4 : Monster Dungeon

3.1K 343 75
                                    

Erix dan Lucius menerobos masuk dari pusaran kegelapan. Di sana Haruka sudah menunggu mereka.

Setelah memasuki gerbang, tampaklah keanehan di luar nalar manusia. Karena kenyataan tidak sesuai dengan semestinya. Seharusnya yang mereka masuki adalah candi, tempat reruntuhan kuno peninggalan zaman dulu. Tapi, sekarang mereka berada di dalam gua, lorong remang di dalam tanah. Erix dan Lucius tampak sangat kebingungan.

Meskipun di dalam gua, suasana di sana tidak begitu gelap. Karena terdapat obor di sepanjang dinding lorong.

Mereka bertiga mulai menelusuri lorong gua itu. Berjalan di tempat pencahayaan yang remang, berharap segera menemukan orang yang dicari. Erix dan Lucius telah sigap dengan senjata mereka, kalau-kalau ada monster yang muncul dan menyerang.

Tak seberapa jauh melangkah, tiba-tiba suatu cairan hitam kental jatuh dari langit-langit gua di depan mereka. Banyak sekali cairan yang jatuh. Ketiga orang itu terpaksa harus menghentikan langkah karena cairan-cairan itu menghalangi jalan.

Itu bukanlah cairan biasa. Cairan-cairan itu bergerak-gerak dan hidup. Cairan itu berdiri lalu memunculkan kedua tangannya. Dan nyala merah mulai bersinar menunjukkan posisi mata.

"Monster!" Erix langsung menghunuskan katananya. "Slime Hitam!?"

"Bukan. Itu Mug, jenis Monster Lumpur!" seru Haruka. "Serang kepala mereka!"

Erix menebas bagian kepala Monster Lumpur itu, tepat diantara kedua matanya. Perlahan, monster itu kembali mencair kemudian pecah menjadi serbuk hitam dan menghilang. Erix kembali mengayunkan katananya ke beberapa Monster Lumpur yang tersisa dengan semangat. Dalam sekejap, ia berhasil menghabisi semuanya. Kini jalan kembali terbuka.

Lucius belum beraksi saat ini. Selain karena beratnya ransel yang ia bawa, ia sengaja membiarkan tuannya untuk bersenang-senang duluan. Tapi, ia mendapati sesuatu dari sisa monster tadi. "Apa ini?" tanya Lucius, ia mengambil sebuah batu berwarna ungu gelap dari tanah.

"Itu Dungeon Stone. Setiap monster yang kita kalahkan akan menjatuhkan batu itu. Kau bisa menjualnya di Gedung Guild nanti," jelas Haruka.

"Ini bisa di jual!? Bagus!" Lucius mengambil semua Dungeon Stone yang berserakan di lantai gua. Ini bisa ia gunakan untuk menutupi kebutuhan hidup mereka kelak.

"Oh, ya, Haruka. Shensin itu apa?" tanya Erix sambil membantu memungut Dungeon Stone.

"Shensin adalah orang-orang pemberani yang masuk ke dungeon dan menyucikannya. Ciri-cirinya adalah ini," Haruka menunjukkan sebuah bintang hitam yang tidak penuh di punggung tangan kirinya. "Tapi, untuk menyucikan dungeon tidaklah mudah. Kami para shensin harus mengalahkan Bos Dungeon yang sangat kuat. Tidak sedikit shensin yang tidak kembali setelah masuk ke dalam dungeon."

Ekspresi wajah Haruka berubah, ia terlihat sangat sedih. Ia nampaknya sedang memikirkan kakaknya.

"Tenang saja, kita akan menemukan kakakmu." Erix mencoba menghibur, walaupun tidak begitu ditanggapi. "Oh, ya. Tadi teman elf-mu memberiku ini."

Erix mengeluarkan gulungan perkamen yang dia dapat dari Tias. Ternya perkamen itu adalah sebuah peta penunjuk jalan untuk dungeon tersebut.

"Elf satunya memberiku ini," yang di maksud Lucius adalah Nella, ia mengeluarkan botol kaca kecil berisi ramuan merah. "Ini apa?"

Dungeon HallowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang