86 : Demon

1.5K 156 15
                                    

Erix dan Haruka berlari sekencang-kencangnya menuju istana kerajaan. Semakin, mereka dekat dengan istana, semakin banyak pula warga berlari menjauhi istana tersebut. Seakan mereka menghindari suatu yang menakutkan.

Tidak sengaja Erix melihat seorang gadis kecil tergeletak pingsan di trotoar. Pemuda itu segera berbelok dan menghampirinya.

Ternyata gadis itu bukan dari ras manusia. Terlihat jelas dengan adanya telinga dan ekor hewan yang menempel di tubuhnya, ekor dan telinga kucing. Namun, Erix rasa dia bukan ras werebeast karena sejauh yang ia tahu, wanita werebeast bukan hanya telinga dan ekor saja yang tertera di tubuh, tapi tangan dan kaki juga menunjukkan identitas mereka. Meski begitu, apapun dia, yang terluka tetap harus ditolong.

"Hei, gadis kecil. Kau tidak apa-apa?" panggil Erix dengan suara agak keras. Gadis itu terlihat lemas dan terdapat luka ringan di dahinya. Jika tidak terluka, Erix rasa gadis itu sangat imut. Wajahnya bulat dengan pipi agak gempal, sangat menyatu dengan rambutnya yang pirang.

Haruka segera merapalkan mantra cure dan segera mengayunkan wandnya. Butiran cahaya kelap-kelip keluar dari ujung wand dan menyirami gadis kucing itu. Secara ajaib, luka di dahi tampak menghilang. Gadis itu mulai membuka matanya.

Pandangan pertamanya tampak buram namun, ia tahu kalau ada dua orang sudah menyelamatkannya.

Gadis kucing itu mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menstabilkan penglihatan. Hingga, nampak jelas wajah Erix yang terlihat agak khawatir. "Apa kau baik-baik saja?" tanya pemuda itu.

"Pa ... pa ...?" Gadis kucing itu agak sumringah. "Ke ... te ... mu ...."

"Jangan memaksakan diri. Kau belum sembuh sepenuhnya!" ujar Erix tegas, dan gadis kucing itu menutup kembali matanya karena tubuhnya terasa tak bertenaga.

Di ujung persimpangan, Haruka melihat seorang wanita tak jauh dari mereka sedang berlari menjauhi pusat kota. Haruka segera berteriak dan memanggil wanita itu.

Meski wajahnya agak panik namun, wanita asing itu masih mau menghampiri Haruka. "Ada apa? Bukankah sekarang bukan waktunya bersantai. Kalian juga harus segera mengevakuasi," ujar wanita itu degan nafas tersengkal.

"Bawa gadis ini bersamamu. Setidaknya bawa dia ke tempat perawatan," pinta Erix dengan raut memohon yang sangat.

Wanita itu segera mengambil gadis kecil dari tangan Erix. "Baiklah. Lalu kalian?"

"Kami adalah shensin. Jadi, kami harus memastikan dulu apa yang sudah terjadi," jawab Erix serius.

"Pastikan negri ini tidak hancur," ujar wanita itu dan pergi.

"Akan kami usahakan," jawab pemuda itu.

Tiba-tiba, sebuah ledakan muncul dari istana. Asap hitam tebal mulai terlihat, memberikan pemandangan lain pada siang itu. Erix dan Haruka bergegas lari menghampiri pusat ledakan.

Sekitar lima belas menit melesat melewati gedung-gedung yang ditinggal, tibalah mereka di depan gerbang istana. Dari sana, mereka melihat sesosok monster raksasa – atau lebih tepatnya iblis merah gemuk dengan tinggi melebihi lima meter – meraung dan mengamuk. Terdapat sepasang tanduk melingkar di kepala makhluk itu. Deretan cakar di semua jarinya tampak menakutkan, dan semakin menakutkan saat seorang prajurit tewas dalam cengkramannya. Dari pinggangnya, mencuat keluar sebatang tulang merah yang mengikat perutnya sehingga terlihat seperti ikat pinggang.

-
-
-

Kelanjutannya ada di buku 


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dungeon HallowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang