Intervision 3th

1.6K 143 66
                                    

Tiga minggu sudah berlalu setelah serangan Pangeran Iblis Mammon mengacaukan Kota Hardov. Kini, semua penduduk sudah hampir melupakan kejadian itu. Kekacauan dan ketakutan yang membalut sudah tidak terasa lagi.

Mex & Volette

"Max! bangun! Ibumu memanggilmu!" Teriak seorang wanita di dalam kamar. Max yang sedang tertidur pulas, langsung membuka matanya karena kaget.

"Apa yang kau lakukan Vole?" seru Max yang merasa terganggu, "Ini masih pagi."

"Pagi!?" Volette membuka gorden dengan keras. "Ini sudah siang!"

Radiasi sinar violet yang panas menyeruak masuk dan menyilaukan mata Max yang masih setengah terbuka.

Volette membuka paksa selimut tebal yang membalut tubuh pemuda itu.

Max, yang hanya mengenakan celana pendak, segera menutup selangkangannya dengan kedua tangannya. "Vole!"

Di sisi belakang tubuh Max, terdapat sebuah telur besar berwarna pelangi cerah berguling di kasur.

Krak!

Garis-garis kasar tercipta dari dinding telur, retak dan akan segera pecah.

"Telurku pecah!" seru Max.

Volette salah mengartikan dengan telur yang lain sehingga wajahnya memerah. Tapi Volette menemukan sesuatu yang lain pada telur tersebut. "Tidak Max, dia akan menetas."

Mata Max melebar. Ia terperangah dengan jantung berdegup kencang.

Semakin melebar retakannya, semakin lebar pula mata Max. Semakin panjang garis retakannya, semakin kencang pula jantungnya berdegup.

Hingga, sebuah kepala mahluk kecil imut berbulu menerobos keluar. Mata lebarnya meihat ke sekeliling dan berhenti pada wajah Max yang cukup dekat.

"Piyep," suara imut mahluk itu keluar untuk yang pertama kali.

"Ayam?" kata Volette keheranan.

Unggas kecil itu meloncat keluar menghancurkan dinding telur dan mendarat di wajah Max. Hewan itu berciap-ciap seperti halnya seekor anak ayam. Namun, ini bukan ayam biasa. Warna pada bulunya terlihat sangat indah, seperti cerminan dari susunan warna pelangi. Warna biru, lebih duminan di tubuhnya dari warna lain membuatnya seakan terlahir dari langit. Ia juga memiliki tiga helai bulu ekor seperti ekor merak berwarna merah kekuningan seperti langit senja.

"Uwaah, lucunya. Partner pertamaku sangat lucu," kata Max senang. Ia terlihat seperti anak kecil yang baru diberi hadiah.

"Kau benar, lucu sekali," tambah Volette. "Kau beri nama apa pertnermu ini?"

"Mmmm ... Vlieg, namamu sekarang adalah Vlieg!" seru Max, ia dan partner barunya – Vleg – terlihat sangat senang.

"Ada apa rebut-ribut!" bentak suara berat seorang lai-laki yang tiba-tiba masuk.

"Ayah! Telur yang aku temukan di Dingeon Raptor telah menetas!"

"Oho! Bulunya sangat indah. Hewan apa ini? Burung?" tanya Kepala Desa Hirlik seraya menatap anak ayam itu dari kaki hingga ujung bulu kepala. "Kau beruntung bisa mendapatkan hewan seunik ini."

"Tidak, semua ini berkat Erix. Aku akan melatih dan merawat Vlieg hingga menjadi kuat dan bergabung dengan Dungeon Hallow Party," kata Max dengan semangat.

"Aku akan ikut dengamu, Max," kata Volette, ia terlihat malu-malu.

"Sungguh? Kau memang kekasihku yang setia Vole." Wajah Volette bersemu merah mendengar perkataan Max barusan. "Sebelum itu, kita harus sarapan dulu. Ayo Vlieg!"

Dungeon HallowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang