12 : New Class

2.3K 270 158
                                    

"Hey! Kalian berdua!" bentak elf pirang tadi, keterpukauan Erix dan Lucius buyar. "Ikut aku!"

Dua pemuda itu mengikuti elf cantik melewati ruang lobi, lalu belok ke kiri melewati koridor panjang hingga tiba di sebuah pintu yang sangat besar. Simbon-simbol aneh namun unik terukir di setiap daun pintu. Gagang pintu berupa patung naga sedang mengepakkan sayap yang terbuat dari emas. Elf cantik membuka pintu tersebut.

Di balik pintu, terdapat ruangan yang suasananya sangat gelap dan mencekam. Hawa dingin menyeruak keluar membuat Erix menggigil.

"Siapa yang masuk duluan?" tanya elf cantik itu.

"Dia duluan," tunjuk Erix pada Lucius dengan cepat.

"Baiklah, kau silahkan masuk."

Lucius masuk ke ruang gelap itu. Sedetik setelah pintu kembali tertutup rapat, sebuah cahaya muncul dari lantai dan membentuk pola hexagram dengan symbol-simbol sihir mengitarinya.

Sinar biru pada hexagram cukup terang memberi cahaya remang pada ruangan tersebut untuk memperkental nuansa mistis. Di waktu bersamaan, seseorang datang dan berhenti di sebrang ruangan. Meski gelap, Lucius dapan merasakan sosok yang datang itu adalah seorang laki-laki muda seumurannya. Ia mengenakan kacamata, menegaskan kalau dia seorang yang banyak membaca.

"Aku orang yang akan membimbingmu. Sekarang, majulah dan berdiri di tengah symbol itu!" suruh pemuda itu dengan suara agak gemetar.

Lucius berjalan ke tengah-tengah pola hexagram tersebut.

"Sebutkan namamu dengan lantang!" suruhnya lagi.

"Lucius Ventus!" seru Lucius mengucapkan namanya cukup tegas.

Cahaya pada hexgram memancar semakin terang. Gejolak energi biru berkobar mengitarinya.

Nuansa seperti ini cukup sering ia temui di dalam virtual gim, jadi ia tampak biasa saja.

"Apa tujuanmu menjadi shensin? Jawab dengan lantang!" suruhnya lagi.

"Untuk melindungi tuanku!" jawab Lucius dengan geram. Ia mulai kesal disuruh-surus seperti itu. Hanya tuannya yang boleh membentaknya seperti itu.

Tiba-tiba, keluar beberapa gumpalan cahaya dari lantai dan mengambang di udara. Gumpalan-gumpalan cahaya itu melayang terpisah menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama masuk ke dalam hexagaram, lalu bergejolak dan berubah bentuk menyerupai simbol senjata. Pedang, busur panah, sarung tangan petarung, wand, simbol pusaran mata satu dan tombak. Simbol-simbol itu bergerak dan mengelilingi Lucius sesuai arah jarum jam.

Sedangkan gumpalan cahaya kelompok kedua, tetap di luar hexagram dan membentuk simbol-simbol senjata yang lain. Dua pisau bersilang, mace dan buku yang tebal, staff dan topi penyihir, kunai dan suriken, simbol Yin Yang dan simbol cambuk. Simbol-simbol itu mengelilingi Lucius berlawanan arah jarum jam.

"Aku jelasakan beberapa hal padamu," ujar pemuda itu. "Setiap simbol senjata mewakili class yang akan kau pilih. Di dalam hexagram terdiri class Swordman dengan symbol pedang, Scout untuk busur panah, Fighter untuk simbol kepalan tangan, Cleric untuk wand, Spirit Dancer untuk symbol pusaran mata satu, dan Luncer untuk tombak. Sedangkan simbol-simbol yang ada di luar hexagram adalah class khusus. Kau harus ketempat tertentu atau berguru pada suatu kelompok untuk mempelajarinya. Thief untuk simbol dua pisau bersilang, Priest untuk simbol mace dan bible, Druid untuk simbol staff dan topi sihir, Ninja untuk simbol kunai dan shuriken, Monk untuk simbol Yin Yang, dan terakhir, Monster Trainer untuk symbol cambuk. Kau hanya bias memilih satu class saja dari semua class yang ada. Jadi, class mana yang akan kau pilih?"

Lucius diam. Ia mengerti dengan penjelasan dari orang yang wajahnya tidak ia kenali itu. Kejadian memilih class sama persis seperti di gim RPG Online. Dari semua class yang di suguhkan, tidak ada satupun yang ia gemari. Ia bisa menggunakan pedang, ia juga bisa memanah, teknik ilmu bela dirinya pun termasuk hebat. Jika disuruh memilih, ia tidak tahu harus menunjuk yang mana.

Lucius tidak akan memilih class yang berputar di luar hexagram. Seperti yang dijelaskan pembimbing itu, ia harus berguru dulu baru bisa bertarung. Tentu saja itu akan memakan banyak waktu. Tapi, apa salahnya bertanya. "Dimana aku busa mempelajari class-class itu?

"Aku akan membuat surat rekomendasi dan kau harus pergi ke tempat yang aku tunjuk. Tempat-tempat itu akanku sebutkan nanti," jawab pembimbing itu.

Lucius kembali diam, namun suatu pemikiran sederhana meresap masuk di kepalanya. "Apapun yang aku pilih, akanku gunakan untuk melindungi tuanku."

Di saat Lucius siap menunjuk salah satu class yang sejak tadi mengitarinya, tiba-tiba cahaya putih terang memancar dari tubuh pemuda itu. Lucius tampak kebingungan dengan apa yang terjadi pada dirinya. Cahaya putih itu terus memancar, lalu menyusut di dada Lucius. Tidak samapai di sana, cahaya tadi keluar membentuk bola cahaya dan melayang ke atas kepalanya.

"I-i-itu... c-ca-cahaya...." Pemuda di depan Lucius otu tampak kaget. Lucius sedikit penasaran akan reaksi si kacamata itu.


___________________________


Kelanjutannya bisa dibaca di buku ya ^^

Kelanjutannya bisa dibaca di buku ya ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dungeon HallowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang