69 : Hanya Selina

1.5K 156 64
                                    

Di ruang kesehatan, Selina dibaringkan di sebuah kasur sederhana. Kondisinya masih tidak sadarkan diri, terlelap dalam kelelahnya. Mengingat pertarungan keras yang ia alami, Selina benar-benar mengeluarkan kemampuannya lebih dari batas seharusnya. Ia terlalu memaksakan diri.

Sedangkan Archon, ia segera dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya. Bukan karena lukanya yang parah, tapi keluarganya merasa tidak percaya dengan penanganan dokter di tempat ini. Mereka lebih percaya pada dokter hebat di rumah sakit khusus kalangan atas. Walaupun dalam keluarga yang sama, Selina diperlakukan berbeda. Ia seakan dibuang dan tidak diperdulikan. Tidak dianggap bagian dari keluarga tersebut.

Namun, walau bukan di rumah sakit ternama, ia tidak sendirian. Di sisinya bediri teman-temannya yang selalu mendukungnya. Erix, Lucius, Haruka, Yura, Yuhka bahkan Rodin dan Baltra.

Ia tertidur dengan lelap. Wajahnya terlihat sangat damai dengan ekspresi yang begitu puas. Bahkan saat tertidur pun, rona merah pada pipinya tetap menghiasi kecantikan pada wajahnya.

Rambut merah yang tergerai, memberi kesan seorang putri yang berjuang dengan keras. Tiap helainya menjadi saksi bisu kerja keras yang ia alami. Hati Baltra seakan remuk dengan kecantikan yang tertidur itu. Dia ingin memeluknya, memeluk erat tanpa harus dilepas.

Tapi sosok laki-laki lain berdiri di sebelahnya, memaksanya untuk menghentikan apa yang ingin dia lakukan. Sadar dengan keputusan yang harus dia hadapi. Menerima kenyataan bahawa Selina tidak melirik ke arahnya.

"Lucius, aku tidak tahu apa yang terjadi antara kau dan Selina," kata Baltra memulai pembicaraan, suaranya begitu berat menahan emosi lembut di hatinya. "Saat melihat pertarungannya barusan, aku menyadari kalau dia benar-benar menolak mengenai pertunangan kami. Dia lebih memilihmu daripada aku," dia diam sesaat, "Tolong jaga dia untukku. Jika kau menemui kesulitan, temui aku, aku akan membantumu."

"Itu tida ak-"

"Tentu saja, Lucius akan menjaga Selina dengan baik," kata Erix memotong omongan pelayannya. "Benar kan, Lucius?"

"T-tuan!"


________________________

Lanjutannya bisa dibaca di buku ya ^^

Lanjutannya bisa dibaca di buku ya ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dungeon HallowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang