32 : Tentakel Raksasa

1.7K 188 51
                                    

Haruka kembali menghampiri Rodin Hauser, shensin keling yang dibopong oleh Tias. Ia tampak terluka cukup parah, Haruka menemukan dua tulang iganya patah.

"Apa kau punya potion?" tanya Haruka.
"Aku punya beberapa," jawab Rodin. Ia mengeluarkan potion dari tas kecil di paha kanannya dan diberikannya pada Haruka.

Haruka menghunuskan wandanya. "Hydroxyapatiter ...," gumamnya mengucap mantra.

Raungan meledak dari mulut Rodin, nafasnya pun tampak menggebu dam berat. Ia tidak menyangka pengobatan Haruka akan sesakit ini. Dari dalam dada, serpihan-serpihan tulang yang patan bergerak dengan sendirinya dan tersusun kembali membentuk tulang utuh. Setelah itu, Haruka menyirami bagian rusuk Rodin yang terluka dengan potion yang ia terima tadi. Cairan merah itu meresap masuk ke dalam tubuh dan mengobatinya dari dalam. Terakhir, Haruka menyirami Rodin dengan mantra cure sebagai penutup pengobatan.

Rasa sakitnya kini sudah mereda dan Rodin pun mulai menstabilkan nafas. Tak lama setelahnya, Pangeran Richard datang menghampiri.

"Hey, kau kulit hitam. Apa kau mengenali dua orang itu?" Yang dimaksud Pangeran tak lain adalah Erix dan Lucius.

Sebenarnya pertanyaan itu lebih cocok diajukan pada Haruka. Namun, katena ego yang tinggi, Pangeran memilih Rodin.

Rodin menggeleng. "Tidak, pangeran."

"Lalu, kenapa kau begitu yakin kalau mereka adalah orang yang kuat?"

"Tidak seperti mahluk lain, kami ras werebeast memiliki insting yang sangat tajam jika ada bahaya yang mendekat. Orang yang bernama Lucius, memiliki senjata aneh yang belum pernah digunakan oleh siapapun di dunia ini, aku melihatnya sendiri saat di pasar. Sedangkan Erix, instingku memaksaku untuk jangan berada di dekatnya. Ia seakan memancarkan aura yang sangat mengerikan. Aku merasakannya saat rapat shensin pagi tadi. Karena itulah aku yakin mereka bukan orang sembarangan," jelas Rodin.

Pangeran Richard diam, ia mencerna apa yang dikatakan shensin kulit hitam itu.

"Dan juga, Pangeran," lanjut Rodin. "Sebelumnya mereka pergi ke Dungeon Rumah Fantasma Amity, dan sekarang mereka sudah di sini. Menurut Anda, apa yang sudah mereka lakukan di dungeon rumah vampire itu?"

Dungeon itu sudah disucikan, namun Pangeran Richard menolak kenyataan itu. Meskipun ia tahu hal itu bisa saja terjadi jika dihubungkan dengan Dungeon Candi Goblin. "Itu hanya asumsimu saja. Kau hanya melebih-lebihkan," ujarnya akhirnya, dan ia meninggalkan Rodin yang masih terbaring memulihkan tubuhnya.

 *****

"Apa maksudmu? Kau adalah orang paling dekat denganku. Kau juga satu-satunya orang yang lebih tahu sejauh mana kekuatanku, kemampuanku, daya tahanku, sifat dan pemikiranku. Aku bukanlah seorang pangeran yang harus selalu kau lindungi, Lucius. Sejak kaki kita menginjak dunia ini, jalan hidupku, aku yang tentukan sendiri. Jika aku dalam kesusahan dan masalah, itu adalah tugasmu untuk membantuku. Begitu pula sebaliknya. Kau tidak sekedar pelayanku Lucius, kau juga sahabat terdekatku."

Seketika Lucius membungkuk dalam penuh hormat. "Aku akan melakukannya dengan senang hati, Tuan."

"Baiklah." Erix dan Lucius tiba di tempat tujuan mereka. Monster bertentakel tampak sibuk mengibaskan tentakelnya ke segala arah. "Sekarang, apa yang harus kita lakukan dengan gurita raksasa itu?"

Dungeon HallowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang