Gelanggang Yefimovich merupakan gelanggang terbesar dan satu-satunya yang berdiri di Ibu Kota Kislovodsk, ibu kota Kerajaan Albion. Saat ini dipenuhi dengan penonton yang sangat antusias akan pertunjukan gladiator. Suara ricuh terdengar meski acara belum dimulai.
Seorang pembawa acara – laki-laki tampan dengan rambut pirangnya – berkoar-koar menyambut antusias dan semangat para penonton tersebut.
"Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya sekalian. Tibalah hari dimana kita kedatangan anggota baru dalam koloseum. Seorang shensin yang hebat dan berhasil menyucikan Dungeon Hutan Saba. Dia datang kemari ingin menantang kehebatan monster-monster Raja Valdemar yang hebat dan terlatih. Mari kita sambut penantang yang gagah berani tersebut! Erix Arthur!"
Ricuh penonton kembali menggema, menggetarkan apa pun di dalam gelanggang.
Seorang pemuda polos yang tidak tahu sama sekali mengenai tantangan yang diucapkan, keluar dari pintu dan berdiri di dasar gelanggang. Ia sudah dipersenjatai dengan light armor, pedang dan perisai. Semua penonton bersorak dan memberinya teriakan semangat. Namun, ada juga yang mengejek akan kedatangannya.
Erix sudah pasrah dengan takdir hidupnya kali ini. Kalau dengan katananya–Kuishin–tidak akan jadi masalah. Namun, senjatanya hanyalah barang rongsokan yang sudah lama tidak di pakai. Jika lawannya cukup tangguh, senjata itu tidak berguna sama sekali.
Ditambah lagi, karena borgol besi yang mengikat tangannya. Karena benda itu, Erix tidak bisa menggunakan sihir untuk membuka body bag-nya.
Matanya menyisiri seluruh gelanggang, menatap megahnya bangunan tersebut. Mungkin gelanggang ini sama besarnya dengan Colloseum Flavian yang ada di Roma. Tinggi sekitar 50 meter dengan lebarmungkin sekitar 200 meter. Erix hanya menghela nafas meski lebih dari setengah penonton mendukungnya.
Namun, wajah Haruka seketika muncul dalam kedipan matanya. Itu membuatnya sedikit berpikir dua kali untuk menyerah.
Di sisi lain, Valdemar Selig Ulric, Raja Kerajaan Albion duduk manis di singgasana khusus di ruangan khusus pula, menyorot pandanganya ke dalam arena. Melihat Erix yang sudah bersiaga. Kebencian dan kekesalan tergambar jelas dalam sorot mata itu.
"Dan inilah monster pertama yang akan dia hadapi, Four Arm Centaur!"
Sesosok centaur berkulit biru dengan tinggi mungkin 3 meter, keluar dari pintu yang bersebrangan dengan pintu Erix keluar tadi. Centaur itu sudah dipersenjatai dengan lengkap. Keempat tangannya penuh dengan senjata. Golok besar, kapak besar, morning star dan perisai.
Hembusan nafas berat keluar dari hidung banteng tersebut, menandakan ia sangat bersemangat. Sedangkan Erix semakin bergidik.
Tiba-tiba, centaur melesat untuk menyerang. Hentakan kakinya menggetarkan tanah dan jiwa malang pemuda itu.
Bilah golok terlihat berkilau saat berayun, saat menyerang Erix.
Erix hanya bergerak dua langkah ke belakang untuk menghindari serangan itu membuat golok besar tersebut menancap di tanah tepat di depannya. Dengan sangat cepat, Erix melesat dan menebas kaki lawannya. Darah kental seketika bercecer dan mewarnai tanah arena.
Centaur murka, dengan cepat ia mengayunkan kapaknya, membalasa serangan yang ia terima. Sama seperti sebelumnya, Erix menghindari serangan itu hanya dengan beberapa langkah saja. Dan tapa disadari, pemuda itu sudah di belakang centaur tersebut. Ia langsung meloncat dan menusuk kepala belakang lawannya dengan pedangnya.
Pedang menancap. Seketika centaur tersebut tergeletak tak bernyawa, lalu hancur menjadi serbuk hitam. Dari tubuh centaur tersebut, keluar sebuah dungeon stone cukup besar. Mungkin seukuran dengan kepala pemuda Erix sendiri.
Dari peristiwa ini, Erix menyadari kalau Raja Valdemar sangat suka mengumpulkan monster dari dalam dungeon. Karena hanya monster dungeon jika dibunuh, tubuh mereka akan hancur dan meninggalkan sebuah dungeon stone. Tidak jelas dari mana ia mendapatkan monster-monster ini. Namun, mengingat posisinya sebagai raja, apa pun bisa ia lakukan.
Semua penonton terdiam. Hanya satu menit waktu yang dibutuhkan Erix untuk mengalahkan centaur yang sudah merengut banyak gladiator hebat. Itu pun ia masih terlihat main-main.
"Lu-luar biasa ... sungguh luar biasa! Erix berhasil menjatuhkan lawan pertamanya." Seketika sorakan pecah dia dalam gelanggang. Kericuhan itu tertuju pada Erix, mereka sangat bersemangat. Bersorak dan menyemangati pemuda itu.
Tidak dengan Raja Valdemar. Ia diam menatap Erix yang mengambil keempat sejata dari sisa tubuh centaur tersebut.
"Itu dia!" tunjuk Rodin ke dalam arena.
"Kau benar!" seru Ante, "Itu Erix."
"Bagaimana bisa ia berada di sana?" tanya Maia dalam gumamnya.
"Bukannya tadi pembawa acara mengatakan kalau Erix menantang Raja Valdemar," jawab Takiya.
"Ha!??" seru kelima temannya yang lain.
*****
"Lebih cepat Shin!" seru Yuhka.
"Diam! Aku sedang berusaha," saut dragon biru yang melesat dengan cepat.
Sayap Shin mengepak dengan kuat, mendorong angin supaya terbangnya lebih cepat. Tujuan mereka saat ini adalah ibukota Kerajaan Albion, Kota Kislovodsk.
Shin menggenggam kedua tangannya cukup erat untuk menjaga teman-temannya supaya tidak jatuh, tapi tidak terlalu kuat sampai melukai mereka.
"Aku merasa sepeti boneka yang dibawa orang dewasa," ujar Tydeus.
"Jangan protes!" saut Shin. "Tidak aku izinkan siapa pun duduk di punggungku."
"Pelit," gerutu Yuhka.
Dalam beberapa menit, gerbang kota sudah terlihat. Shin segera menukik dan mendarat.
Setelah meletakkan teman-temannya ke tanah, Shin yang berwujud dragon seketika mengecil dalam balutan cahaya biru dan berubah menjadi manusia.
"Entah mengapa aku selalu terpesona saat ia berubah menjadi manusia," gumam Mathilda.
"Jangan banyak bicara," saut Shin. "Ayo!"
Shin bersama Mathilda, Yuhka, Selina, Hiel, Hercules, Tydeus dan Medusa bergegas berlari memasuki kota tersebut.
Dengan menunjukkan pengenal shensin dan lencana khusus yang Yuhka dapat dari Raja Ardesdale, mereka langsung di perbolehkan masuk oleh para penjaga meski Shin, Mathilda dan Medusa tidak memilikinya.
*****
"Kita datangkan monster kedua. Ahool!"
Pintu untuk lawannya kini kembali terbuka. Sesosok makluk seperti monyet keluar dari gelapnya lorong bangunan. Makluk itu kemudian terbang melesat dengan sayapnya yang terlihat seperti sayap kelelawar. Ukuran tubuhnya lebih tinggi dari Erix, mungkin sekitar dua setengah meter.
Ahool meraung seperti suara kelelawar, nyaring memekakkan telinga dan segera melesat cepat dan untuk menyerang. Cakar tajam menghujam ganas ke arah pemuda di hadapannya.
Erix menahan serangan itu dengan perisainya, namun Ahool mencengkram keras perisai tersebut membuatnya terlepas dari tangan pemuda itu, dan membawanya terbang ke sisi lain arena. Ahool menghancurkan perisai itu dengan sekali kengkraman.
Erix mengambil perisai lain yang tadi dijarahnya dari centaur. Namun, belum sempat ia bersiap, cakar di kedua tangan makhluk itu berayun cepat menghantam lawannya. Dengan cepat Erix meloncat ke samping untuk menghindar lalu kembali berdiri dan bersiap membalas.
Ahool masih mengudara, ia mengitari gelanggang mencari celah. Tiba-tiba ia menukik cepat sambil menghujamkan cakar kakinya yang tajam ke arah lawannya.
Erix bersiap. Saat Ahool hampir dekat dengannya, shensin itu meloncat dan mendorong perisainya ke arah makhluk terbang tersebut. karena kaget, Ahool membentang sayapnya untuk memperlambat laju terbangnya.
Dalam kondisi yang setengah panik itu, Erix yang masih meluncur mendekat segera menyingkirkan perisainya dan menebas leher makhluk itu dengan mudah.
Tubuh kera bersayap kelelawar tergeletak di tanah dengan kepala yang terlepas dan terguling. Bulu coklatnya ternodai dengan kentalnya darah merah.
Dua kali pertarungan ia tuntaskan dengan waktu singkat. Hal ini dapat dijadikan pengukur seberapa besar kemampuan yang Erix miliki. Apa lagi, mengingat adanya rantai yang mengikat tangan pemuda itu membuatnya tidak bisa melakukan sihir atau mengeluarkan tenaga dalam. Pertarungan ini murni pertarungan fisik.
Sekali lagi, tanah arena dibasahi dengan darah. Sedangkan tubuh Ahol tadi berubah menjadi serbuk hitam dan menghilang. Tinggallah seonggok dungeon stone seukuran bola kaki.
"Pemuda ini lumayan juga," ujar pembawa acara. "Keluarkan monster ketiga, Neroceros!"
Setelah tubuh Ahool musnah, pintu gerbang kembali terbuka. Kali ini keluar sesosok badak besar dengan tiga cula menghunus dengan kejam.
Neroceros mulai bergerak, ia melesat dan mulai menyeruduk. Dengan cepat Erix meloncat ke samping untuk menghindarinya. Namun, Neroceros masih melaju dan menghantam dinding arena. Koloseum seketika bergetar. Hal itu memicu rasa takut dari para penonton.
"Tenang para hadirin sekalian. Arena pertarungan sudah dilindungi dengan sihir pelindung tingkat lima sehingga serangan apa pun akan dihalau dengan mudah," kata pembawa acara mencoba menenangkan penonton.
Semua orang yang duduk di gelanggang mencoba menerima perkataan pebawa acara tersebut dan kembali menenangkan diri mereka masing-masing.
Neroceros melesat cukup gesit. Ambisinya sangat besar untuk menghancurkan tubuh lawannya. Namun, Erix tidak ingin masti sekarang. Ia menghindari semua serudukkan yang diluncurkan Neroceros, dan semua serangan itu berhasil mendarat di dinding arena.
Hingga, jarak antara Erix dan Neroceros cukup jauh membuat Neroceros memasang ancang-ancang yang kuat untuk serangan terbaiknya.
Neroceros seketika melesat, lajunya sangat cepat dengan tubuh yang besar itu.
Erix tidak hanya diam, ia pun mulai memasang kuda-kuda.
Saat badak besar itu mulai mendekat, dengan cepat Erix meloncat dan menghindari serangan tersebut. Dan dengan cepat pula ia menusuk pedangnya ke tubuh Neroceros.
Pedang menancap pada tubuh sang badak namun, Neroceros masih melaju dan menabrak dinding arena. Serudukan keras tidak mampu merusak dinding sihir pada dinding arena membuat Neroceros tergeletak tak lagi bergerak.
Erix menghampiri Neroceros dan segera mencabut pedangnya. Pemuda itu masih merasakan kehidupan pada badak tersebut. Terlihat dari gerak kecil tubuhnya untuk bernafas.
"Pasti kau menderita," kata Erix seraya mengusap kepala badak tersebut.
Neroceros merasa sedikit tenang diperlakukan cukup hangat seperti itu. Hingga matanya pun terpejam.
Badak itu tidak hancur seperti dua monster sebelumnya. Para staf bertubuh kekar menyeret tubuh Neroceros dengan tambang untuk dikeluarkan dari arena.
Antusias penonton kembali bergemuruh. Sepertinya, mereka sangat terhibur dengan pertarungan Erix melawan monster-monster koloseum. Tidak rugi bagi mereka membayar mahal untuk melihat kehebatan shensin yang berhasil menyucikan Dungeon Hutan Saba tersebut.
"Sekarang, masukkan monster keempat!" seru pembawa acara dan pintu arena kembali terbuka.
____________________________
Jangan lupa tinggalkan jejak ya, bye bye...^^