KALEIDOSCOPIC

By prncch

682K 58.6K 6.7K

Vina tidak pernah menyangka perkataannya tentang laki-laki idaman semasa remaja benar-benar terjadi padanya... More

(1) BERYL
(1A) BERYL
(1B) BERYL
(2) IGNEOUS
(2A) IGNEOUS
(2B) IGNEOUS
(2C) IGNEOUS
(2D) IGNEOUS
(3) IGNORAMUS
(4) OBLIVIOUS
(5) TYRANT
(6) PLETHORA
(6A) PLETHORA
(6B) PLETHORA
(6C) PLETHORA
(6D) PLETHORA
(6E) PLETHORA
(6F) PLETHORA
(6G) PLETHORA
(7) My Big Boss
(8) INCARNATE
(8B) INCARNATE
(8C) INCARNATE
(9) DAME
(9A) DAME
(9B) DAME
(9C) DAME
(9D) DAME
(10)BERYL - 2
(10A) BERYL-2
(10B) BERYL-2
(10C) BERYL-2
(11) DREAMS
(11A) DREAMS
(11B) DREAMS
(12) GADAISA
(13) RAIN
(13A) RAIN
(13B) RAIN
(13C) RAIN
ATTENTION
THANKYOU
(14) HERE,LOVE
(14A) HERE, LOVE
(15) NECESSITY
(15A) NECESSITY
(15B) NECESSITY
(15C) NECESSITY
(15D) NECESSITY
(15E) NECESSITY
(16) DAY DREAM
(16A) DAY DREAM
(16B) DAY DREAM
(16C) DAY DREAM
(16D) DAY DREAM
(16E) DAY DREAM
(16F) DAY DREAM
(16G) DAY DREAM
INFO LAPAK BARU
(17) Fool Again
(17A) Fool Again
(17B) Fool Again
[ASKING SESSION] FOOL AGAIN
[ANSWERING]
(18) My Boss and Me
(19) STARLIGHT
(19B) STARLIGHT
(19C) STARLIGHT
(19D) STARLIGHT
(19E) STARLIGHT
(19F) STARLIGHT
(20) Be With You
(20A) Be With You
(20B) BE WITH YOU
(20C) BE WITH YOU
(20D) BE WITH YOU
(21) IF
(21A) IF
(21B) IF
(21C) IF
(21D) IF

(8A) INCARNATE

6.9K 643 77
By prncch

****

"Aku tak memilih pergi. Kaulah yang membuatku pergi, mendiamkanku saat mencintaimu dan mengabaikanku saat merindukanmu." - Unknown.

***


"Stel, bangun. Waktunya makan." panggil James sambil menyentuh wajah Stella yang masih terlelap. Sesekali tangan itu mengelus wajah Stella kemudian mendaratkan kecupan singkat diseluruh permukaan wajah Stella membuat Stella menggeliat dalam tidurnya.

James terkekeh. Ia menggeleng, tidak percaya akan kebiasaannya yang masih mampu membuat wanitanya menggeliat bahkan ditengah sikapnya yang sedikit mengesalkan. Ia bahkan berniat sangat baik untuk menemani Stella dirumah sakit namun Stella malah marah akan niatan baik itu. Padahal demi menjaga Stella, Ia tidak masuk kerja.

Mengapa wanitanya begitu moody hari ini padahal sebelumnya Stella begitu manja dan selalu ingin berdekatan dengan dirinya.

Tak sadar keningnya menyergit, bersamaan dengan itu pula Stella bangun dari tidurnya. Stella menguap sambil mengerjap berkali-kali. Ia membulatkan matanya, terkejut, saat merasakan ciuman hangat nan dalam dan singkat mengenai bibirnya. Jantungnya berdebar keras melihat James masih disana. Dengan senyuman tipis yang terukir disudut bibir, James mengusap bibir Stella menggunakan ibu jarinya sambil mengedip manis.

"Hai. Tidurmu nyenyak?" Tanya James

Stella menegang. Tubuhnya menjadi kaku. Ia bahkan tidak dapat mengeluarkan suara sama sekali. Ia masih mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Kepalanya terasa berat dikala otak dipaksa berpikir keras sementara jantungnya bagai tertumbuk palu dengan keras.

Ia merasa sakit disekujur tubuh. Ia kesulitan bernapas. Ia butuh udara mengisi relung hatinya yang sesak. Tak sadar Ia meneteskan air mata namun secepat itu Ia menyekanya. Tidak ... James tidak boleh melihatnya menangis seperti ini. Rencananya bisa gagal total. Ia pun menghela napas pelan kemudian mengulurkan tangan, hendak mengambil minuman.

Gerakan itu terlihat oleh James. James langsung mengambil gelas tersebut kemudian duduk dipinggir kasur dan meminta Stella untuk membuka mulutnya. Stella menahan napas. Ia menggeleng sambil meminta gelasnya kembali. Ia memang masih sakit tapi setidaknya setelah beristirahat tadi, kondisi tubuhnya mulai membaik. Ia tidak butuh perhatian James. Ia bisa melakukan apapun tanpa James.

"Aku bisa minum sendiri." ucap Stella datar

James mengangkat sebelah alisnya. Tangan Stella yang terulur padanya membuat James gemas sendiri. Apakah Stella malu? Mengapa Ia harus malu? Bahkan selama ini mereka melakukan hal yang jauh lebih intim. Segalanya baik-baik saja sampai Stella jatuh sakit semalam. Wanita itu menjadi sedikit lebih moody. Wajah memerah Stella membuat James menahan senyum. Apakah Stella mau dibujuk dengan lembut?

"Kamu masih sakit. Biarkan aku yang melakukannya untukmu." ucap James lembut. Ia mengacak rambut Stella kemudian mendaratkan kecupan dipuncak kepala Stella membuat Stella sontak memundurkan kepalanya.

Stella menatap James dengan marah. Tangannya terkepal, menahan diri agar tidak menampar James, sementara itu James bukannya marah, Ia malah tertawa. Ia memiringkan kepalanya, menatap Stella dengan tatapan menggoda.

"Kenapa,Stel? Kamu marah?" tanya James sambil memainkan alisnya

Stella mencoba menahan amarahnya. Ia tidak mungkin berkata kalau Ia marah akan tindakan James. Bagaimanapun mereka masih berstatus pacaran. Laki-laki itu bebas untuk memberikan perhatian palsunya. Stella mengigit bibirnya, merasa tertikam saat baru tersadarkan tidak adanya panggilan sayang diantara mereka. Selama ini hanya dirinya yang memiliki panggilan sayang pada James. Hanya dia ... hanya dirinya yang benar-benar mencinta.

"Jangan menciumku lagi. Mengerti?" tukas Stella menahan nada getar dalam suaranya.

Okay. James tertantang. Ia meletakkan kembali gelas itu kemudian duduk mendekati Stella. Diletakkannya tangannya dibahu Stella kemudian menatap Stella dengan dalam.

"Jadi aku ngga boleh mencium pacarku sendiri?" tanya James sambil setengah menunduk

Stella menahan napasnya. Rasa sakit itu kembali menubruk jantungnya. Ia menggeleng sambil menepis tangan James dibahunya.

"Aku ngga mau dicium kamu lagi!" tukas Stella tegas, terlupakan dirinya akan rencananya untuk berpura-pura. Sungguh ... kalau Ia bisa, Ia juga mau bertahan, namun Ia tidak lagi mampu menerima perhatian palsu James. Semuanya ... cinta dan perhatian itu terasa begitu nyata membuat Stella takut sendiri.

Laki-laki ini pandai berakting sejak dulu. Ia pasti sedang menyusun rencana kotor dalam otaknya. Tidak ... Stella harus bisa melawan James dengan sekuat tenaganya. Laki-laki itu bisa membuat Stella jatuh dalam perangkapnya kemudian membuat Stella mencintainya, mempercayainya, meletakkan seluruh pengharapan dipundak laki-laki itu dulu namun tidak lagi untuk sekarang. Stella tidak lagi mau mempercayai laki-laki brengsek seperti James.

"Benar? Kamu ngga mau aku cium bibirmu lagi? Jadi kalau aku ciumnya disini?" Tanya James sambil menunjuk tubuh Stella dengan sebelah alis terangkat.

Sialan. Stella merasa terhina. Ia baru hendak membuka bibir untuk membalas James sebelum James lebih dahulu mendaratkan ciuman ditubuh Stella. Stella menggeram. Ia hendak mendorong James menjauh namun James masih bersikukuh ditempatnya.

Laki-laki itu melancarkan aksinya. Ia mencium perut Stella kemudian bergerak keatas menuju payudara Stella. Dikecupnya buah dada itu sambil meremasnya dengan lembut.

James menggerang. Sial. Wanita ini begitu menggoda bahkan masih sedang sakit.

Stella hampir menangis akan kecupan dan sentuhan yang kian membara. Ia tahu ... Ia tahu James mulai tergoda. James mulai bernapsu akan tubuhnya. Semuanya hanya napsu tanpa cinta. Semua sentuhan ini begitu menyiksa batin Stella. Stella menggeleng. Bersamaan dengan itu James naik diatas ranjang dan mulai menciumi bibir Stella dengan dalam.

Tangan James tidak tinggal diam. Disentuhnya setiap inchi tubuh Stella sambil menggeram. Tubuhnya menginginkan Stella. Kedua matanya pun menjadi berkabut. Ia menyobek pakaian Stella kemudian menyusupkan tangannya kedalam bra Stella. Tidak Ia pedulikan berontakan Stella dibawahnya. Ia butuh pelampiasan. Ia butuh menyalurkan gairahnya akan Hannah melalui Stella. Karena Stella lah, Ia harus mengakhiri kegiatannya dengan Hannah dan terpaksa datang kemari. Bagus. Bagus sekali. Stella berhasil memakar gairahnya.

"Aku menginginkanmu ... disini. Sekarang ... didalam diriku." bisik James dengan napas terengah.

Kedua mata James berkabut saat kedua pasang mata mereka beradu. Ketika itu Stella tidak tahan untuk tidak meneteskan air mata. Hatinya terasa sakit akan penghinaan tersirat itu. Kata-kata James membuat Stella merasa dirinya begitu rendah dan murahan. Semudah itu James mengajaknya bercinta padahal jelas-jelas Stella tidak ingin disentuh James.
Bagaimana mungkin James bisa menyentuhnya setelah menyentuh wanita cantik dibar itu? Tidak cukupkah hanya satu wanita? Ataukah Stella hanyalah pelampiasan bagi James?

"Stella ... katakan ya." bisik James sambil meremas buah dada Stella

Stella mencoba menggelengkan kepala namun tidak mampu. Ia terpaku akan mata James. Bibirnya yang bengkak akan ciuman nan kasar James pun bergetar. Tak sadar sekujur tubuh Stella bergetar hebat. James berhasil ... merendahkan Stella dan membuat Stella takut pada James dalam waktu yang bersamaan.

Ketakutan itu terbaca oleh James. James menyergit. Ia menjauhkan tangan yang sedang meremas buah dada Stella kemudian menyusupkan kepalanya dilekukan leher Stella. Ia menarik napas berkali-kali, mencoba membangunkan dirinya akan gairah.

Isakan tangis Stella mengejutkan James. James menggerakkan kepalanya menatap Stella dengan binggung. Tangannya bergerak, hendak mengusap wajah Stella namun Stella berhasil mengelaknya. Ia memalingkan wajahnya dengan air mata berderai.

"Stella ... stella, kamu kenapa? Kenapa menangis?" Tanya James binggung

Stella tidak mampu menjawab selain tubuh yang bergerak menjauh sementara itu James binggung setengah mati. Ia berdiri kemudian menyelimuti tubuh polos Stella menggunakan selimut.

Rona merah dibeberapa bagian yang tersentuh olehnya membuat tatapan James melembut. Ia pun menyentuhnya dengan rasa bersalah. Ia menunduk, hendak mencium bagian yang merah tersebut namun Stella kembali menghindar.

Kedua mata James langsung berkobar amarah. Ia tidak lagi tahan akan perubahan Stella. Dicampakkannya selimut yang menutupi tubuh polos Stella kelantai kemudian mencekal tangan Stella. Ia menyipit, menatap Stella dengan marah.

"Kenapa? Kenapa,Stella? Kalau kamu ngga mau aku cium, ya tinggal bilang!" ucap James marah. Egonya sebagai laki-laki hancur dihadapan Stella. Bagaimana mungkin ada perempuan menolaknya?

Stella meringis sakit. Cekalan itu terasa begitu menyakitinya. Tatapan tajam James menusuknya membuat Stella tak mampu membalas tatapan James. Mati-matian Ia menghindari kontak mata diantara mereka namun James menarik dagu Stella akan menghadapnya. Sepertinya laki-laki itu benar-benar marah.

"Lihat aku dan jelaskan padaku!" ucap James menekankan setiap katanya

"Sakit ..." bisik lirih Stella tidak berdaya.

Dadanya terasa sesak tatkala tatapan itu menghujamnya. Kedinginan ruang ber-AC tanpa helaian pakaian pun membuat Stella mengigil. Ia mencoba melepaskan tangan James namun tidak mampu. Ia mencoba memejamkan mata untuk menghindari tatapan mata mereka namun James menahan kepala Stella membuat Stella tidak mampu berkutik sama sekali.

Sekali lagi tatapan itu begitu menikam Stella membuat Stella tersadarkan akan sosok James saat sedang mabuk. Sosok inilah ... sosok inilah yang Stella takuti. Sosok ini ...sosok ini yang begitu meremas jantungnya.

"Stella, katakan!"

Teriakan itu mengejutkan Stella. Tak sadar air matanya mengalir membasahi pipi. Dadanya naik turun, menahan isakan tangis. Ia mencoba menggeleng namun tangan James yang menahannya terlalu kuat membuat Stella tak sanggup bahkan untuk sekedar menggeleng. Ia mengerjap. Kedua tangannya menyentuh lengan James, mencoba menurunkan tangan itu.

"Lepaskan aku ... kumohon. Kamu menyakitiku,James. Lepas ... kumohon." bisik lirih Stella

Jamis masih bersikukuh ditempatnya. Ia bahkan tidak menunjukkan tanda-tanda akan melepaskan Stella sama sekali.

"Selama masa pacaran kita, kamu bahkan belum pernah menolakku satu kali pun. Ada apa,Stel? Kamu bosan padaku? Kamu ..." ucap James sambil menyipit, menatap Stella dengan curiga.

"Atau jangan-jangan kamu selingkuh?" tuduh James

Tuduhan itu mengejutkan Stella. Stella mengerjap, merasakan sakit dan perih menumbuk jantungnya dengan keras. James menuduhnya selingkuh? Jadi ... jadi selama ini James juga tidak mempercayainya bahkan sedikit saja?

"Katakan,Stel! Katakan!" teriak James marah. Ia memukul kasur itu hingga membuat tubuh Stella hampir terpental kedepan bersamaan dengan itu pintu kamar terbuka.

Christie yang membawa roti tersebut pun menjatuhkannya dilantai. Kedua matanya melebar melihat ketelanjangan Stella. Ia langsung berjalan dengan langkah lebar mendekati mereka kemudian mengambil selimut dilantai dan melilitkannya ditubuh Stella.

Keningnya menyergit saat melihat Stella menangis. Ia pun mengangkat kepalanya, menatap James dengan bibir terbuka. Ternyata adiknya juga sedang menampakkan wajah mengerikannya.

Christie bergedik ngeri. Ia menggeleng kemudian menunduk, mengelus lengan Stella dengan lembut.

"Stella, kamu kenapa,sayang? Ada apa? Kenapa menangis?" Tanya Christie khawatir

Stella mencoba menggelengkan kepala. Ia mencoba menyeka air matanya dengan dada naik turun. Pukulan James tadi benar-benar mengejutkannya. Ia hampir jatuh jikalau tidak berpegangan pada tiang kasur. Ia terisak sambil mengengam tangan Christie. Sekuat tenaga Ia tidak mau menatap James barang kali sedikit saja.

"Kak, bawa dia keluar. Tolong kak. Aku ... aku ..."

Christie menyergit tidak mengerti sementara itu didengarkannya geraman James. James tidak mampu mengontrol amarahnya. Laki-laki itu menunduk hingga kedua matanya berhadapan dengan wajah Stella sementara itu tangannya kembali menarik dagu Stella dengan kasar hingga kedua pasang mata mereka bertemu.

"Katakan padaku ... katakan!" ucap James marah

Christie terdiam, memilih menyaksikan dalam keheningan. Tak sadar Ia menahan napas, merasa simpati akan air mata yang jatuh dari pelupuk mata Stella. Ia menghembuskan napas pelan tatkala rasa sakit itu juga terasa olehnya. Martabatnya sebagai seorang perempuan tidak mampu menyaksikannya tanpa bertindak.

Stella terlihat begitu lemah dan tidak berdaya dibawah tatapan itu. Ia pun langsung menarik James menjauh namun James tetap bertahan pada posisinya. Laki-laki itu menepis tangan Christie.

"Jangan coba-coba untuk ikut campur kak. Lebih baik kakak urus diri sendiri." Tukas James marah

Christie mendengus tidak percaya. Ia berdecak pinggang.

"James! Apa-apaan kamu? Kamu ngga lihat pacar kamu sudah menangis sampai seperti itu? Kalau pun dia ada berbuat salah, tidak adakah hatimu untuk berbelas kasihan? Dia sedang sakit,James!" ucap Christie

"Apakah itu urusan kakak? Dia ini pacarku. Dia menjadi tanggung jawabku. Ini adalah masalah kami jadi lebih baik kakak keluar dari ruangan ini karena aku ngga berniat meladeni sikap sok bijak kakak sekarang." Tukas James marah. Ia menunjuk pintu kamar, meminta Christie untuk keluar.

Christie menggeleng tidak percaya. Wajahnya memerah akan amarah. Ia hendak pergi sebelum akhirnya didengarkannya Stella meringis sakit.

Stella menarik infusnya sambil menyeka air matanya dengan kasar. Dilangkahkan kakinya menuruni kasur dengan sebelah tangan menahan selimut membalut tubuhnya. Sekuat tenaga ditahannya tubuhnya yang hampir ambruk. Kakinya bergemetar saat melewati James. Ia mengigit bibir, merapalkan doa sebanyak mungkin.

Jangan ... jangan menahanku. Jangan ...


"Kamu mau kemana? Aku mengusir kakak bukan kamu!" tukas James dengan dada membara. Ditahannya tangan Stella sambil menggeram.

Stella tidak tahan lagi. Ia menepis tangan James sekuat yang Ia bisa kemudian mendaratkan tamparan dipipi James. Tamparan itu mengejutkan James. Kedua mata James terbuka lebar. Sebelah tangannya menyentuh pipinya yang memanas sementara itu Ia melangkah mendekat, hendak menarik Stella namun Christie lebih dahulu menengahi mereka.

"Minggir." Ucap James tanpa memutuskan kontak mata diantaranya pada Stella. Ia bahkan tidak memandang kakaknya sama sekali.

"Dia ini pacarmu. Kalian harus membicarakannya baik-baik. Bukan seperti ini!" ucap Christie kesal

Stella menggeleng dibalik tubuh Christie. Wajahnya memerah. Ia mengepalkan kedua tangannya sambil meneteskan air mata. Dadanya berkecambuk saat kata-kata dalam benaknya mulai menghasut dirinya. Ia pun membasahi bibirnya sambil berkata,"Putus. Kita putus."

Raut wajah James berubah seketika. Kemarahan yang sempat mengambil alih dirinya berganti dengan kekosongan namun hanya sesaat sebelum akhirnya kemarahan kembali mengambil alih dirinya. Ia marah ... Ia benar-benar marah besar kali ini.

James langsung menarik tubuh Stella hingga membuat Stella menubruk tubuhnya. Selimut yang menutupi tubuh polos Stella merosot jatuh. Christie memekik terkejut. Ia menutup bibirnya dengan kedua tangannya sambil berlari menutup pintu kamar sementara itu Stella memberontak. Ia memukul tubuh James berkali-kali sambil menangis.

"Kita putus. Kita putus! Aku ngga bisa lagi bersamamu. Aku benci! Aku benci denganmu!" teriak Stella memberontak.

"Apa-apaan kamu? Kenapa berani-beraninya meminta putus? Kita tidak akan pernah putus!" Balas James

"Brengsek. Dengan atau tanpa ijinmu, aku sama sekali tidak ada lagi hubungan denganmu. Kita putus! Putus!"

James langsung mengangkat kepala Stella dan menciumnya dengan kasar. Dihempaskannya Stella diatas kasur. Stella memekik. Ia mencoba menghindar sekuat tenaganya. Ia mencoba memukul James sekuat yang Ia bisa. Ia mencoba mengigit bibir James namun laki-laki itu selalu mampu menahannya. Tubuh Stella melemah atas kekasaran ciuman itu. Ia pun lelah memberontak. Dibiarkannya James menjelajah seisi bibirnya hingga membuat Stella mengira bibirnya akan koyak karena kekasaran itu.

"Sekali lagi kamu mengatakannya ... kamu ... akan menyesal. Aku bersumpah,Stella, aku bersumpah ..." ucap James dengan dada naik turun

Christie mengambil sapu yang kebetulan terletak disudut ruangan. Ia langsung memukul James hingga James sedikit menyingkir dari Stella. Hal itu langsung dimanfaatkan Christie. Ia langsung mendorong James hingga jatuh dilantai sementara itu tangannya tidak tinggal diam. Ia melilitkan selimut itu ketubuh Stella dan hendak membawa Stella pergi.

Christie dan Stella menegang saat James berdiri dihadapan mereka. Laki-laki itu seperti superman yang tidak kenal lelah. Sebanyak itu dia jatuh, sebanyak itu pula Ia bangkit untuk melukai Stella. Stella melangkah mundur, menyembunyikan tubuhnya dibalik tubuh Christie. Ia menunduk, menatap buku-buku jarinya yang memutih.

"Minggir."

"Ngga. Ngga akan! Kamu sadar ngga sih apa yang kamu lakukan? Sadar,James. Kalau kamu mau menahannya, bukan begitu caranya! Kamu hanya akan membuatnya semakin membencimu!"

"Kakak, aku bilang minggir. Minggir kak."

Stella memberanikan dirinya mengangkat kepala, menatap James dengan sekujur tubuh bergemetar. Matanya terasa sangat perih saat kedua pasang mata mereka beradu. Ia mengedip, meneteskan air mata yang begitu menyesakkan dada sambil melangkah mundur saat James mulai melangkah mendekat.

"Aku melihatmu ... aku melihatmu mencium wanita cantik itu dibar. Aku melihat kalian. Tawa lebarmu ... kamu berikan untuknya. Bahkan tak sekali pun kamu memberikannya padaku. Kamu ... kamu menatapnya dengan cinta tapi hanya napsu kamu berikan padaku. Aku ... aku ini apa?" ucap lirih Stella menghentikan langkah James.

Baik James maupun Christie terkejut. Keduanya menatap Stella dengan lekat sementara itu Stella menyeka air matanya dengan kasar. Kuat,Stel, Kuat ... kamu harus bisa kuat dihadapannya. Kamu harus bisa ...

"Kupercayakan segalanya padamu, kucintai kamu dengan seluruh kekuranganmu, kuterima dirimu apa adanya, kuberikan segalanya, tapi kamu ... tidak. Bagimu, aku hanya wanita murahan untuk memuaskan napsumu saja kan,James? Bahkan tidak ada panggilan sayangmu padaku. Kamu tidak pernah katakan cinta padaku. Aku baru sadar ... akan cinta ini. Kamu tidak mencintaiku. Aku ... tidak berarti apapun." Sambung Stella sambil tertawa miris. Ia menyentuh jantungnya sambil meringis sakit.

"Entah sudah berapa lama kamu membohongiku. Aku tidak mau tahu,James, aku sama sekali tidak mau tahu. Aku hanya mau pergi dari hidupmu, aku ... aku mau mengakhiri segalanya. Aku muak akan kebohonganmu. Aku lelah. Aku tidak bisa menjadi bonekamu lagi. Aku mau putus."

"Stella, aku ..."

Stella menggeleng saat James telah meraih tubuhnya kedalam pelukannya. Ia menggeleng sambil menangis. Ia rapuh. Ia ... ia bahkan tidak bisa melawan sama sekali. Tubuhnya benar-benar sangat lemah saat ini.

"Aku ..."

"Lepas ... lepaskan aku. Aku membencimu. Aku membencimu!"

Bisikan lirih itu menghujam James. Amarahnya meluap begitu saja berganti dengan kesedihan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Ia menunduk, mencium puncak kepala Stella berkali-kali. Direngkuhnya tubuh itu dengan erat namun Stella menolak. Ia mencoba mendorong James namun tindakan itu sama sekali tak berarti bagi James.

"Maaf ... maafkan aku. Aku bisa jelaskan semuanya kalau sebenarnya selama ini aku juga ... aku ...."

"Aku hanya mainanmu kan,James?" Tanya lirih Stella

James menggeleng tegas. Ia pun hendak membalas sebelum dirasakannya kepala Stella bergerak terangkat menatapnya. Kedua mata berkaca-kaca itu melukai perasaan James. Oh Tuhan. Ia sudah melukai Stella. Mengapa ... mengapa baru tersadarkan saat ini?

"Aku tidak akan percaya,James. Aku tidak akan pernah percaya pada orang asing yang sedang memelukku saat ini karena bagiku ... orang yang kukenal ... tidak pernah ada. Bagai pelangi sehabis hujan. Jamie-ku tidak pernah ada. Cinta ini tidak seharusnya ada. Aku ... aku tidak lagi sanggup bersama pembohong dan pengkhianat sepertimu. Jadi ..."

Stella menelan ludahnya, bersiap untuk melanjutkan katanya, namun rasa sakit dikepala mengagalkan fokusnya. Ia hendak menyentuh kepalanya, Ia hendak memanggil Christie untuk menolongnya karena Ia tahu James tidak akan menolongnya, namun tidak mampu. Ia terlambat bahkan untuk sekedar membuka bibir.

Tubuh Stella ambruk dalam pelukan James. Bersamaan dengan itu pula James dan Christie berteriak khawatir. James menggelengkan kepala sambil mengendong Stella menuju kasur. Ia langsung memanggil dokter sambil mengengam tangan Stella dengan khawatir.

Bulir air mata jatuh membasahi pipi James membuat James termenung. Dengan tangan bergemetar, Ia menyentuh pipinya yang basah dan Stella dengan bergantian.

Ia menangis? Mengapa bisa?

****

Fast updateee.
Gimanaa??
Kasih voment yg banyak yaa. Mana tau bisa cepat update lagi hihi.

Selamat malam dan selamat membaca.



Continue Reading

You'll Also Like

280K 37.8K 16
Young adult contents 18+ Please be wise.
515K 19.5K 45
⚠️ WARNING!!! : YOUNGADULT, 18+ ‼️ hars word, smut . Tak ingin terlihat gamon setelah mantan kekasihnya berselingkuh hingga akhirnya berpacaran denga...
630K 45.1K 40
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...
1.4M 68.5K 69
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...