25 : Dungeon Danau Abyss

2K 239 45
                                    

Erix, Lucius dan Haruka tiba di depan Dungeon Danau Abyss setelah menempuh perjalanan jauh. Rasa lelah mengerumuni dada mereka tapi, melihat gerbang danau sudah di depan mata membuat rasa lelah itu terbayarkan.

Danau yang ada di depan mereka ini sedikit berbeda dari danau pada umumnya. Terdapat semacam selaput kaca tebal membentuk kubah yang membalut danau tersebut. Warna kaca itu agak gelap membuat pemandangan di dalamnya sedikit buram. Namun terlihat jelas kalau ada pulau kecil di dalamnya.

Gerbang dungeon berupa puntu besar yang terbuat dari batu. Pintu batu itu tampak sangat tua, terlihat ada banyak lumut yang tumbuh dan menyebar di beberapa tempat. Membuatnya seperti sisa peninggalah zaman sejarah.

Ada seseorang di depan gerbang dungeon. Sesosok wanita dewasa, dengan umur sekitar 35 sampai 40 tahun, menutup rambut hitamnya dengan jubah hitam lusuh. Wanita itu tampak cemas. Karena penasaran, Erix dan dua temannya segera menghampiri wanita itu.

"Aah... Kalian! Apa kalian seorang shensin?" tanya wanita itu tergesa-gesa. Sekilas, Erix dan Lucius melihat wajah wanita itu. Ia begitu cantik namun terlihat sedikit kotor dan kusam.

"Benar, ada masalah apa ya, Bu?" tanya Haruka.

"Aaaah! Syukurlah!" ia tampak senang. "Anakku, item penting milik anakku tertinggal. Namun ia sudah masuk ke dungeon ini tadi."

"Oh, kebetulan sekali. Kami juga akan masuk ke dungeon ini. Jika berkenan, kami akan mengantarkan item itu pada anak Ibu," kata Haruka menawarkan bantuan. Wajah wanita itu semakin berbinar.

Erix tersenyum melihat kebaikan hati Haruka. Rasa hangat seketika memenuhi hati pemuda itu. Perasaan aneh yang menggelitik ikut muncul dalam rasa hangat tersebut. Erix masih bertanya-tanya, perasaan apa yang ia rasakan sekarang.

Wanita itu mengeluarkan sebuah batu hitam seukuran kepalan tangan dari saku bajunya dan diserahkan pada Haruka. "Aku percayakan padamau, Nak. Tolong ya!" lalu wanita itu bergegas beranjak akan meninggalkan ketiga shensin tersebut.

"Tunggu dulu, Ibu," tahan Erix. Wanita itu seketika berhenti. "Siapa nama anakmu?"

"A-aah ... itu ... siapa ya ...? Nissei? Aaah! Nissei, nama anakku Nissei. Tolong aku, serahkan batu itu padanya. Aku harus kembali ke rumah karena harus menyiapkan makan malam," kata wanita itu lalu bergegas pergi.

Haruka menitipkan batu itu pada Lucius untuk disimpan dalam ranselnya.

Erix diam sesaat sambil menatap wanita itu penuh curiga. Sesuatu yang aneh, seakan ada yang yang disembunyikan. Erix memegang dagunya dan mulai berpikir.

"Kalian berdua. Apa kalian tidak merasakan hal aneh pada Bibi tadi?" tanya Erix dengan tatapan seperti seorang detektif yang akan memecahkan sebuah kasus.

"Tentu saja aku tahu, Tuan. Aku tidak sebodoh itu sehingga tidak menyadarinya," jawab Lucius enteng. "Maka dari itu, aku tidak akan memberikan batu ini pada orang bernama Nissei sebelum aku tahu batu apa ini."

"Oh, baguslah," jawab Erix. Namun tetap saja kecemasan di hatinya belum menghilang.


___________________________


Kelanjutannya bisa dibaca di buku ya ^^

Kelanjutannya bisa dibaca di buku ya ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dungeon HallowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang