KALEIDOSCOPIC

By prncch

682K 58.6K 6.7K

Vina tidak pernah menyangka perkataannya tentang laki-laki idaman semasa remaja benar-benar terjadi padanya... More

(1) BERYL
(1A) BERYL
(1B) BERYL
(2) IGNEOUS
(2A) IGNEOUS
(2B) IGNEOUS
(2C) IGNEOUS
(2D) IGNEOUS
(3) IGNORAMUS
(4) OBLIVIOUS
(5) TYRANT
(6A) PLETHORA
(6B) PLETHORA
(6C) PLETHORA
(6D) PLETHORA
(6E) PLETHORA
(6F) PLETHORA
(6G) PLETHORA
(7) My Big Boss
(8) INCARNATE
(8A) INCARNATE
(8B) INCARNATE
(8C) INCARNATE
(9) DAME
(9A) DAME
(9B) DAME
(9C) DAME
(9D) DAME
(10)BERYL - 2
(10A) BERYL-2
(10B) BERYL-2
(10C) BERYL-2
(11) DREAMS
(11A) DREAMS
(11B) DREAMS
(12) GADAISA
(13) RAIN
(13A) RAIN
(13B) RAIN
(13C) RAIN
ATTENTION
THANKYOU
(14) HERE,LOVE
(14A) HERE, LOVE
(15) NECESSITY
(15A) NECESSITY
(15B) NECESSITY
(15C) NECESSITY
(15D) NECESSITY
(15E) NECESSITY
(16) DAY DREAM
(16A) DAY DREAM
(16B) DAY DREAM
(16C) DAY DREAM
(16D) DAY DREAM
(16E) DAY DREAM
(16F) DAY DREAM
(16G) DAY DREAM
INFO LAPAK BARU
(17) Fool Again
(17A) Fool Again
(17B) Fool Again
[ASKING SESSION] FOOL AGAIN
[ANSWERING]
(18) My Boss and Me
(19) STARLIGHT
(19B) STARLIGHT
(19C) STARLIGHT
(19D) STARLIGHT
(19E) STARLIGHT
(19F) STARLIGHT
(20) Be With You
(20A) Be With You
(20B) BE WITH YOU
(20C) BE WITH YOU
(20D) BE WITH YOU
(21) IF
(21A) IF
(21B) IF
(21C) IF
(21D) IF

(6) PLETHORA

13.3K 762 61
By prncch


****

Semilir angin membelai mesra tubuh Joanna, membuat dirinya tidak sadar memejamkan kedua mata, menikmatinya. Rambut yang Ia biarkan tergerai membuat dirinya beberapa kali harus menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.

Kepalanya terangkat, tubuhnya membusung ke depan. Sayup sayup suara tawa bahagia dalam ruangan terdengar olehnya. Tak sadar Ia menghembuskan nafas pelan, merasa sedikit lebih lega karena berhasil melarikan diri dari ruangan yang terasa menyesakkan dada.

Sebuah tangan melingkari pinggangnya, membuat Joanna terlonjak kaget. Ia hendak berbalik, namun sang pemilik tangan terlebih dahulu menahan tubuhnya agar tetap berada pada posisi membelakangi. Dengan sengaja sang pemilik tangan tersebut mendekatkan tubuh mereka kemudian meletakkan kepalanya di bahu Joanna.

"Tersenyumlah."

Bisikan lembut penuh penekanan tersebut menghentakkan Joanna. Ia tahu ... Ia tahu persis pemilik sang suara. Seketika amarah yang sedari tadi berusaha Ia tahan kembali terasa. Sebelah tangan Joanna bergerak, hendak menurunkan tangan pria itu, namun pria itu kembali menahannya. Pria itu menggeram.

"Oh sayang. Ada apa dengan dirimu?"

Pria tersebut menghembuskan nafas dilehernya kemudian memberikan ciuman di leher jenjangnya. Seulas senyum Joanna rasakan diberikan pria itu ketika mencium lehernya. Sialan. Tubuh Joanna menegang. Ia ingin marah ... Ia ingin marah ...

"Jangan sampai kau mengacaukan segalanya." Bisik pria tersebut kemudian dengan gerakan cepat Ia membalikkan tubuh Joanna, menghadapkan Joanna pada kedua mata tajam berwarna biru tersebut.

Sesaat ... Selama sesaat Joanna menatap ke dalam mata biru tersebut dan mendapati tatapan menjijikan di dalam sana. Ada rasa sakit menikam dadanya namun seberusaha mungkin Joanna mencoba memasang wajah datar. Ia kembali mencoba menjauhkan tangan itu, merasa benar benar lelah, namun Ia kembali dikejutkan dengan beberapa orang yang sedang memandang ke arah mereka dengan senyum malu malu penuh keingintahuan.

Pria itu,Darren, Ia menyelipkan rambut Joanna ke belakang telinga kemudian berbisik,"Tersenyum dan bersikap sebagaimana seharusnya atau kau akan tahu akibatnya."


Tubuh Darren menubruk tubuhnya, memeluknya bahkan mencium kepalanya berkali kali ketika kembang api dinyalakan dan melukiskan pemandangan indah di langit malam.

Beberapa orang di dekat mereka tersenyum kagum. Ada yang mengangkat kepala, memandang ke langit malam dengan mata berbinar binar, sementara dirinya, Ia bahkan tidak mampu melakukan apapun selain berdiam diri, membiarkan Darren dengan segala tipu muslihat membutakan mata setiap yang melihat.

"Happy birthday my beautiful wife. I love you." Ucap Darren melepaskan pelukannya, memandang ke dalam mata Joanna.

Joanna tersentak. Kedua matanya mengerjap, lupa dengan hari ulang tahunnya. Hari ini hari ulang tahunnya? Bagaimana mungkin Ia melupakannya? Dan ... dan bagaimana bisa pria dihadapannya yang mengingat hari ulang tahunnya sementara dirinya saja tidak mengingat sama sekali hari ini adalah hari ulang tahunnya?

"Happy birthday Joanna!" teriak Harri, salah satu teman dekat Darren yang juga merupakan orang orang berada yang selalu berada di sekeliling Darren.

"Happy birthday Joanna!" Ucap Clo, istri Harri

"Happy birthday Joan!" Ucap Jay, salah satu orang yang keturunan bangsawan, sembari memeluk wanita cantik yang baru Ia kenalkan sebagai pacarnya

Joanna mengangkat kepala, memandang Darren. Ada sedikit keraguan untuk membalas pelukan Darren, namun semua keraguan tersebut sirna begitu mendapati tatapan nan dingin dari Darren.
Kepalanya mengangguk, mengerti dengan permainan yang selalu Ia jalankan, mengerti akan setiap kebohogan demi kebohongan yang selalu Ia lakukan.

Seulas senyum terukir di sudut bibir. Ia menggerakan tangannya, membalas pelukan Darren. Ada rasa sakit yang meremas jantung ketika Ia menyentuh tubuh Darren. Ada rasa sakit yang menikam jantungnya ketika Darren dengan mudahnya mencium sudut bibirnya dan kembali bercengkrama dengan teman temannya seolah tidak ada yang salah di antara mereka, seolah hubungan mereka selama ini baik baik saja, seolah hal ini sudah terlalu biasa Ia lakukan, menciumnya sesuka hati.

Semudah ini ...? Semudah inikah ...?

Joanna tertawa getir. Ia menarik nafas pelan dan berniat mencari tempat yang nyaman dan jauh dari orang orang, namun lagi lagi Darren menahannya. Tangan itu membungkus tangan mungilnya, mengengamnya dengan erat dan membawa Joanna mengikuti dirinya kemanapun Ia pergi.

Seketika Joanna merasa muak. Amarah terasa membuncah dalam dada namun tidak ada satu hal pun yang dapat Ia lakukan sebagai perlawanan selain mencoba bersikap manis di hadapan teman teman Darren.

"Ya kau benar. Aku beruntung mendapatkannya ..." ucap Darren mengangguk, mengiyakan perkataan Clo,istri Harri.

Tak ada kehangatan yang menyusup ke dalam dada, tak ada sedikit pun kebahagiaan ketika Darren menggerakan kepalanya, memandang Joanna dan berpura pura tersenyum manis.

Joanna hendak memalingkan wajahnya sebelum akhirnya Ia kembali teringat dengan peringatan Darren tadi. Joanna mengangguk. Ia mencoba membalas tatapan Darren, mencoba sebisa mungkin memandangnya dengan tatapan cinta yang bahkan kini terlalu asing tuk Ia rasakan, terlalu sakit tuk Ia gengam, terasa menyesakkan tuk Ia pertahankan.

"Kami beruntung memiliki satu sama lain." Gumam Joanna.

Darren tersenyum, namun senyum itu tidak terpancar dari kedua matanya. Gengaman yang berganti menjadi rangkulan terasa menikamnya. Remasan di bahu terasa kuat, membuat Joanna hanya mampu menahan nafas.

Kedua matanya menunduk, memandang gelas yang berisi minuman berakohol tersebut. Sedikit menimang sebelum akhirnya Ia memilih menekuk minuman tersebut, membiarkan Darren membawanya kemanapun yang Ia mau, mencoba tidak mendengar setiap kata demi kata Darren dan melupakan dirinya bahwa Ia pernah mendengar kata terindah yang pernah terucap dari bibir Darren.

"Ya, aku mencintainya. Kau benar. Aku bisa gila tanpanya." Ucap Darren ketika kedua mata Joanna hampir menutup.

Joanna mencengkram gelas dalam gengamannya. Tak sadar kedua matanya berkaca kaca. Rasa perih menjalar ke dalam hati. Joanna menunduk, berpura pura tidak mendengar perkataan Darren dan ketika mereka membicarakan hal yang lain, Joanna memalingkan wajahnya dan menarik nafas pelan, mencoba membuang jauh rasa dalam dada.

Tuhan, tolong hapuskan memori ingatan ini tentang perkataan cintanya, tentang pernyataan cintanya, tentang semua tipu muslihatnya malam ini, karena Tuhan, karena aku terlalu lelah ... terlalu lelah akan kebohongan ini, terlalu lelah untuk menerima kata kata cintanya dan terlalu lelah mencoba bersikap manis mendengar kata kata cinta itu.

*

"Joanna!"

"Joanna!"

Joanna terbangun ketika air mengguyur dirinya. Ia bangkit dari pembaringannya. Kedua matanya terbuka lebar, terkejut setengah mati. Kepalanya terangkat, hendak marah, namun Ia mengurungkan niatnya begitu mendapati May, adik Darren, sedang melipat tangan di dada, memandangnya dengan kedua mata menyipit.

"Wah ... wah ... bagaimana pesta semalam? Menyenangkan?" Tanya May kesal

May berdecak kesal. Ia melempar gayung dalam gengamannya ke kasur Joanna. Kedua mata May meneliti tubuh Joanna dan bergedik jijik.

"Terlalu menyenangkan sampai sampai kau bahkan tidak rela melepaskan gaunku itu?" Tanya May mengejutkan Joanna.

Joanna menunduk dan baru menyadari Ia lupa melepaskan gaun May. Joanna menggerutu dalam hati. Bagaimana Ia bisa lupa? Oh Tuhan. Karena pengaruh alkohol kemarin malam dan kantuk yang terasa berat, Ia langsung tidur sepulangnya.

"Maaf, aku ..."

"Sudah. Buang saja gaunku itu. Aku juga tidak sudi lagi memakainya. Bagaimana bisa kakak mengijinkanmu memakai gaunku? Dasar. Dia pasti lupa memesan gaun." Tukas May kesal setengah mati.

"Gara gara dirimu, aku harus rela bangun pagi memanggilmu. Dasar pemalas. Bangun sana dan kerjakan tugasmu!" ucap May kasar lalu berlalu dari hadapan Joanna.

Sepeninggal May, Joanna menarik nafas pelan. Tak sadar Ia memeluk tubuhnya sendiri, merasa kedinginan. Ia segera bangkit berdiri, mengambil pakaian dari lemari dan bersiap mandi air hangat sebelum Ia membantu Ibu Darren nanti.

Joanna baru saja menutup pintu kamarnya ketika Darren tiba tiba muncul dihadapannya. Dengan penampilan yang hampir mendekati sempurna, Darren memasukkan tangannya di saku celana, memandang Joanna dengan tatapan meneliti.

Joanna mencoba mengangkat kepala, memandang Darren dengan datar walau Ia merasa sedikit risih diperhatikan sedemikian rupa. Dalam hati Ia mengingatkan dirinya agar bersikap sewajarnya. Lagipula Ia sudah biasa di pandang sedemikian rupa oleh Darren dan keluarga besarnya.

"Ada apa?"Tanya Joanna memutuskan tatapan Darren

"Bersiaplah. Jam tujuh malam nanti aku akan jemput." Jawab Darren dingin lalu segera berlalu dari hadapan Joanna bahkan sebelum Joanna mengangguk.

Joanna menggeram. Tak sadar Ia langsung bersandar di dinding, mencoba menyandarkan tubuhnya yang terasa lelah. Padahal baru semalam mereka makan malam bersama teman dan rekan kerja Darren dan malam ini mereka akan makan malam bersama lagi? Oh Tuhan.

Joanna menghela nafas pelan. Kedua matanya terpejam sesaat. Sebagian besar dirinya ingin menolak sebisa mungkin. Ia tidak ingin pergi bersama Darren. Ia tidak ingin memasang wajah manis di hadapan teman teman Darren. Ia muak harus bersikap mesra dengan Darren. namun lagi lagi tidak banyak yang dapat Ia lakukan selain mengiyakan perintah Darren.

Oh Tuhan, Joanna rindu kehidupannya sebelum menikah. Ia merindukan keluarganya. Ia merindukan kehangatan ayah dan Ibunya. Ia merindukan adik adiknya. Ia merindukan temannya. Ia merindukan segalanya yang tidak Ia dapatkan dari keluarga Darren.

Ia membenci ini ... Ia membenci kenyataan ini ... kenyataan bahwa Ia menyesal, Ia menyesal memilih jalan ini, Ia menyesal meninggalkan keluarganya demi Darren yang dulu datang menawarkan kebahagiaan bagai pelangi yang indah namun akhirnya menghilang tanpa jejak.

Dan kini kata penyesalan tidak mampu membungkus setiap rasa sakitnya. Ia terlambat ... Ia terlambat untuk kembali setelah berlari begitu jauh dan bodohnya setelah berlari begitu jauh Ia baru tersadarkan bahwa selama ini Ia berlari seorang diri, berlari terlalu jauh sampai terlupakan bahwa selama ini Ia hanya berlari mengejar bayangan yang selalu berada dibelakangnya.

*


Malam hari ini sama seperti malam malam sebelumnya. Berbalut dress ketat selutut berwarna hitam dengan bagian punggung yang terbuka milik May, Joanna masih harus tersenyum menghadapi segelintir orang orang kaya yang sedang berkumpul dalam jamuan makan malam.

Beruntung dulu Ia pernah mengikuti Ayah dan Ibunya beberapa kali menghadiri jamuan makan malam hingga Ia tidak begitu terlihat memalukan saat Darren membawanya ke perjamuan makan malam untuk pertama kalinya dulu.

"Istrimu?" Tanya salah seorang pria yang tidak diketahui namanya menghampiri meja tempat Darren dan Joanna duduk.

Joanna mengulas senyum tipis sementara Darren hanya mengangguk pelan, seolah merasa malas menjawab pertanyaan tersebut.

Pria tersebut mengulurkan tangannya dan tersenyum.

"James."

"Joanna."

"Nama yang manis." Ucap James ketika keduanya berjabat tangan.

Entah mengapa pada saat seperti ini Joanna melirik Darren. Bagai tertancap pisau belati, Joanna berusaha tersenyum mendapati Darren sedang memandang Claura, wanita cantik yang duduk tidak jauh dari mereka.

Joanna melepaskan jabatan tangan mereka kemudian mencoba melupakan hal yang sudah dilihatnya tadi lagipula seharusnya Ia sadar akan dirinya sendiri. Memang benar Ia disini sebagai istri Darren tetapi tidak sebagai kekasih hati Darren, cinta Darren.

Tidak lama kemudian Darren meninggalkan Joanna tanpa mengucapkan satu patah kata pun. Dari sudut matanya Joanna mendapati Darren berjalan mendekati Claura, membisikkan kata kata kemudian keduanya berjalan meninggalkan ruangan.

Joanna menarik nafas pelan, mencoba bersikap tenang dan sewajarnya ditinggalkan begitu saja oleh Darren. Hal itu bukan lagi asing. Darren pernah beberapa kali meninggalkan Joanna di tengah acara seperti minggu lalu saat keduanya menghadiri acara makan malam peringatan pernikahan yang ke-3 dari salah satu orang yang berpengaruh di negara ini.

Semula Joanna mencoba tenang dan berpikir Darren akan kembali. Mungkin saja Darren rindu dengan kekasih hatinya itu dan ingin berbicara sebentar, namun nyatanya Darren tidak kembali. Joanna yang menunggu berjam jam harus pulang dengan taksi saat jalanan sudah gelap bahkan hujan mengguyur malam itu.

Tepukan di bahu menyadarkan Joanna. James, rekan kerja Darren tadi, tersenyum manis ketika Joanna memandangnya dengan binggung. Sebelah alis James terangkat mendapati Darren telah menghilang dari tempatnya.

"Acara dansa akan di mulai. Kebetulan aku tidak membawa pasangan hari ini dan suamimu entah sedang berada dimana. Apakah kau mau berdansa denganku?" tanya James sopan

Joanna terlihat ragu. Berkali kali Ia memandang ke pintu utama yang tak kunjung terbuka, menandakan kemungkinan terbesar Darren sudah meninggalkannya. Joanna menarik nafas pelan, mengusir rasa sesak dalam dada. Joanna memandang tangan James, keningnya berkerut, tampak berpikir keras, hal itu membuat James tertawa kecil.

"Oh ayolah. Percayalah padaku. Darren tidak akan marah hanya karena kau berdansa denganku." Ucap James mencoba menyakinkan Joanna kemudian tanpa persetujuan lebih lanjut Ia menarik tangan Joanna dan membawa Joanna ke lantai dansa.

Joanna terkejut. Kedua matanya terbuka lebar. Bibirnya terbuka, hendak berkomentar.

"Saya ..."

"Oh ayolah. Jangan terlalu khawatir." Tukas James kemudian melingkarkan tangannya di pinggang Joanna dan mulai berdansa.

"Kau tidak bisa berdansa?" Tanya James ketika alunan musik mulai terdengar.

Joanna tersenyum malu. Kepalanya sedikit menunduk. Seharusnya Ia menolak ajakan James jika Ia hanya akan mempermalukan dirinya sendiri.

"Tidak apa apa. Kau bisa belajar dariku." Ucap James hangat kemudian mengajari Joanna beberapa cara berdansa.

Semula Joanna merasa enggan namun begitu melihat James yang bersikap hangat padanya akhirnya Joanna menyerah untuk membentengi diri sendiri. Sesekali Ia tersenyum malu dan memohon maaf saat tak sengaja Ia menginjak sepatu James.

"Maaf, Saya ..."

James tersenyum lembut. Ia mengedipkan sebelah matanya.

"It's okay,Miss Joanna. Kau menghiburku." Ucap James

Joanna hanya tersenyum sebagai balasan. Bibirnya terasa keluh untuk berkata lebih banyak. Ia terlalu jarang berbicara dengan orang orang yang dikenal Darren, terutama rekan rekan kerja Darren. Masih teringat dirinya akan larangan Darren padanya agar tidak berbicara terlalu jauh pada orang yang Ia temui saat bersama Darren menghadiri makan malam atau acara lainnya sebagai istri Darren.

Joanna baru saja akan kembali menunduk, kembali mengikuti kata demi kata yang dilontarkan James sebelum akhirnya kedua matanya mendapati Darren sedang berdansa dengan Claura. Seketika rasa sakit terasa begitu mencekam. Dadanya terasa sesak. Walau Darren membawa Claura berdansa di tempat yang cukup jauh dari pandangan orang orang tetap saja Joanna mampu melihat mereka dengan jelas.

Kemesraan itu ... keberanian memeluk wanita itu ... tertawa bersama wanita itu ... Oh Tuhan. Joanna bahkan tidak mampu mengedipkan mata sama sekali.

Alam bawah sadar mengingatkan Joanna untuk segera menyingkir dan mengakhiri dansa dengan James namun sudut hatinya memberontak. Mengapa? Mengapa Ia harus begitu jika Darren bisa melakukannya? Apa yang perlu Ia takutkan?

Darren marah?

Tidak mungkin.

Seolah merasa diperhatikan, Kedua mata Darren yang sedari tadi memandang Claura, bergerak, memandang seseorang yang terlihat begitu jelas dari bahu Claura.

Seketika tubuh Joanna menegang ketika kedua pasang mata mereka bertemu. Ada rasa sakit yang luar biasa bagai tancapan pisau belati ke jantungnya. Tak sadar Joanna mengengam erat bahu James. Dadanya terasa sesak. Ia langsung menunduk, memutuskan tatapan di antara mereka dan berpura pura tidak tahu. Joanna mencoba berpikir positif. Begitu banyak pasangan yang berdansa disini. Darren tidak mungkin menemukannya. Pria itu hanya melihat orang lain tadi. Bukan dirinya!

Joanna membasahi bibirnya. Tak sadar dadanya berdebar kencang, mengirimkan rasa perih ke dada. Kedua matanya terpejam, mencoba untuk tenang dan fokus dengan ajaran James sampai akhirnya suara itu ... suara dingin yang terdengar mengerikan itu memecahkan fokusnya dan James.

"Maaf, Kau mengambil milikku." Ucap Darren dingin memandang Joanna dengan tajam seolah pria itu siap menghancurkan Joanna menjadi berkeping keping saat ini.

****

Update new!!!

Cerbung??
Author don't know. Maybe ... Depend with all your voment :)

Jadi kasih voment yang banyak ya mau jadi cerbung atau enggak. Selamat menikmati semuanya.

Happy reading and good night :)




Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 8.5K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
2.5M 37.4K 50
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
1M 42.8K 37
Mereka teman baik, tapi suatu kejadian menimpa keduanya membuat Raka harus menikahi Anya mau tidak mau, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa ya...
6.5M 335K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...