aku berusaha bersikap cool di hadapan Siska meski aku mempertanyakan hal tersebut dengan frustasi dalam hatiku. Well. It's time for me to wake up. Aku menepuk pipiku cukup keras sambil menarik napas kuat untuk mengawali minggu ketiga tanpa Adam (di duniaku).

Siska menepuk bahuku begitu aku menempelkan bokongku di kursi kantor.

"Jen. Lo ikut nggak farewell Adam hari ini?" tanya Siska penasaran

Sebenarnya aku terkejut sama sekali namun aku menyamarkannya dengan gelengan kepala. Farewell? Apakah Adam telah menemukan penggantinya di kantor secepat itu? Aku membasahi sedikit bibirku sambil membalas,"nggak penting banget sih,"

"Adam undang semua orang yang mau pergi. Temani gue dong? Plissss!"

"Gila lo? Mau ditaruh dimana muka gue klo gue ikut?"

"Yaelah. Mungkin ini kesempatan terakhir lo ketemu Adam. Lo mau menyia-nyiakannya begitu aja?"

"...."

"Banyak yang bilang kalau Adam nggak bakal tinggal lagi di Indo. Jen.. Ini bukan lagi waktunya lo memikirkan muka lo. Ini satu-satunya kesempatan lo untuk ucapkan selamat tinggal yang proper untuk Adam,"

Aku termanggu. Adam akan meninggalkan Indonesia? Aku merasa sedih seketika. Beban di hatiku semakin berat saja. Aku masih tidak bisa mempercayai pendengaranku. Namun di sisi lain, aku mencoba menguatkan hatiku. Ini adalah kenyataan yang tidak bisa kuhindari. Selain itu, hubungan kami telah berakhir. Untuk apa aku mengucapkan selamat tinggal lagi dengan Adam? Laki-laki itu telah meninggalkanku dan 'menguburku' into shameless life without say sorry even once

Aku menarik napas kuat sambil membalas,"Gue adalah orang terakhir yang ingin dia temui. Sis. Can you please stop mention his name? Kita udah hidup masing-masing. There is no point to say a proper goodbye. We did it,Sis. We did it last time. That's the real ending,"

"Jen!" Siska menggeram. Sahabatku itu menarik ujung pakaianku sambil menatapku dengan tajam,"Masih belum telat untuk mengubah pikiran lo,"

"I won't! Never,"

Aku pun berjalan meninggalkan Siska yang tengah menatapku dengan kesal. Kali ini langkahku tegas. Aku mengangkat sedikit daguku sambil memencet tombol lift tanpa ragu-ragu

***

Aku segera menuju ke lokasi yang mama infokan padaku via whatsapp beberapa waktu lalu. Mama mengabariku bahwa mama tidak memasak untuk makan malam hari ini. Alhasil, mama mengajakku untuk makan malam di salah satu restoran western. Restoran terlihat cukup ramai malam ini. Kedua mataku mencari-cari keberadaan mama sambil menghubungi mama. Huh. Mama selalu membiarkanku mencari-carinya setengah mati di tengah keramaian

"Jen! Mama disini!"

Oh. Aku mendengar suara mama dari sebelah barat. Kulangkahkan tubuhku mendekati meja tersebut namun langkahku terhenti ketika menemukan Adam di sana. Aku menyergit binggung. Kutatap orang-orang di meja itu. What? Apakah mama baru saja mengajakku menemani acara arisannya? Langkahku terhambat karena Adam telah menyadari kehadiranku. Tatapan dinginnya terasa membelah relung hatiku. Aku meremas tali tas ku sambil menahan napasku. Keep calm,Jen. Adam hanya orang asing sekarang. Laki-laki itu telah mempermainkanmu. He doesn't deserve your attention and.... Shit! Aku ingin melarikan diri saat ini. Siapa yang menduga aku akan bertemu dengan Adam lagi? Kupikir laki-laki itu tengah meninggalkan Indonesia bersama kekasih tercintanya itu

"Mari duduk,Jenny," Tante Riska, mamanya Adam, menyambutku dengan hangat. Aku memaksakan seulas senyum sambil memutar otakku dengan keras. Aku harus mengelas saat ini. Namun alasan apa yang paling tidak mencurigakan?

Ketika aku tengah sibuk memikirkan cara melarikan diri tersebut, mama telah menarik kursi kosong disampingnya untukku. Kedua mataku sontak melirik tempat dimana mama menunjukku untuk duduk. Sial. Aku akan duduk menghadap Adam lagi. Kesialan ini membuatku menggurutu dalam hati. Aku tidak punya pilihan lain selain menurut. Mama dan teman-temannya terlihat bercakap-cakap dengan bahagia sementara aku merasa kecanggungan yang luar biasa. Aku merasa diperhatikan oleh Adam. Well. I shouldn't be too confident. Aku mencoba menyakinkan diriku bahwa aku yang terlalu paranoid. Adam tidak mungkin sengaja memperhatikanku bukan?

Burger pesananku telah tiba namun aku bahkan tidak memiliki keberanian untuk menyicipinya. Oh God! Kecanggungan luar biasa ini mulai menusukku. Jantungku berdebar kencang dengan tidak menentu. Aku menarik napas kuat sambil menekuk cola dengan hati-hati. Aku tidak boleh menangis. Tidak. Tidak. Aku ....

"Kenapa belum dimakan?" tanya Adam, memulai pembicaraan diantara kami. Gila. Tanganku tiba-tiba mendingin. Aku bahkan tidak berhasil mengumpulkan kekuatanku untuk menatap Adam. Aku benar-benar tidak bisa mengalihkan pikiranku dari sikapnya yang dingin dan jahat padaku. Caranya yang kejam itu masih terasa menusukku dengan tajam. Aku mengigit bibirku dengan kesal. Oh come on,Jen! Kelihatan banget sih kalau aku ini terlalu baper

"Bagaimana situasi kantor?" lanjut Adam. Well. Kelihatannya Adam ingin mengalihkan pembicaraan yang bersifat personal tadi. Bagus. Aku mengusahakan diriku sekuat tenaga agar membalas tatapan Adam dengan datar

"Semuanya baik-baik saja," jawabku sambil menatapnya. Satu detik... dua detik... empat detik. Geeezz! Aku hanya mampu menatapnya selama itu. Aku memalingkan tatapanku setelah itu. Gagasan bahwa aku masih terluka olehnya membuatku kesal setengah mati. Aku melahap burger tersebut dengan kesal. Persetan dengan penampilanku. Aku bahkan tidak berniat untuk menyantap burger tersebut dengan anggun (menggunakan pisau dan garpu). I just want to go home faster

"Kenapa kamu nggak ikut farewell kemarin?" tanya Adam datar

Aku mendengus lalu menjawab,"Aku kira kita tidak sedekat itu,"

Skak mat. Aku melanjutkan kegiatan makan sambil berharap bahwa Adam bisa berhenti berbicara. God! Mendengar suaranya saja telah menambah kesedihanku. Jika lama-lama begini maka aku akan semakin kesulitan melupakan Adam. Hummft!

"Mengenai apartemen..., aku sudah mengaturnya. Kapan kamu ada waktu untuk menandatangani berkasnya? I'll leave by end of month," Adam duduk bersandar sambil menatapku dengan datar. Sumpah. Aku benar-benar tidak bisa 'membaca' laki-laki kejam itu. Aku merasa bahwa Adam terlihat lebih sedikit 'bersahabat' padaku daripada waktu terakhir kali kami bertemu beberapa minggu lalu

"Maaf. Aku nggak tertarik lagi," aku menjawab tanpa ragu-ragu. Tidak ada reaksi dari Adam. Hem. Apakah laki-laki itu marah? Tersinggung? Atau bahkan bahagia? Aku tidak berani menduganya. Kutekuk cola tersebut sekali lagi lalu melanjut,"Thanks. Tapi aku merasa lebih safe tinggal bersama keluarga,"

"Kupikir kamu ingin sedikit terbebas?"

"Tidak. Tidak lagi saat ini,"

"Apakah karena...aku?"

Aku tersenyum getir untuk alasan yang tidak kuketahui. Hatiku terasa sakit. Aku merasa kecewa dan sedih. Tentu saja Adam adalah alasan dibalik segalanya. Kubersihkan tanganku menggunakan tissue basah lalu ku tumpuhkan siku tanganku di atas meja. Deg Deg Deg. God!! Aku berusaha sekeras mungkin agar tidak memutuskan kontak mata diantara kami. Dasar Adam sialan. Mengapa dia harus menyiksaku dengan cara ini? Apakah dia tidak tahu kalau sebenarnya aku menyimpan perasaan untuknya? Well. Diluar fakta bahwa Adam menyukai wanita lain. Namun bukankah itu adalah cara terburuk yang pernah Adam lakukan terhadap wanita? Dia memperlakukanku dengan tidak wajar

"Tidak. Tentu saja tidak. Sejak kapan kita mulai terlibat pembicaraan normal? Apakah kamu tidak khawatir Maureen mengetahui hal ini?" balasku

"Maureen? Kenapa tiba-tiba membahas Maureen?" lanjutnya

"I just realized. Kamu sangat mencintai Maureen. So, please. Stop to communicate with me,"

"Maureen tidak...,"

"Please don't ruin your marriage again for the second time. Otherwise, she will leave forever,"

Adam tersenyum getir. Laki-laki itu menarik napas pelan sebelum melanjut,"kamu berbicara seolah-olah kamu tahu segalanya,"

Adam mengunci tatapan diantara kami. Mata hitamnya terasa menghipnotisku. Aku.. aku hampir jatuh ke dalam pelukannya lagi. SHIT! Aku memberi jarak yang kentara diantara kami dengan menyandarkan tubuhku di kursi. Kulipat tanganku di dada sambil mengangkat sedikit daguku. Persetan dengan image ku saat ini. Aku hanya ingin membunuh perasaan ini lagi

"Nope. Hanya insting sesama wanita," balasku

Kami terdiam cukup lama. Adam tidak memutuskan tatapanya padaku. Itu benar-benar membuatku tidak nyaman. Adam kelihatan ingin melanjutkan pembicaraan ini. Namun aku bergegas membereskan barangku. Cukup. Aku tidak ingin terlibat pembicaraan yang lebih lanjut lagi dengan Adam. Lagipula kami juga tidak pernah seperti ini dulu

Aku telah berhasil pamit dengan mama dan teman-teman mama. Sebenarnya aku memang tidak berniat pamit dengan Adam. Well... aku masih menyadari dengan penuh bahwa kami tidak sedekat itu untuk saling pamit. Namun laki-laki itu mengikutiku. Aku baru menyadarinya ketika hendak membuka pintu mobilku. Keterkejutanku tidak bisa mengalahkan tatapan Adam yang membuatku tertegun. Laki-laki itu kelihatan ingin menyampaikan sesuatu padaku. Namun akal sehatku berteriak dengan keras. Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi diantara kami bukan?

Aku menarik napas pelan sebelum berkata dengan senyum yang terukir di sudut bibirku,"someone berkata kalau seseorang bisa menyesal jika tidak mengucapkan perpisahan yang baik. Even kita ngga sedekat itu, but I still wish you happiness. Bye!"

Dengan demikian aku mengakhiri pertemuan ini. Kulangkahkan diriku memasuki mobilku lalu meninggalkan Adam sendirian di area parkiran. Dadaku terasa sesak setelah itu. Aku ingin menangis namun air mataku terasa kering. Entahlah. Mungkin aku yang terlau baper atau over. Aku sedikit kesulitan mengontrol perasaanku.Kupalingkan tatapanku dari kaca spion lalu melajukan mobilku dengan kecepatan tinggi tanpa ragu. It may be hard for a while but eventually everything will be okay. Aku mencoba menyakinkan diriku dalam hati sambil menghembuskan napas berkali-kali. This is the real farewell.

Selamat tinggal, Adam.

****

Continue Reading

You'll Also Like

963K 144K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
1.4M 68.4K 69
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
628K 45.1K 40
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...
7.2M 350K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...