KALEIDOSCOPIC

By prncch

683K 58.6K 6.7K

Vina tidak pernah menyangka perkataannya tentang laki-laki idaman semasa remaja benar-benar terjadi padanya... More

(1) BERYL
(1A) BERYL
(1B) BERYL
(2) IGNEOUS
(2A) IGNEOUS
(2B) IGNEOUS
(2C) IGNEOUS
(2D) IGNEOUS
(3) IGNORAMUS
(4) OBLIVIOUS
(5) TYRANT
(6) PLETHORA
(6A) PLETHORA
(6B) PLETHORA
(6C) PLETHORA
(6D) PLETHORA
(6E) PLETHORA
(6F) PLETHORA
(6G) PLETHORA
(7) My Big Boss
(8) INCARNATE
(8A) INCARNATE
(8B) INCARNATE
(8C) INCARNATE
(9) DAME
(9A) DAME
(9B) DAME
(9C) DAME
(9D) DAME
(10)BERYL - 2
(10A) BERYL-2
(10B) BERYL-2
(10C) BERYL-2
(11) DREAMS
(11A) DREAMS
(11B) DREAMS
(12) GADAISA
(13A) RAIN
(13B) RAIN
(13C) RAIN
ATTENTION
THANKYOU
(14) HERE,LOVE
(14A) HERE, LOVE
(15) NECESSITY
(15A) NECESSITY
(15B) NECESSITY
(15C) NECESSITY
(15D) NECESSITY
(15E) NECESSITY
(16) DAY DREAM
(16A) DAY DREAM
(16B) DAY DREAM
(16C) DAY DREAM
(16D) DAY DREAM
(16E) DAY DREAM
(16F) DAY DREAM
(16G) DAY DREAM
INFO LAPAK BARU
(17) Fool Again
(17A) Fool Again
(17B) Fool Again
[ASKING SESSION] FOOL AGAIN
[ANSWERING]
(18) My Boss and Me
(19) STARLIGHT
(19B) STARLIGHT
(19C) STARLIGHT
(19D) STARLIGHT
(19E) STARLIGHT
(19F) STARLIGHT
(20) Be With You
(20A) Be With You
(20B) BE WITH YOU
(20C) BE WITH YOU
(20D) BE WITH YOU
(21) IF
(21A) IF
(21B) IF
(21C) IF
(21D) IF

(13) RAIN

7.4K 564 45
By prncch

****

Hujan mengguyur cukup deras di daerah utara kawasan tempat tinggal Dera. Dinginnya terasa menusuk tubuh Dera. Ia mengigil walau selimut sutra memeluk tubuhnya. Alih-alih menghangatkan tubuh, ia membuka jendela kamarnya sembari memejamkan kedua matanya, menikmati derasnya hujan.

Penikmat social media dikejutkan dengan berita pernikahan Rachel dan Trian yang akan dilaksanakan 18 Februari 2017. Berawal dari foto prewedding yang menjadi viral di instagram lantaran dipotret di Roma. Biaya yang hampir menelan 1 milliar untuk pemotretan tersebut membuat para netizen tiada henti berdecak kagum pada Rachel dan Trian. Sosok misterius yang tampan itu baru-baru ini diketahui merupakan keturunan kolongmerat dan .....

"Kak! Lo gila?!" Jira menutup saluran televisi tersebut kemudian melempar remote televisi tersebut dengan kesal. Ia berlalu menutup jendela kemudian menarik kakaknya agar menjauh dari jendela.

"Lo mau mati setelah pingsan minggu lalu? Kalau mau mati bukan gitu caranya! Bukan hanya demi cowok brengsek itu!" sambung Jira kesal setengah mati.

Dera tersenyum getir. Jantungnya terasa tertumbuk-tumbuk. Rasanya begitu sakit dan memilukan. Ia bahkan merasa sulit bernapas saat ini padahal ia lebih dahulu tahu akan rencana pernikahan itu.

Trian, sosok kekasihnya yang begitu tampan dan baik hati itu, memilih menelantarkannya akan sosok wanita yang lebih baik dari Dera. Dengan iming-iming mobil sport yang masih parkir di depan rumahnya, Trian mengatakan itu sebagai hadiah perpisahan mereka.

Kurang ajar memang laki-laki itu. Tidak. Brengsek. Laki-laki itu memang sangat brengsek. Bahkan setelah hubungan mereka yang telah begitu serius, laki-laki itu membuangnya seperti sampah.

Tetapi bukan itu yang membuat Dera merasa sesakit itu. Melainkan sesuatu yang baru ia ketahui dan hilang dalam waktu bersamaan pada minggu yang lalu yaitu anak mereka yang baru berusia tiga bulan dalam kandungan. Tak sadar bulir air mata jatuh membasahi pipi Dera lagi.

"Mbak!" Jira mulai geram dan tak habis pikir. Dera maklum sebab Jera masih belum tahu akan keponakannya itu. Sehingga selalu menganggap Dera terlalu bodoh karena cinta.

Jira meremas rambutnya sendiri kemudian meninggalkan Dera setelah membanting pintu kamar Dera. Dera mencoba. Demi apapun, ia mencoba untuk tidak menangis dan ingin menerima segalanya dengan hati yang terbuka tetapi ia tidak bisa. Memikirkan janinnya itu membuatnya merasa seperti pembunuh.

Anakku .....

Dera mengusap wajahnya sambil menyentuh perutnya. Tangannya bergetar. Jiwanya terusik akan bayangan anaknya yang akan terlahir jika saja ia berhati-hati lebih extra atau jika saja Trian tidak memutuskan hubungan mereka secara sepihak maka Dera akan .... Akan ....

Oh Tuhan!

Dera berteriak dalam hati. Air matanya jatuh lagi dan lagi bahkan kini isakan tangis mengiringi. Mengapa? Mengapa harus Dera yang mengalami ini? Mengapa .... Mengapa harus pada janin tidak bersalah itu yang menanggung perbuatan mereka? Mengapa?

***

"Kamu bilang kamu mau mempunyai pacar yang tampan?" tanya Trian pada suatu hari saat tahun baru berganti. Kebetulan Dera sedang berlibur di London sehingga bisa menghabiskan hari bersama Trian, sosok teman yang cukup populer sewaktu SMA.

"Siapa yang ngga mau?" Dera berujar lucu sembari menatap langit malam yang penuh dengan kembang api.

"Dan kaya?" tanya Trian. Dera tersenyum mendengarnya. Sementara itu Trian mendengus kesal. Ia berdecak sambil menggeleng.

"Semua wanita sama. Ngga perlu tampan, yang penting kaya."

Dera menyergit tak suka. Ia berdecak pinggang menghadap Trian sambil mengerucutkan bibir. Kebetulan Trian memiliki tinggi badan 185 sentimeter sehingga membuat Dera yang baru bertinggi 168 sentimeter pun harus mendongkak untuk melihatnya.

"Ngga semua tahu!" ujar Dera

Sebelah alis Trian terangkat.

"Tapi buktinya kamu begitu."

"Aku? No! Tipe pacarku bukan seperti itu. Ngga harus kaya kok untuk menjadi pacarku." Dera bergumam ringan. Ia memukul bibirnya saat melihat rasa penasaran yang tercetak jelas di wajah Trian. Oh! Kenapa ia malah merasa seperti menggumbar tipe laki-laki idealnya di hadapan laki-laki yang hampir mendekati angka 100 dari tipe seluruh wanita di dunia ini?

"Jadi seperti apa itu? Boleh aku tahu?"

Dera memalingkan wajahnya dan berpura-pura fokus pada pemandangan kembang api. Niatannya memang ingin menghiraukan pertanyaan Trian. Ia bukannya tidak tahu jika Trian itu adalah seorang player. Teman-temannya selalu berkata demikian.

Tetapi kemudian Trian menghubunginya begitu tahu Dera sedang berlibur di London. Entah darimana Trian tahu. Jelas mereka jarang berkomunikasi semasa SMA. Bahkan jika perlu diingat-ingat, mereka hanya pernah saling bertatapan sekali saat Dera menjadi bendahara kelas.

Tetapi Dera menerima tawaran Trian. Ia juga hampir mati kebosanan. Orang tuanya sibuk dengan bisnis di London dan adiknya, Jira, juga tidak turut hadir dalam liburan kali ini karena kondisi yang tidak fit.

"Untuk apa kamu tahu? Ngga penting juga." Dera tertawa garing kemudian berbalik badan, hendak mencari angin untuk pipinya yang terasa memanas. Ugh. Apa-apaan ini? Mengapa jantungnya berdegup kencang? Okay, ingat. Dia adalah player terlaris sepanjang masa.

Trian menahan langkah Dera. Laki-laki itu menyentuh bahu Dera dan menatap ke dalam mata Dera. Dia tersenyum begitu manis seperti gula dan membuat Dera seketika merasa diserang diabetes. Gawat! Ia ingin melarikan diri tetapi Trian menarik pinggangnya hingga membuat tubuh mereka merapat.

"Kalau ngga kasih tahu, aku cium."

Eh?

Pipi Dera merona. Ia ingin mendorong Trian menjauh tetapi sentuhan laki-laki itu membuat Dera melemas. Dan kemudian Dera menyadari jika pada saat itu ia mulai terhunyuh akan pandangan itu yang terasa begitu mendebarkan.

Tatapan Trian begitu manis dan menggoda pada waktu yang bersamaan membuat sesuatu dalam dirinya bergejolak. Trian menyadarinya. Karena itu ia tersenyum bahagia. Ia mengusap kepala Dera dan sedikit menunduk kemudian mencium lembut bibir Dera.

TIDAK!

Dera terbangun dari tidurnya. Tubuhnya berkeringat dingin. Ia menggelengkan kepalanya sembari memeluk tubuhnya dengan erat. Tidak. Tidak. Ia tidak mau! Ia tidak mau kenangan intim mereka dulu kembali membayanginya. Tidak mau! Dera membuang bantalnya sembari memukul kepalanya.

Tidak.... Tidak .... Tolong. Laki-laki itu brengsek dan Dera tidak mau memikirkannya lagi.

Dera terjaga. Ia tidak mau untuk tidur lagi. Entah mengapa Dera selalu terbayang atau termimpi kembali ke masa-masa lalu mereka. Mimpinya tak pernah sama tetapi selalu merupakan potongan masa lalu manis mereka. Dan semua itu terasa lebih menyakitkan. Karena setiap perkataan dan perbuatan Trian adalah fiktif belaka. Semuanya bohongan dan setinggan belaka.

Memikirkan ia yang hanya merupakan permainan bagi Trian yang kemudian dijadikan sebagai pengalih akan pasca putusnya Trian dengan Christine, seorang artis London, membuat Dera merasa ia begitu tolol. Membiarkan laki-laki itu menyentuh setiap inchi tubuhnya dan mempercayai ungkapan cinta palsu itu membuat Dera kembali marah.

Kenapa! Kenapa Dera harus percaya pada Trian!

"Dera. Udah bangun? Mama masuk ya." Mama mengetuk pintu kamar Dera. Dera langsung berbaring sembari melirik jam dinding yang telah menunjukkan pukul tujuh pagi. Jadi .. ia terjaga begitu lama?

"Papa dan Mama akan ke London untuk mengurus bisnis selama beberapa minggu. Jira juga sekalian ikut untuk fashion week bajunya. Nanti mama hubungin kamu lagi ya." Mama menjelaskan dengan lembut sembari mencium puncak kepala Dera.

Dera memejamkan mata saat merasakan matanya memanas lagi. Pada saat seperti ini Dera merasa begitu membutuhkan pelukan mama yang sedikit lebih mampu menguatkannya tetapi bagaimana jika mama tahu bahwa Dera telah kehilangan keperawanannya karena anak dari sahabat baiknya?

"Sayang, mama ada tinggalin undangan Mba Dee di meja rias kamu. Tolong kamu hadiri pernikahan si Trian ya di Jakarta. Mama ngga sempat dan akan menghadiri pernikahannya di London saja minggu depan."

Dera tidak heran. Lagipula ia tidak bisa menolak permintaan mama. Hal ini telah ia prediksi sejak retaknya hubungan mereka. Tetapi ia baru tahu jika Trian juga menyelenggarakan pernikahan di London.

"Iya,ma. Dera pasti datang. Mama hati-hati ya. Salam untuk papa dan Jira." Dera berkata dengan tulus.

Sepeninggal mama, Dera menatap undangan berwarna putih keemas-emasan itu dengan sedih. Tak ada jalan lain, pikir Dera. Ia harus membaca undangan itu agar tahu dimana dan waktu acara itu diselenggarakan.

The Riltz Carlton, 7 PM.

Biasanya pada waktu seperti ini Dera akan sangat sibuk memikirkan dress yang akan ia kenakan. Kemudian dengan stylist dan make up artis langganan yang akan ia book jauh-jauh hari sebelum hari-H. Tetapi kali ini berbeda.

Karena yang menikah itu adalah mantan pacarnya.

Ah salah. Tidak ada. Dera bukan siapa-siapa bagi Trian dan Trian juga tidak akan sudi jika Kirana menganggapnya demikian. Bahkan masa lalu saja tak sudi untuk Trian kenang.

Mereka hanya salah arah pada satu waktu, terjebak, dan sekarang telah kembali pada arah yang benar.

Dera meletakkan kembali undangan itu kemudian kembali berbaring menghadap langit-langit kamar. Hujan kembali mengguyur. Maklum, masih bulan hujan. Tetapi lagi-lagi hujan itu kembali membawa Dera bernostalgia pada masa lalu.

Tidak. Tidak. Ia tidak boleh lagi memikirkan itu.

Dera memukul pipinya dan memutuskan untuk tidur. Masih dua belas jam sebelum pernikahan Trian. Selama itu, Dera boleh tidur 'kan? Bagaimana jika dengan mati? Apakah Dera bisa mati sekarang?

Lucu. Dera menertawakan pikiran tak warasnya sembari memukul tepat jantungnya berada. Rasanya masih sakit dan perih. Ah, jika hanya dengan tidur Dera bisa mati maka ia sudah mati sejak sebulan yang lalu.

***

"Temanmu akan menikah?" Dera tidak bisa menutupi keterkejutannya tatkala nama Andreas melambung di tengah-tengah pembicaraan mereka di ranjang.

"Ya. Aku juga ngga nyangka. Laku juga Andreas." canda Trian

"Ih. Bukan laku tetapi memang sudah laku. Banyak cewek ngejar dia tau ngga." Dera memanyunkan bibirnya. Trian gemas. Ia mengigit lembut bibir Dera kemudian mencecap manisnya bibir Dera.

"Jadi siapa yang lebih ganteng? Aku atau dia?" Trian menggoda Dera dengan menggelitik Dera. Dera terkikik sambil Trian berhenti menggelitiknya. Bahkan ujung mata Dera berair karena terlalu geli.

"Hei, jawab jujur dulu dong baru aku lepasin. Kalau ngga, aku cium lagi nih!" Trian hanya menggertak. Dera tahu. Bahkan dalam imajinasi terliarnya, Trian tak akan mampu melakukannya pada Dera lagi setelah hampir menghabiskan waktu2 jam intim bersama-sama. Tante Dee akan segera pulang sehingga mereka harus 'menahan diri'.

"Coba aja kalau berani." Dera menantang dan Trian menyanggupinya. Ia meraih tubuh Dera dan menciumnya dengan habis-habisan. Dera bahkan hampir kehabisan napas jika Trian tidak menghentikan ciuman menggoda itu.

"Gantengan siapa?" Trian bergumam sembari merebahkan tubuhnya di dada Dera.

"Ya kamu dong,sayang. Kamu laki-laki paling ganteng dan baaiiiikk yang aku temui." Ujar Dera jujur

Trian tersenyum, Dera menyadarinya karena merasakan senyum Trian di dadanya. Dera membenamkan tangannya di rambut hitam pekat Trian. Kemudian pemikiran itu datang. Pernikahan. Ia juga ingin menikah .... dengan Trian.

Tetapi Trian belum pernah menyinggung tentang itu bahkan hingga kini tante Dee hanya mengenal Dera sebagai anak dari sahabatnya. Hubungan mereka memang tertutup bahkan tidak ada satu orang pun yang tahu kecuali Jira, yang mana saat Trian tahu jika Dera memberitahu hubungan mereka pada Jira, Trian marah besar hampir sebulan.

"Benarkah?" gumam Trian

Dera mengangguk.

"Laki-laki paling sempurna untuk masa depanku dan anak-anak kita nanti."

Dera merasakan tubuh Trian menegang. Apakah Trian masih belum siap dengan kata itu? Padahal usia mereka tidak lagi muda. Trian hampir menginjak kepala tiga dan Dera sudah berusia 25 tahun.

"Bagaimana dengan club Yts minggu nanti?" Dera mengubah topik pembicaraan mereka dengan cepat karena takut Trian akan marah lagi.

Dera menghembuskan napas kuat. Bahkan di tengah merias dirinya, ia masih teringat akan masa itu. Seharusnya ia sadar jika Trian tidak pernah menginginkan pernikahan apalagi anak di tengah-tengah hubungan gelap mereka. Dan yang terlebih penting adalah Trian hanya menginginkan sex tanpa cinta.

Dera menepuk pipinya lagi dan menghentikan dirinya menghias diri sendiri. Ia begitu pucat dan kurus. Riasan make-up hanya membuat Dera terlihat semakin mengerikan. Pakaian Dera yang terbuka dan memamerkan belahan dada-nya membuat Dera terlihat seperti pelacur.

Tetapi tubuh ini yang melayani Trian, tubuh ini yang begitu hina dan jorok.

Dera tidak sanggup bahkan untuk melihat pantulan dirinya sendiri. Ia kembali menangis hingga mengakibatkan kerusakan riasan wajahnya. Semuanya menjadi bertaburan dengan berantakan. Eyeliner-nya menjadi tidak rapi dan matanya menjadi bengkak.

Dera tidak mau pergi!

Sudut hatinya berteriak tetapi ia tidak mampu mengecewakan mama. Waktu hampir menunjukkan pukul tujuh malam. Dera bergegas membersihkan riasannya dan hanya mempoles wajahnya dengan bedak tipis. Ia juga mengganti pakaiannya menjadi tertutup.

Tangannya bergetar saat mengambil undangan itu. Tetapi ia segera menepis rasa sakit di hatinya dan bergegas menuju Riltz Carlton diantar oleh Pak Amat, sopir keluarganya.

Ruangan itu begitu ramai. Puluhan artis tanah air memadati ruangan ballroom itu. Tiba-tiba Dera merasa begitu minder. Tetapi siapa yang peduli? Siapa yang mau melihatnya?

Salah seorang penulis buku tamu menyergit begitu melihat Dera menyerahkan sebuah kotak biru selain amplop titipan mama. Dera hanya tersenyum tipis membalasnya dan menuliskan nama London di buku tamu untuk pemberiannya yang tak lain merupakan kunci mobil sport dan liontin yang diberikan Trian dulu.

Dera mengantri hanya untuk bersalaman dengan pengantin. Raisa, penyanyi papan atas tanah air, sedang menyanyikan lagu-lagu andalannya. Lagu could it be love itu membuat Dera semakin sedih. Tak sadar ia telah berhadapan dengan pengantin yang paling dinanti-natikan.

Rachel, wanita itu, yang terlihat begitu anggun dan cantik, menerima uluran tangan Dera. Dera mencoba untuk terlihat biasa-biasa saja tetapi ia gagal saat bertatapan dengan Trian. Laki-laki itu terlihat sedikit terkejut. Dia mencari-cari sesuatu di belakang Dera, mungkin mama.

Ah, Dera sudah lelah akan semua ini. Ia seperti wanita bermuka tebal saja. Gila. Dera benar-benar sudah gila. Ia benar-benar harus mengakhiri segalanya pada malam ini.

Dera mengulurkan tangannya dan Trian menerimanya tanpa ragu-ragu dan tersenyum sopan seperti orang asing. Laki-laki ini sedang berakting, gumam Dera dalam hati.

Kemudian Dera mengikuti arus yang Trian pilih. Ia juga tersenyum sopan sembari mengucapkan selamat dengan sekedarnya kemudian memasuki ruangan itu. Acara belum dimulai tapi sudah terlihat begitu ramai dengan tamu undangan.

Dera tidak lagi sanggup. Ia bahkan hampir menangis hanya karena melihat foto-foto prewedding yang disebut-sebut memakan biaya satu milliar itu. Dera memalingkan wajahnya sambil mengusap air matanya yang jatuh dengan tidak sengaja.

Tidak bisa. Tidak bisa lagi. Dera harus benar-benar pergi dari sini sebelum ia ketahuan.

Dera bergegas melewati segerombolan orang dan entah karena kebetulan atau nasib buruk, Trian dan Rachel sedang beristirahat karena tidak ada lagi tamu yang bersalaman. Waktu hampir menunjukkan pukul delapan malam untuk acara resmi digelar.

Dera sedikit ragu untuk melalui arah yang pasti terlihat oleh Trian tetapi pikirannya benar-benar sudah buntu. Ia tidak butuh anggapan Trian lagi. Ia tidak peduli lagi. Kemudian Dera bergegas meninggalkan tempat itu. Sialnya ia hampir jatuh karena seorang photographer menghalangi jalannya. Sial, Dera bergumam kesal.

Kemudian tanpa meminta maaf, Dera berlalu pergi dan meminta pak Amat membawanya ke rumah.

Air matanya berjatuhan. Ia membuang semua lembaran foto yang segaja Dera print dulu. Dan semua pakaian-pakaian pemberian Trian juga Dera gunting setelah sampai di rumah. Ia berteriak kesal sembari memukul-mukul jantungnya.

Andai ... andai dapat kuputar kembali waktu maka aku akan memilih untuk tidak mencintaimu .....

****

Holla!! Setelah hampir sebulan tak update hahaha.. Okay, sejujurnya author sudah mau menulis sejak kemarin tetapi selalu saja ada halangan. dan ini langsung di publish loh begitu diciptain hari ini (detik ini, ya begitu kamu baca ini)

Selamat kembali ke sad romance story author! Semoga kamu-kamu suka semua ya!

Jangan lupa komen supaya update lagi hahahha..

Maaf selama ini ninggalian reader :( semoga author bisa sering update sekarang.

Thanks.


Salam hangat...

Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 247K 30
Rajen dan Abel bersepakat untuk merahasiakan status pernikahan dari semua orang. *** Selama dua bulan menikah, Rajen dan Abel berhasil mengelabui sem...
609K 55.6K 54
⚠️ BL LOKAL Awalnya Doni cuma mau beli kulkas diskonan dari Bu Wati, tapi siapa sangka dia malah ketemu sama Arya, si Mas Ganteng yang kalau ngomong...
2.4M 29.5K 28
"Lebarkan kakimu di atas mejaku! Aku ingin melihat semua yang menjadi hakku untuk dinikmati!" desis seorang pemuda dengan wajah buas. "Jika aku meny...
1.8M 57.8K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di dalam n...