150 : Gelanggang Yevimofich - part 3

1.1K 171 29
                                    

Yuhka berlari menaiki tangga menuju bangku penonton. Ia tidak sendiri, ketujuh temannya berbaris di belakangnya.

"Ayo cepat!" seru Yuhka.

"Kami dengar," saut Tydeus.

Yuhka tiba lebih dulu di ujung tangga dan segera keluar dari lorong. Disusul Selina, Hiel, Tydeus, Hercules, Medusa, Mathilda dan Shin di paling belakang.

"Itu Erix!" tunjuk Selina ke dalam arena. Terlihat jelas jika teman mereka itu sedikit bersenang-senang di sana.

"D-dia kan...?" gumam Shin yang sedikit terkejut dengan lawan Erix saat ini.

Yuhka yang mendengarnya segera bertanya, "Kua mengenal lawan Erix itu?"

"Kau tidak mengenalnya?" Shin balik bertanya. "Benar juga, dia sempat menghilang sehingga dunia melupakannya. Dia adalah Ilrune Al Halueth, raja dark elf saat ini."

"Apa!" seru Yuhka. "Kau serius?"

"Penampilannya memang sedikit berbeda dari tiga ratus tahun yang lalu, namun aku sangat yakin kalau itu adalah dia."

Yuhka mengusap dagunya. "Legenda yang terlupakan, kah."

*****

"Kau Ilrune, kan?" tanya Erix.

"Jadi kau bocah yang merepotkan semalam. Tidak menyangka kalau kita akan di pertemukan dalam satu arena,"

"Tidak! Apa-apaan ini. Sial kau Raja Valdemar, kau menyuruhku melawan sang juara bertahan. Sial!" Erix tampak geram sambil menghunuskan pedangnya ke arah yang kemungkinan ada Raja Valdemar di sana.

"Apa pun yang kau ocehkan, aku tidak akan segan untuk membunuhmu," ujar Ilrune. Erix memundurkan langkah, rasa takut mulai membayanginya.

Ilrune menghunuskan senjatanya, sebuah pedang yang mungkin terlihat biasa, namun Erix yakin terdapat suatu kekuatan yang sedang tertidur dalam senjata itu.

Bentuknya pun cukup unik, antara gagang dan bilah tidak dipisah dengan pembatas. Dari ujung hingga pangkal berwarna putih perak dengan ukiran aneh berwarna hitam, ukiran seperti kaligrafi yang berbentuk daun.

Erix belum menghunuskan pedangnya, selain takut ia juga merasa aneh pada diri Ilrune. Yang ia tahu, Dark Elf termasuk ras yang memiliki harga diri yang sangat tinggi. Mereka tidak akan mau diperintah oleh ras lain.

"Ilrune, kenapa kau mau tunduk pada Raja Valdemar?" tanya Erix

"Bukan urusanmu," jawab Ilrune ketus.

"Apa mereka menawan adikmu? Tapi adikmu terlihat bebas di luar sana. Apa karena uang?"

"Sudah ku bilang bukan urusanmu."

"Aku hanya merasa sedikit aneh. Kalian bangsa elf seharusnya memiliki harga diri yang cukup tinggi. Kenapa kau tidak melawan?"

"Apa kau tuli? Itu bukan urusanmu!"

"Aku sempat berfikir kalau kita sudah menjadi teman."

"Teman? Kalian para manusia ingin menjadi teman kami para dark elf? Apa kau lupa kenapa kami menjadi seperti ini, Ha! Negri kami hancur karena kalian para manusia, kalian bersekutu dengan iblis dan menghancurkan negriku! Dan sekarang kau ingin mengajakku berteman, jangan bercanda! Ingatan itu masih melekat pada diri kami. Kalian menyelinap dan merusak pertahan terbaik kami. Hingga pasukan iblis masuk dengan mudahnya dan menghancurkan negri kami. Dengan kebencian dan dendam inilah, membuat kami yang awalnya merupakan elf biasa berubahmenjadi gelap. Kebencian merengut jiwa dan raga kami membuat kami terpecah dari ras utama. Kamilah dark elf."

Dungeon HallowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang