Dungeon Hallow

By erix_arthur

331K 35.7K 11.6K

~Tamat~ CAPTER 1~46 SUDAH TERBIT [Dungeon Hallow : Datangnya Sang Pahlawan] CAPTER 46~94 SUDAH TERBIT [Dungeo... More

Prolog
1 : Takdir
2 : Mencoba Menjadi Pahlawan Kecil
3 : Dungeon Candi Goblin
4 : Monster Dungeon
5 : Pencarian Yang Melelahkan
6 : Raja Goblin
7 : Penyucian Dungeon
8 : Dungeon dan Shensin
9 : Toyotami Yura
10 : Toyotami Genji
Dungeon Hallow vol.1
11 : Gedung Guild Shensin
12 : New Class
13 : Lord Class
14 : Berbeda Arah
15 : Serangan Zombie
16 : Dungeon Rumah Fantasma Amity
17 : Dua Dungeon
18 : High-Ghoul
19 : Wanita Dalam Kelambu
20 : Lavenda
21 : Vampire
22 : Lord Vampire
23 : Prestasi
24 : Shensin Bintang Lima
25 : Dungeon Danau Abyss
26 : Mermaid
27 : Mera dan Sarna
28 : Sebuah Perkembangan part-1
29 : Sebuah Perkembangan part-2
30 : Gua Laut
31 : Pasukan Shensin
32 : Tentakel Raksasa
33 : Kraken
34 : Seperti Pahlawan
35 : Vampire Yang Menuntut Balas
36 : Werewolf
37 : Kezu-Sahagin
38 : Melawan Haruka
39 : Mengakhiri Dendam
40 : Teman Baru
41 : Kengerian
42 : Pusat Dungeon
43 : Tuan
44 : Cahaya dan Kegelapan
45 : Wadah Sang Ayah
46 : Hanyalah Kerikil
Intervision 1th
Dungeon Hallow vol.2
47 : Dungeon Stone
48 : Drop Item
49 : Item Legenda dan Core
50 : Mikazuki Blacksmith
51 : Kenyataan dan Takdir
52 : Tujuan Yang Baru
53 : Selina
54 : Pesta Dansa
55 : Galdellei Markov
56 : Potongan Film Fantasi
57 : Ketetapan Hati
58 : Mulai Menghitung Mundur! 10 Hari Menuju Duel
59 : Kaum Trainer
60 : Desa Hirlik
61 : Makhluk Legendaris
62 : Lizardman Purba
63 : Ikatan Baru
64 : Mengakhiri Persiapan
65 : Kejuaraan Valiant
66 : Babak Ketiga
67 : Earl Baltra
68 : Kesatria Slavius
69 : Hanya Selina
70 : Pengetahuan Tambahan
71 : Trisula Poseidon
72 : Kuishinbo no Ken
73 : Dungeon Hallow
74 : Dungeon Raptor
75 : Di Balik Semak
76 : Suchomimus
77 : Seorang Leader
78 : Best Beast Party
79 : Tyranosaurus
80 : Raja Raptor
81 : Raja Theroposaur
82 : Titan T-Rex
Intervision 2th
83 : Kejutan Pangeran Iblis
84 : Hutan Barat Ardesdale
85 : Rumah Di Tengah Hutan
86 : Demon
87 : Shensin vs Demon Merah
88 : Demon Biru
89 : Pengkhianat Galdellei
90 : Pertempuran Dalam Desiran Hujan
91 : Dalamnya Ia Tenggelam
92 : Pelayan Iblis - Baphomet
93 : Tidak Akan Mudah
94 : Akhir Galdellei
Dungeon Hallow vol.3
95 : Langkah Baru
Intervision 4th
96 : Bandit
97 : Perjalanan ke Timur
98 : Kekaisaran Sakura
99 : Sakura-no-miya Haruka Naishinno
100 : Perjalanan ke Albion
101 : Nenek Eksotis
102 : Dungeon Pohon Pinus
103 : Kawah Kematian
104 : Sakura
105 : Dungeon Makam Kegelapan
106 : Berbalik Membantai
107 : Pembalasan Untuk Nimue
108 : Azazel
109 : Tenma dan Tomo
110 : Haruka ke Garis Depan
Intervision 5th
111 : Mengenang Masa Lalu
112 : Dragon
113 : Penyihir dan Dragon
114 : Dragon Hunter dan Dragon Keeper
115 : Pedang Yang Tertancap
116 : Leknaat dan Rune Kebijaksanaan
117 : Zenda Pendragon
118 : Patung Burung Hantu Emas
119 : Persahabatan dan Takdir
120 : Hercules di Wonosobo
121 : Kokabiel dan Sariel
122 : Marlin dan Ular Sariel
123 : Kutukan dan Cinta
124 : Iblis yang Mengaku-ngaku
125 : Kobra Lima Kepala
126 : Simba
127 : Raja Smilodon
128 : Amukan Cahaya dan Kegelapan
129 : Elemen Peri
130 : N'Jou vs Simba vs Hercules
131 : Sekutu
132 : Permintaan
133 : Naga
134 : Serangan Makhluk Lebah
135 : Diplomasi Ratu Lebah
136 : Basilisk
137 : Pengintaian
Intervision 6th
138 : Reuni Marlin dan Mathilda
139 : Genosida
140 : Perjanjian
Intervision 7th
141 : Mitos Bangsa Dragon
142 : Salamander
143 : Nyali Yang Tak Terputus
Intervision 8th
144 : Morror of Fear
145 : Jemputan dari Istana
146 : Tahanan
Intervision 9th
147 : Dark Elf
148 : Gelanggang Yevimofich - part 1
149 : Gelanggang Yevimofich - part 2
150 : Gelanggang Yevimofich - part 3
151 : Gelanggang Yevimofich - part 4
152 : Orthros
Dungeon Hallow vol.4
153 : Menutup Pertempuran
154 : Valdemar Selig Ulric
155 : Salamander dan Bahamut
156 : Dragon Rain
157 : Akhir di Albion
158 : Mengejar Tujuan
159 : Mengejutkan Kaisar
160 : Perasaan Haruka
161 : Rencana Untuk Memukul Mundur
162 : Kaum Arthurian
163 : Dwarf dan Penyihir
Intervision 10th
164 : Cahaya Merah dan Biru
165 : Gramlin Pengganggu
166 : Ninja Takegakure
167 : Memulai Perang Dunia Pertama
168 : Bom 50 Ton TNT
169 : Penyerang Pertama
170 : Pertempuran Udara
171 : Menunaikan Janji Lama
172 : Chaos Sky King Dragon
173 : Pertempuran Antar Komandan
174 : Grandong dan Mak Lampir
175 : Valak dan Gadis Burung Hantu
176 : Shass dan Sitri
177 : Kesatri Kegelapan
178 : Maju dan Menekan
179 : Dragon Slayer Terhebat
180 : Menutup Peperangan
Epilog
Attention
Cast

Intervision 3th

1.6K 143 66
By erix_arthur

Tiga minggu sudah berlalu setelah serangan Pangeran Iblis Mammon mengacaukan Kota Hardov. Kini, semua penduduk sudah hampir melupakan kejadian itu. Kekacauan dan ketakutan yang membalut sudah tidak terasa lagi.

Mex & Volette

"Max! bangun! Ibumu memanggilmu!" Teriak seorang wanita di dalam kamar. Max yang sedang tertidur pulas, langsung membuka matanya karena kaget.

"Apa yang kau lakukan Vole?" seru Max yang merasa terganggu, "Ini masih pagi."

"Pagi!?" Volette membuka gorden dengan keras. "Ini sudah siang!"

Radiasi sinar violet yang panas menyeruak masuk dan menyilaukan mata Max yang masih setengah terbuka.

Volette membuka paksa selimut tebal yang membalut tubuh pemuda itu.

Max, yang hanya mengenakan celana pendak, segera menutup selangkangannya dengan kedua tangannya. "Vole!"

Di sisi belakang tubuh Max, terdapat sebuah telur besar berwarna pelangi cerah berguling di kasur.

Krak!

Garis-garis kasar tercipta dari dinding telur, retak dan akan segera pecah.

"Telurku pecah!" seru Max.

Volette salah mengartikan dengan telur yang lain sehingga wajahnya memerah. Tapi Volette menemukan sesuatu yang lain pada telur tersebut. "Tidak Max, dia akan menetas."

Mata Max melebar. Ia terperangah dengan jantung berdegup kencang.

Semakin melebar retakannya, semakin lebar pula mata Max. Semakin panjang garis retakannya, semakin kencang pula jantungnya berdegup.

Hingga, sebuah kepala mahluk kecil imut berbulu menerobos keluar. Mata lebarnya meihat ke sekeliling dan berhenti pada wajah Max yang cukup dekat.

"Piyep," suara imut mahluk itu keluar untuk yang pertama kali.

"Ayam?" kata Volette keheranan.

Unggas kecil itu meloncat keluar menghancurkan dinding telur dan mendarat di wajah Max. Hewan itu berciap-ciap seperti halnya seekor anak ayam. Namun, ini bukan ayam biasa. Warna pada bulunya terlihat sangat indah, seperti cerminan dari susunan warna pelangi. Warna biru, lebih duminan di tubuhnya dari warna lain membuatnya seakan terlahir dari langit. Ia juga memiliki tiga helai bulu ekor seperti ekor merak berwarna merah kekuningan seperti langit senja.

"Uwaah, lucunya. Partner pertamaku sangat lucu," kata Max senang. Ia terlihat seperti anak kecil yang baru diberi hadiah.

"Kau benar, lucu sekali," tambah Volette. "Kau beri nama apa pertnermu ini?"

"Mmmm ... Vlieg, namamu sekarang adalah Vlieg!" seru Max, ia dan partner barunya – Vleg – terlihat sangat senang.

"Ada apa rebut-ribut!" bentak suara berat seorang lai-laki yang tiba-tiba masuk.

"Ayah! Telur yang aku temukan di Dingeon Raptor telah menetas!"

"Oho! Bulunya sangat indah. Hewan apa ini? Burung?" tanya Kepala Desa Hirlik seraya menatap anak ayam itu dari kaki hingga ujung bulu kepala. "Kau beruntung bisa mendapatkan hewan seunik ini."

"Tidak, semua ini berkat Erix. Aku akan melatih dan merawat Vlieg hingga menjadi kuat dan bergabung dengan Dungeon Hallow Party," kata Max dengan semangat.

"Aku akan ikut dengamu, Max," kata Volette, ia terlihat malu-malu.

"Sungguh? Kau memang kekasihku yang setia Vole." Wajah Volette bersemu merah mendengar perkataan Max barusan. "Sebelum itu, kita harus sarapan dulu. Ayo Vlieg!"

"Ini sudah siang. Tidak ada lagi sarapan!" Sekarang wajah Volette memerah karena marah.

Idris Willow hanya tertawa melihat tingkah anaknya itu.

Kurokaze Kotaro

Cahaya matahari yang terang menyeruak masuk ke sebuah ruangan melalui jendela-jendela yang terbuka.

Di dalam ruangan itu, terdapat sebuah meja segi empat dengan dikelilingi sembilan kursi berlengan. Delapan dari sembilan kursi itu sudah ada yang menduduki beserta seseorang di belakang mereka.

Beberapa saat kemudian, seorang laki-laki masuk ke ruangan itu. Ia ditemani oleh adiknya Ageha – seorang kunoichi – di belakangnya.

"Kenapa kau lama sekali Kotaro?" tanya seorang pria tua.

"Maaf," jawab singkat Kotaro. Ia segera duduk di kursi kosong yang langsung menghadap kedelapan orang tersebut.

"Tidak apa Goro, orang penting wajar jika datang terlambat," kata seorang nenek-nenek sambil tertawa.

"Apa kita mulai saja rapatnya," saut laki-laki bercambang.

"Rapat Masa Depan Desa Ninja Takegakure kita mulai," kata Kotaro. "Seperti yang kita tahu," tambahnya, "Bahwa kita sebagai ninja pelarian tidak memiliki desa. Aku sudah melihat sendiri calon raja kita. Dia begitu cerdik dan hebat. Sifat kepemimpinannya terasa sangat kental, seakan ia tahu apa yang harus dilakukan. Aku sendiri pun sudah mengikrarkan diri sebagai bawahannya dan akan berjuang bersamanya. Selain itu, dia juga memiliki bintang shensin spesial, Bintang Lord Class. Dialah raja para shensin. Menyandang nama Arthur yang akan merebut kembali Camelot. Dengan begitu, kita bisa mengambil kembali desa kita."

"Apa dia berencana mengambil Pedang Excalibur?" tanya seorang wanita cantik.

"Belum, tapi akan kami usahakan," jawab Kotaro.

Semua kepala klan terdiam. Seorang yang diramalkan tidak bisa disebut orang yang diramalkan jika belum memegang Pedang Excalibur di tangannya.

"Oleh karena itu," Kotaro melanjutkan, "Aku berdiri di sini sebagai Takekage (Kepala Desa) bersama Klan Kurokaze ingin mengajak semua klan untuk bergabung bersamaku."

Laki-laki berjambang berdiri dari tempat duduknya. "Tentu saja aku ikut. Klan Keikaku ikut bergabung."

"Klan Aikawa bersamamu, Nak." Nenek-nenek yang tadi, ikut beranjak.

"Klan Korotsuci ikut bergabung." Satu-satunya kakek-kakek juga berdiri.

"Klan Yamagiri ikut bergabung." Wanita cantik tadi ikut berdiri.

"Klan Fuma akan ikut membantu." Laki-laki bertubuh kekar juga berdiri.

"Klan Hozuki juga ikut membantu." Wanita cantik berambut pendek yang sejak tadi diam, juga berdiri.

"Klan Rinha juga bergabung." Wanita cantik yang lain, juga berdiri.

Laki-laki yang mengenakan penutup mata sebelah, hanya diam sambil melipat tangan di depan dada. Ia tidak ikut berdiri seakan ada sesuatu yang ia pikirkan.

"Kijin, apa kau tidak ikut?" tanya wanita cantik berambut pendek, kepala Klan Hozuki.

Laki-laki itu mulai berdiri dengan santai. Dengan baju serba hitamnya, ia terlihat seperti bayangan yang bangkit. "Klan Hattori akan bergabung."

Semua wajah di sana terlihat sumringah, kecuali dua wanita cantik yang seksi.

"Tapi jika Raja Arthur tidak bisa mencabut Pedang Excalibur, Klan Hattori akan keluar dari komunitas Desa Takegakure," tambah Hattori Kijin.

"Aku pastikan dialah orangnya," jawab Kotaro dengan percaya diri tinggi. Kini ninja itu menatap semua ketua klan dengan bangga. "Dengan persatuan ini, kita akan membangun Takegakure (Desa Bambu Tersembunyi) menjadi desa ninja hebat melebihi leluhur kita!"

Semua ketua klan, kecuali Klan Hattori dan Klan Rinha, bertepuk tangan penuh antusias menyambut semangat yang dipancarkan kepala desa mereka.

Mikazuki Tatsumi

Tatsumi, cucu dari seorang pandai besi terkenal, terlihat sedang menyiapkan beberapa barang pribadinya. Ia menyusun barang-barang itu di atas kain. Setelah dirasa cukup, ia menutup kain tersebut dan mengikatnya. Tas sedarhana itu kemudian ia masukkan ke dalam tubuhnya, atau lebih tepatnya body bag.

"Tatsumi, apa semuanya sudah siap?" tanya kakeknya. Mikazuki Akitsu.

"Sudah, Kakek. Semua peralatanku sudah kubawa," jawab Tatsumi.

"Bagus." Akitsu menghisap tembakau dari kiseru yang ia pegang dan menghembuskan asap rokok dengan cepat. "Ini."

Tatsumi mengambil gulungan perkamen dari kakeknya.

Awalnya Tatsumi bingung. Namun, setelah ia membaca sedikit tulisan di dalam perkamen itu, ia mulai mengerti.

"Aku sudah memberi stempel nama keluarga kita pada kontrak itu," kata Akitsu.

"Baik, Kek. Aku akan segera menemui Erix Arthur dan membuat kontrak dengannya sebagai pandai besi pribadinya. Dan aku akan membuat nama Mikazuki, keluarga kita, lebih harum lagi dari yang sekarang," kata sang cucu dengan semangat.

"Baguslah. Jangan lupa sering-sering kabari aku," ujar kakeknya lagi.

Merasa semua kebutuhannya telah selesai, Tatsumi beranjak pergi meninggalkan rumah dan kakeknya.

Dengan lambaian tangan penuh semangat, Akitsu mengiring langkah cucunya dengan bangga.

Beast Best Party

Asger sedang duduk di atas gelondongan kayu yang tersusun. Pada tengah lapang di hadapannya, ia dan anggota partynya berencana akan membuat rumah di sana. Para pekerja juga sibuk membawa batu-batu dan papan kayu dan memulai proses pembangunan.

Tapi mata singa Asger menatap orang-orang itu dengan tatapan kosong, menunjukkan kalau tidak ada kehidupan di mata itu.

"Hey, ada apa kawan?" kejut Bartram. Werebeast Fakcon itu turun dari udara sambil membawa beberapa beri hutan.

"Tidak ada apa-apa, hanya saja ...." Asger menghentikan perkataannya.

"Hanya saja?" kata Bartram penasaran, paruh burungnya masih asik menyantap beri-beri itu.

Haldur tiba-tiba datang dari balik bayangan pohon dan melanjutkan perkataan Asger. "Hanya saja ia merasa bahwa ini bukan kehidupannya. Dia rindu dengan amukan goloknya, ia rindu dengan darah monster dungeon. Atau dengan kata lain, ia ingin kembali menjadi shensin."

"Asger, bukankah kita sudah membicarakannya." Bartram mengingatkan.

"Aku tahu. Tapi ... aku seperti tidak hidup. Sebagian diriku seakan ada yang mati," tutur Asger.

"Kenapa kau tidak kembali saja." Steen tiba-tiba muncul di dekat mereka. Kecepatan lari seorang Kobold sungguh luar biasa.

"Ya, itu benar," tambah Simone. Ia berlari mengejar Steen. Baru kali ini ada fenomena kambing yang mengejar anjing.

"Serius?" sambar Asger.

"Tentu," tambah Bartram. "Kami tidak akan mengekangmu."

"Teman-teman ...." Asger merasa terharu, kantung matanya berlinang namun segera ia tahan.

"Jadi, ke mana tujuan kita?" tanya Haldur.

"Hey kelinci bodoh, kau juga?" seru Steen.

Kedua teman lainnya hanya menggelengkan kepala.

"Erix Arthur. Saat bersamanya, semangat pada darahku mendidih. Jika kita mengikutinya mungkin peristiwa menarik akan kita temui," kata Asger.

"Bocah idiot itu, kah? Tidak buruk. Aku ikut," kata Haldur.

"Kalian yakin?" Bartram kembali meyakini namun, ia tidak berharap lebih.

"Maaf Bartram," kata Haldur, telinga kelincinya tampak loyo.

"Hahaha, tidak masalah. Kami bertiga akan mengurus yang di sini," kata Baltram. "Benar kan, teman-teman?"

"Yah, kau bisa percayakan kami," tambah Steen, ia mencoba berdiri tegap dengan kaki kambingnya.

"Tidak perlu dipikirkan. Lakukan apa yang kalian ingin lakukan. Kami hanya bisa mendukung." Simone ikut memberi suara.

"Terimakasih teman-teman." Haldur memeluk ketiga teman-temannya.

"Jangan peluk aku kawan, tubuhku merasa aneh. Kalian para kelinci terlalu emosional," ujar Steen.

Teman-teman yang lain hanya bisa tertawa.

"Apa dengan ini Beast Best Party resmi dibubarkan?" tanya Simone.

"Tidak, kita tetap Beast Best Party. Hanya saja kita berbagi tugas," Asger menimpali.

"Pemikiran yang menarik," kata Bartram.

Dan mereka kembali tertawa.

Rodin, Maia, Ante, Peter, Hendro, Takiya

Dari deretan meja di bar, ada satu meja yang di isi enam orang shensin. Keenam orang itu menatap sepiring besar nasi goring di depan mereka. Beberapa pasang mata tampak begitu liar, ingin segera menyantap nasi goreng tersebut.

Dengan diam-diam, Rodin mengambil sendok di hadapannya namun, Ante menahan tangan liar temannya itu.

Piter dan Hendro saling tatap, pikiran licik terukir di kepala mereka secara bersamaan. Kelicikan itu mulai terlihat ketika keduanya tersenyum. Dan dengan cepat, mereka mengambil sendok masing-masing lalu mulai menerkam segunung nasi goreng dengan sendok tersebut.

Tapi, sebuah sumpit menghalau laju kedua sendok itu. Takiya menangkap kedua sendok Peter dan Hendro dengan sangat cepat.

Nafsu tidak bisa lagi ditahan, terjadi perkelahian diantara mereka untuk memperebutkan segunung nasi goreng.

"HENTIKAAAAN!!!" teriakan Maia menggema di seisi bangunan. Semua orang di sana menatap ke arahnya. Kelima teman-temannya sentak berhenti dalam perkelahian, mematung tanpa bicara, "Kalian! Duduk yang rapi!" bentaknya lagi. Rodin, Ante, Peter, Hendro dan Takita bergegas mengubah posisi duduk mereka. Duduk yang lebih sopan.

Seorang pelayan bar yang cantik datang menghampiri mereka. "Eeeh, anu ... ini," katanya seranya menyerahkan beberapa susun piring.

"Terima kasih," kata Maia mengambil piring-piring itu. Lalu, ia kembali menatap kelima teman-temannya, tatapan marah yang menusuk. "Ini, ini, ini, ini, ini," Maia meletakkan masing-masing satu piring di depan teman-temannya, "Kita bagi rata!"

Maia mengambil nasi goreng dengan sendoknya lalu ditaruhnya ke piring teman-temannya, semuanya dibagi rata. Segunung nasi goring tadi terbagi menjadi enam tumpuk kecil di piring.

Rodin segera melahap nasi goring yang menjadi jatahnya. Dalam empat suapan, nasi gorengnya habis. "Aku masih lapar," gerutunya.

"Aku tidak sanggup lagi. Aku ingin makan banyak," Peter meronta, ia juga sudah menghabiskan jatah nasi gorengnya.

"Mau bagaimana lagi, penghasilan kita turun drastis. Tidak ada lagi dungeon di negri ini," keluh Ante.

"Kita harus pindah!" usul Hendro, ia mencoba menikmati nasi gorengnya dengan makan sedikit demi sedikit.

"Ke mana?" tanya Takiya, samurai itu tampak kelaparan. Sepiring nasi goreng tadi tidak cukup memuaskan perutnya.

"Bagaimana kalau kita ke Kerajaan Albion? Di sana ada tiga dungeon," kata Rodin memberi usul.

"Aku dengar raja di sana sangat kejam," kata Hendro, akhirnya nasi gorengnya habis.

"Pemerintah tidak ada urusannya dengan shensin. Bagaimana? Apa kita ke sana saja." kata Rodin meyakinkan.

"Baiklah, lagi pula kerajaan itu cukup dekat dari sini," tambah Ante.

"Oke. Sudah diputuskan! Kita akan pindah ke Albion," seru Rodin dengan semangat.

"Jika sedang makan, dilarang berdiskusi," kata Maia, suaranya begitu tenang namu, menghanyutkan.

Teman-temannya kembali diam.

Yuhka Hasyr du Yordenda

Goresan pena terus terukir dalam halaman kosong di buku yang tampak sangat tebal. Namun, sekarang hanya menyisahkan beberapa lembar kosong yang masih belum terisi.

Di ruang kerjanya, Yuhka menulis setiap kejadian yang ia ingat ke dalam buku itu. Tulisan yang mengisahkan perjalanan hidup Erix dari awal, saat ia menjadi shensin pemula sampai ia berhasil memimpin pasukan shensin untuk mengalahkan Galdellei Markov yang berubah menjadi iblis Baphomet.

Dalam ruang yang agak remang, yang sumber cahayanya berupa bongkahan batu berpijar, Yuhka kembali memberikan torehan tinta pada buku itu.

Hingga, dihalaman terakhir dan baris terakhir, ia menutup kisah itu dengan kata "bersambung".

Inilah yang dilakukan keluarga Bangsawan Pendongeng Yordenda, mereka mencatat biografi seseorang yang penting untuk sejarah. Dan Yuhka, salah satu anak pendongeng itu, memilih Erix Arthur sebagai narasumbernya.

"Fuh." Yuhka menyeka keringat yang mengalir. "Perjalanan hidupmu masih sangat panjang Erix," katanya.

Dengan menyerup teh hangatnya, ia menutup buku tebal itu dengan rasa puas dan bangga.

Tias Vieri El Redcedar

Tias berdiri dihadapan sebuah pilar monumen berbentuk bunga melati. Tatapannya sayup saat melihat monument itu.

Memori masa lalunya bergulir, mengenang kembali ingatan yang telah lama terpendam.

Saat di mana ia dan Haruka kecil bermain di kaki monumen itu. Ia dan ibunya Haruka tampak senang melihat Haruka asik bermain dengan bunga-bunga yang indah.

Tanpa sadar, air matanya mengalir tak tertahankan. Sangat sakit rasanya mengenang sahabat lama yang sekarang sudah tiada.

"Tias ...," panggil Nella sambil menepuk pundak temannya.

Tias mengusap air matanya, menyingkirkan kesedihan di hatinya. "Aku tidak apa-apa Nella."

Sekarang ia mendongak ke langit, menatap arakan awan yang mengambang. Sorot mata birunya lurus menembus langit, mengingat kembali wajah sahabat yang sudah meninggal.

"Yui, sekarang Haruka sudah menjadi gadis cantik yang hebat. Kau bisa tenang di sana sekarang. Dan juga, sepertinya dia sudah memiliki laki-laki yang akan terus melindunginya." Katanya. Lalu, pergi bersama Nella meninggalkan monumen penuh kenangan itu.

Dungeon Hallow

Angin segar bertiup menyisiri dataran tinggi Kota Hardov, membelai apapun yang dilewatinya. Setiap hembusannya mengusir kecemasan pada diri setiap orang, menggantinya dengan ketenangan jiwa yang damai.

Saat ini, Erix sedang duduk di atas gelondongan kayu yang dipahat sedemikian rupa membentuk sebuah bangku panjang. Ia berada di atas bukit tempat ia biasanya bersantai. Terletak di belakang rumah lama keluarga Toyotami. Padang rumput luas yang pernah digunakan Selina dan Lucius untuk latihan.

Di bawah pohon ek yang daunnya mulai memerah karena sudah memasuki musim gugur itu, Erix duduk bersandar menatap Kerajaan Ardesdale dari kejauhan. Hanya sekedar menyaksikan kedamaian yang begitu hangat.

Tak berapa lama, sekelompok orang datang menghampirinya. Mereka bukan orang biasa, mereka adalah shensin. Mereka adalah orang-orang yang selalu membatu Erix dalam segala hal, membantunya dalam menaklukkan dungeon dan membantunya dalam mengejar mimpi Haruka.

Haruka, Lucius, Selina, Yura, Yuhka, dan Kotaro menghampirinya dan menghentikan lamunannya. Master Marlin juga bersama mereka.

Haruka dan Yura segera duduk di setiap sisi bangku yang kosong, mereka mengampit Erix di tengah.

"Haruka, apa impianmu sudah tercapai? Sudah tidak ada lagi ancaman Raja Iblis di negri ini," tanya Erix namun, sorot matanya tetap tertuju pada Kota Hardov di depannya.

"Belum," jawab Haruka mantap. "Paman Genji masih belum merasakan keamanan."

Toyotami Genji, paman Haruka, ayah Yura dan Takeru. Sekarang sedang berperang di garis depan untuk menghalau serangan pasukan Raja Iblis.

"Jadi?" sahut Selina.

"Setelah ini, aku berencana untuk pulang ke negaraku. Dan membantu dalam peperangan," jawab Haruka.

"Kekaisaran Sakura, kah? Bagaimana menurutmu Lucius?" tanya Erix.

"Akan sangat membosankan jika kita hanya duduk di sini, Tuan. Dan lagi pula, kenapa Anda bertanya padaku kalau Anda sendiri sudah memutuskannya," jawab Lucius yang berdiri di belakang tuannya.

"Kau selalu tau apa yang kupikirkan, Lucius," kata Erix dalam senyuman.

"Apa Anda sudah menerima takdir Anda, Tuan?" tanya Marlin.

"Aku sudah menerima takdirku sejak lama, Master Marlin," jawab Erix. Marlin sangat senang mendengar jawaban ini.

"Jadi, tujuan kita selanjutnya adalah?" Yura angkat suara.

Erix berdiri, lalu berbalik menatap semua teman-temannya. "Medan Perang."

"Akhirnya, Raja mereka telah tiba," tambah Kotaro.

"Dan aku akan bertambah sibuk," kata Yuhka.

"Kita mudik nih," saut Yura, Haruka tersenyum.

Erix dan Haruka

Erix dan Haruka masih duduk di bangku gelondongan kayu sambil menatap Kota Hardov, sedangkan yang lainnya pergi untuk memepersiapkan perjalanan mereka.

"Terkadang aku merasa aneh dengan ikatan takdir di antara kita, Haruka. Takdir kita seakan selalu berada di jalan yang sama. Aku tahu jika nantinya, mau tidak mau aku harus ke garis depan untuk memimpin para shensin. Tapi aku tidak mau meninggalkanmu. Tapi malahan sekarang kau memilih tujuan yang searah denganku. Dan itu membuatku ... merasa ... kalau ... kita ...seperti ... tidak bisa ... dipisahkan ...," kata Erix, ia sedikit canggung pada kalimat terakhir.

"Kau benar ... ini seperti takdir. Mungkin kita diikat dengan takdir untuk saling melindungi," tambah Haruka dalam tawanya.

Tergerak dalam hati Erix untuk mengatakan sesuatu. "Haruka, apa kau percaya dengan cinta pandangan pertama?"

"Kau jatuh cinta pada sesuatu di pengalaman pertamamu, aku tahu. Kenapa?" tanya Haruka.

"Aku sudah jatuh cinta pada dunia ini sejak awal kedatanganku, dan aku juga ... sudah jatuh cinta ...," Erix terdiam, tidak mampu melanjutkan kata selanjutnya, jantungnya berdegup sangat kencang.

"Juga apa?" tanya Haruka penasaran, wajah manis dan polosnya menunggu jawaban.

Erix hanya tersenyum. "Lebih baik kita menyiapkan perlengkapan untuk perjalanan kita." Ia pergi dari tempat itu dan disusul Haruka di belakangnya yang masih penasaran.

"Katakan padaku, kau juga apa?"

"Sudahlah, banyak barang yang harus dipersiapkan."

Begitu pengecut untuk saat ini. Namun, di masa depan, siapa yang tahu.

__________________________________________

Hay, hay, hay. Apa kabar semu?

Bagaimana cepter kali ini? Menarik?

Silahkan dikomentari sepuasnya...^^

See tou next time, bye...^^

Continue Reading

You'll Also Like

242K 19.9K 44
⚠️SLOW UPDATE ⚠️ Kisah menyegarkan seorang gadis cantik, pemberani dan pintar bersama peri yang akan memandunya di setiap cerita. Mereka berdua akan...
569K 33.5K 57
Selena Azaerin, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, Selena tak pernah kehilangan sifat cerobohnya. Ketika gadis itu telah menyelesai...
1.3M 125K 73
NOT BL! (Follow biar tahu cerita author yang lain ok!) Update sesuai mood 🙂 Seorang remaja laki-laki spesial yang berpindah tubuh pada tubuh remaja...
875K 53K 56
Setelah menerima banyak luka dikehidupan sebelum nya, Fairy yang meninggal karena kecelakaan, kembali mengulang waktu menjadi Fairy gadis kecil berus...