39 : Mengakhiri Dendam

1.6K 163 34
                                    

Erix menghirup nafas panjang, lalu menghembuskannya dengan perlahan. Ia menghirup nafas panjang lagi, lalu menghembuskannya lagi. Hal ini ia lakukan beberapa kali hingga dirinya merasa jauh lebih tenang. Ajaibnya, darah pada luka-luka di tubuh pemuda itu berhenti mengalir keluar. Padahal setiap luka itu masih menganga dan basah. "Maaf Haruka, aku akan sedikit serius sekarang," ujarnya.

Erix mengangkat katana-nya dan menghunuskannya ke arah Vlad. Tapi, Vlad terlihat agak kecewa. "Ayolah Arthur, sudah berapa kali aku melihat pose itu. Aku bosan dengan gaya yang sama."

Pemuda itu tidak memperdulikan ucapan tersebut, ia melesat menghampiri Vlad dan segera menebas tapi, Haruka muncul dan segera melindungi vampire itu. Ia menciptakan perisai cahaya dan langsung membalut vampire itu. Tiba-tiba, Vlad terpental denga sendirinya. Kejadian yang aneh, padahal tidak ada siapapun yang menyentuhnya. Hal ini membuat Erix sedikit keheranan dan Ia mulai berpikir keras, bagaimana hal itu bisa terjadi.

Katana Erix kembali berayun dalam kecepatan yang luar biasa. Target sasaran bilah katana adalah leher vampire itu. Tapi, puluhan jarum cahaya memenuhi jalur tebasan membuat konsentrasi Erix terbuyar. Beberapa jarum melesat dan akan menyerang. Dengan cepat Erix meloncat mundur dan kembali berlari menghindari jarum-jarum lainnya.

Vlad yang tersungkur kembali berdiri. Ia menepuk pelan jubah dan rompi untuk membersihkannya dari debu yang menempel. Lalu, ia berjalan santai dan duduk di atas kasur. Sambil bersantai menonton pertunjukan, ia menginjak tubuh Rodin sebagai penyanggah kakinya.

Haruka mengayunkan wandnya, memerintahkan jarum-jarum cahaya untuk menyerang. Seketika Erix berlari ke samping untuk menghindar dan perlahan maju menyerang wanita itu.

Satu gerakan ringan dari tangan Haruka, memunculkan sebuah perisai cahaya untuk melindunginya dari tebasan Erix. Serangannya ditepis, tapi hal itu tidak menghentikan Erix untuk menyerang. Ia mencoba berbagai serangan. Sayatan, tebasan dan tusukan namun, perisai itu tetap terlihat kokoh.

"Bagaimana rasanya Arthur? Perisai yang selalu melindungimu, kini beralih menyusahkanmu," kata Vlad dengan gaya bicara khas bangsawan yang sombong.

"Lumayan untuk pemanasan," jawab Erix.
Pemuda itu menyalurkan energi dari tubuhnya ke katana yang ia pegang, aura putih seketika memancar dari katananya. Erix kembali bersiap dan mengayun keras katananya menghantam perisai cahaya Haruka. Perisai itu hancur seperti kaca yang pecah dan menghilang.

Dalam kesempatan itu, Erix segera meluncurkan sebuah pukulan. Tapi, Haruka tidak membiarkannya dirinya terluka. Sebuah tongkat cahaya muncul dan  menahan serangan lawannya. Pukulan Erix tertahan namun, segera ia tebas tombak itu menjadi dua bagian. Di saat inilah Haruka meloncat mundur menjauhi Erix.

Haruka kembali mengayunkan wandnya, namun kali ini ayunan itu sangat cepat dan berat. Muncul dengan perlahan sebuah pedang cahaya dan langsung meluncur setelah kemunculannya. Erix kaget melihat jurus baru ini dan secepat mungkin ia mengelak dari maut.

Haruka kembali mengayunkan wandnya dengan gerakan yang sama. Pedang cahaya kembali muncul dan meluncur menyerang Erix. Berbeda dengan jarum cahaya sebelumnya, pedang cahaya ini meluncur lebih cepat. Tapi bukan berarti Erix tidak bisa menghindari serangan itu.

Tidak sampai di sana, dua pedang cahaya itu berbalik dan berayun akan menebas pemuda itu. Erix menepis apa yang menyerangnya dan menghindari beberapa serangan berbahaya.

Katana Erix masih terbalut cahaya putih tipis dan ia menebas dengan keras satu pedang cahaya. Pedang itu terbelah dan hancur menjadi sebuk cahaya. Serbuk cahaya itu sendiri tidak langsung menghilang, mereka menggeliat dan menjadi puluhan jarum cahaya. Kombinasi serangan yang kompleks, Erix sangat terkagum akan kemampuan Haruka yang sekarang.

Erix melesat menghindar semua serangan yang mendekat sambil berlari mendekati Haruka. Wanita itu mencoba menciptakan pedang cahaya yang baru, dengan cepat Erix menebas seutas cahaya yang akan menjadi pedang cahaya, dan dengan kecepatan yang sama ia memukul perut Haruka dengan keras. Haruka tersedak, ia terbungkuk menahan rasa sakit.

Sebelum Haruka menyembuhkan dirinya sendiri dengan sihir Cure miliknya, segera Erix memukul leher temannya itu dengan gagang katananya. Haruka terjerembab pingsan.

"Hemmm, tidak buruk," kata Vlad yang sejak tadi menonton drama action secara langsung. "Haruka ... jangan tidur terlalu lama!"

Tubuh Haruka berangkat dengan perlahan. Erix tidak bisa membiarkan hal ini. Ia kembali menyerang tengkuk Haruka dan membuatnya pingsan.

"Haruka, ayolah ...." Vlad kembali memanggil Haruka.
Haruka kembali berdiri seperti zombie yang baru bangkit. Erix kembali memukul wanita malang itu. "Vlad, hentikan!!"

"Nah, ini baru wajah yang aku tunggu. Wajah sengsara penuh keputusasaan." Vlad tersenyum, senyuman licik menjijikkan. "Ha ... ru ... ka ...."

"Vlad!! Brengsek kau!!" Erix tidak lagi memperdulikan Haruka. Ia segera melesat untuk menyerang vampire itu. Namun, tebasannya dihindari dengan mudah. Katana Erix menghancurkan kasur megah di tengah kamar tersebut.

Erix kembali menghampiri vampire itu dan kembali akan menebasnya. Dengan gerakan cepat seakan menghilang, Vlad menghindari lagi serangan yang terjutu ke arahnya.

Vampire itu tertawa terbahak-bahak, tawa puas yang penuh emosi. Ia kembali menghilang – melesat seakan menghilang – lalu muncul di hadapan Erix dan langsung menusuk perut lawannya dangan kukunya yang tajam. Darah kembali bercucuran di tubuh pemuda itu, rasa sakit luar biasa menjalar dari luka tusukan. Tapi, terbersit sebuah celah, dengan cepat Erix menebas lawannya. Namun, sayangnya Vlad kembali menghilang dan muncul di dekat tubuh Haruka.

Vlad mengangkat tangannya yang penuh dengan darah Erix. Ia dekatkan ke hidung dan menghirup aroma darah itu dengan perlahan. Lalu ia menjilati darah itu dan menikmati rasanya. Suatu gejolak masuk ke pikiran Vlad. Sensai rasa dari kecapan darah segar lawannya yang selalu ia tunggu.

Tiba-tiba, sesuatu menusuk Vlad dari belakang, lima buah cakar tajam menghujam ganas. "Jangan lupakan aku, bodah."

Rodin menusuk Vlad dari belakang. Karena Vlad terlalu asik menikmati darah lawannya yang sangat ia benci, membuatnya lengah dari serangan werewolf tersebut.

Vlad berbalik dan menerjang Rodin dengan keras. Srigala itu terpental dan menghantam dinding gua dan terjerembab. "Jangan mengganggu kenikmatanku, dasar budak!"

Lubang besar


________________________

Lanjutannya bisa dibaca di buku ya ^^

Lanjutannya bisa dibaca di buku ya ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🍀____________________________________🍀

Dungeon HallowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang