HELLO DONA (Tamat)

By ida_ayu93

56.1K 5K 308

"Kamu tau, situasi apa yang paling sakit?" Mengelus dagu, menggeleng pelan. "Gak tau." "Mau tau?" Berpikir se... More

aldorado 1
Aldorado 2
Aldorado 3
Aldorado 4
Aldorado 5
Aldorado 6
poto profil para pemain.
Aldorado 7
Aldorado 8
Aldorado 9
Aldorado 10
Aldorado Extra part
Aldorado 11
Aldorado 12
Aldorado 13
Aldorado 14
Aldorado 15
Aldorado 16
Aldorado 17
Aldorado 18
Aldorado 19
Aldorado 20
Aldorado 21
Aldorado 22
Aldorado 23
Aldorado 24
Aldorado 25
Aldorado 26
Aldorado 27
Aldorado 28
Aldorado 29
Aldorado 30
Aldorado 31
Aldorado 32
Aldorado 33
Aldorado 34
Aldorado 35
Aldorado 36
Aldorado 37
Aldorado 38
Aldorado 39
Aldorado 40
Aldorado 41
Aldorado 42
Aldorado 43
Aldorado 44
Aldorado 45
Aldorado 46
Aldorado 47
Aldorado extra part
guys!

Aldorado 48

1.4K 74 6
By ida_ayu93

Awal kebahagiaan🍃

Happy reading ....

Waktu menuju hari pernikahan hampir tiba. Dona, beserta dua keluarga yang bersangkutan sibuk mengurus tetek bengeknya. Banyak orang yang berseliweran memasang ini itu di setiap sudut rumah. Terkadang ia mengerang frustasi, saat pergerakannya sedikit terbatas.

Seperti saat ini, pagi yang harusnya penuh ketenangan kini berganti dengan suara son yang membuat Dona terbangun karena terkejut. Dona berdecak kesal, niat hati ingin tidur sampai siang, eh, malah terbangun dengan mesin laknat tersebut.

"Eh, neng Dona udah bangun?" Tanya bi Arsih, salah satu kerabat dekat yang juga tetanggannya.

Kucekan pada mata Dona terhenti. Ia menoleh, menatap wanita paruh baya yang berdiri di ambang pintu. "Eh, Uwa. Muhun wa, nembe gugah. Kebangun tuh, gara-gara suara son di luar." Jawabnya dengan nada sedikit kesal.

Arsih terkekeh kecil, "ayo mandi, sarapan sebelum orang butik datang."

Dona menutup mulutnya yang melebar saat menguap. Ia mengerjap pelan lalu kembali memandang Arsih dengan wajah memelas. "Lima menit lagi ya, wa. Dona ngantuk sumpah, pengen bobo lagi bentar." Pinta Dona.

Arsih dengan tegas menggeleng. "Bentar lagi kamu jadi istri orang loh, jangan males."

Dona mengerucutkan bibirnya, "ayolah wa!" Rengak Dona.

"Dona udah bangun, wa?" Tanya seorang perempuan yang datang sambil menenteng plastik hitam.

"Eh neng Audy. Itu neng baru bangun, tapi malah mau tidur lagi anaknya." Adu Arsih.

Mendengar jawaban Arsih, Audy dengan cepat masuk ke dalam kamar Dona. Audy berkacak pinggang menatap Dona tajam. "Bangun lo! Dasar kebo, mau nikah juga. Masih aja suka teler. Bangun! Bangun!" Teriak Audy menyingkap selimut Dona ke lantai.

"Apaan sih? Masih pagi ini." Keluh Dona. Ia meraba-raba udara berharap menggapai kembali selimutanya.

Audy berdecak, menaruh plastiknya  ke nakas lalu menggungcang kuat tuduh Dona.

"Bangun!"

Dona mendudukan dirinya sambil memasang wajah melas. Ia menatap Audy tajam. "Biasa aja dong."

"Ayo bangun, udah gak ada waktu buat santai-santai." Audy menarik tangan dona, membuat Dona menghela napas pasrah. Dona berbalik menatap tempat tidurnya dengan wajah cemberut. 'Pengen tidur.' Keluhnya dalam hati.

Arsih terkekeh pelan melihat perilaku keduanya. Ia mengingatkannya pada masa muda, masa di mana sahabatnya bertingkah sama persis seperti apa yang Audy lakukan.

"Menurutmu mana yang lebih bagus?" Tanya Dona pada Audy.

Audy menggaruk pelan pangkal hidungnya. Setelah membangunkan Dona tadi, belum sempat mereka sarapan, orang butik sudah stand by menunggu mereka. Dona bahkan bingung, kenapa mereka bisa se semangat ini? Kenapa mereka datang sepagi ini? Hei! Dona belum mandi tau.

Kini di depan mereka terdapat tiga buah gaun dengan warna dan model yang berbeda. Gaun pertama berwarna putih gading, dengan corak kebaya di lengan panjangnya dan batik mega mendung sebagai bawahannya. Gaun berdua berwarna biru muda dengan bawahan batik parang rusak. Dan yang terakhir gaun polos berwarna putih bersih dengan sulaman benang perak berbentuk bunga mawar menjuntai.

Audy menyernyit, ia menatap tiga gaun di depannya lalu menatap Dona. "Gaun pertama, menurut gue sih cocok buat lo." Jawabnya.

Dona mengangguk, ia mengambil gaun yang di pilih Audy lalu memasangkannya di badan.

"Bagus." Puji Ratih menilai Dona dari bawah ke atas. "Bunda juga setuju. Bunda rasa gaun itu cocok dengan tema resepsinya nanti." Sambungnya.

Dona tersenyum, "benarkah?"

Ratih mengangguk, "tentu."

"Kalau gitu kita pilih yang ini aja." Final Dona. "Gak ada yang lain lagi 'kan?"

Ratih menggeleng, "gak ada. Ini biar bunda yang kasih tau mereka." Ratih merapihkan kembali ketiga gaun yang berads di depannya.

Dona mengangguk setelah menghela napas lega. "Akhirnya ... ayo dy, kita sarapan." Ajak Dona.

"Gue udah bawa, kita sarapan di sini aja ya." Audy mengambil plastik hitam yang ada di nakas lalu memberikannya pada Dona.

Dona mengintip isi yang ada di dalamnya. Ia tersenyum tipis kemudian mengangguk. "Oke."

"Kalau gitu bunda keluar nya. Setelah sarapan langsung mandi. Ingat, jangan tidur lagi." Ucap Ratih sebelum pergi.

"Beres bunda," timpal Dona.

Audy mengikuti kepergian Ratih dengan ekor matanya. Setelah Ratih menghilang di balik pintu Audy kembali menatap Dona. Ia berdecak, sahabatnya ini kalau lapar gak suka ingat sekitar, serasa dunia miliknya sendiri.

"Itu punya gue woi!" Audy merebut satu nasi bungkus dari tangan Dona.

Dona memandang Audy sekilas lalu kembali mengambil satu nasi bungkus yang tersisa.

"Gue baru tau kalau Aldo lulus lebih cepat dari kita." Ucap Audy sebelum menyuapkan nasi ke mulutnya.

Dona mengangguk, "ya, dia ambil kelas eksklarasi." Ucapnya tanpa menoleh.

"Lo tau?" Audy menatap Dona penasaran.

"Waktu wisuda kemarin gue liat dia." Jawab Dona.

Audy menganggukan mengerti. Ia menatap  Dona yang sibuk mengunyah. "Lo gak papa?"

Perkataan Audy membuat kegiatannya terhenti. Dona membalas tatapan Audy sambil sedikit memiringkan kepalanya. Lama menatap, Dona terkekeh pelan lalu menggeleng kecil. "Gak tuh, biasa aja."

"Lo yakin?" Tanya Audy memastikan.

Audy memperhatikan Dona yang beranjak mengambil segelas air. Dengan cepat Dona meneguk minumannya sambil berdiri sebelum menjawab.

"Gue udah punya orang lain sekarang. Gak ada alasan buat gue terus terikat masa lalu dengannya. Menghilangkan perasaan yang sudah tumbuh bertahun-tahun memang gak mudah, tapi bukan berarti kita harus terus menatap kebelakang bukan? Sayang dong, jika nganggurin orang yang tulus mencintai kita, ada di depan mata, tapi kita malah mengharap yang gak pasti. Gak ada gunanya." Jelas Dona.

Audy menghela napas pelan. Mendengar jawaban Dona sedikit mengurangi rasa khawatirnya. Ia lega, saking leganya hingga mengangguk semangat. "Setuju. Gue bangga sama lo."

Acara pernikahan Dona berlangsung lancar. Dari akad hingga resepsi, semua berjalan sesuai rencana. Dona terharu, bahkan sampai menangis di pelukan sang bunda. Kini, statusnya sudah tercatat menjadi seorang istri. Bebannya mungkin bertambah berat, tapi ia yakin, jika dijalankan bersama sama semuanya akan tampak lebih mudah.

"Selamat untuk kalian berdua, semoga sakinah sampai tua nanti." Ucap Jamal yang di angguki Anna.

"Teh Dona jangan sungkan bilang sama Anna kalau mas Rangga nakal. Biar Anna yang hajar, oke." Ucap Anna sambil mengacungkan ibu jarinya.

Senyum Rangga yang merekah merosot drastis saat mendengar perkataan keponakannya itu. Ia mendengus, ingin sekali rasanya membuang Anna ke sungai Amazon. Anna yang mengerti arti tatapan Rangga menatapnya dengan tatapan tajam seolah mengatakan, 'kaya bisa aja, huh!'

Dona terkekeh sambil menghapus sedikit jejak air mata di sudut matanya. Ia menatap Anna dengan senyum paling lebar. "Beres," ucapnya, Dona kemudian menatap Jamal, orang yang kini menjadi ayah mertuanya. "Amin, pak. Terima kasih atas Do'a nya."

Elusan lembut di bahu kanannya membuat Dona menoleh. Senyum keibuan yang dimiliki Ratih membuat Dona ingin kembali menangis.

"Jadilah istri yang baik, nurut sama suami, jangan males-malesan lagi, oke" petuah Ratih.

Pertahanan Dona untuk tidak lagi menangis runtuh. Dengan cepat ia memeluk Ratih. Dona sama sekali tidak peduli dengan make up-nya yang luntur nanti. "Dona sayang bunda. Makasih telah merawat Dona selama ini. Maaf juga jika Dona sering buat bunda kesal." Ucap Dona serak.

Sama dengan Dona, Ratih pun dengan sekuat tenaga menahan air matanya. Rasa haru mengisi relung hatinya. Ia tidak pernah menyangka anak gadisnya kini telah menikah. Rasanya baru kemarin Ratih melahirkan dan merawat Dona penuh perjuangan dan kasih sayang. Kini anaknya telah dewasa, telah menjadi wanita mempesona dan kini telah menemukan belahan jiwanya. "Jangan nangis, nanti make up-nya luntur loh," seru Ratih setengah bercanda.

Dona menggerjap beberapa kali. Mengurai pelukan lalu menyeka lembut jejak air mata di sudut matanya. "Nggak, aku gak nangis kok. Ini kelilipan, beneran." Ucap Dona.

Ratih menggeleng sambil terkekeh pelan. "Dasar kamu ini."

"Meskipun kini tanggung jawab kamu berada di tangan suami, kamu masih tetap putri kecil ayah. Jangan sungkan untuk meminta apapun pada ayah. Selamat atas pernikahan kalian, ayah Do'a kan semoga kalian langgeng sampai tua." Ucap Edwar.

Edwin yang berada di samping Edwar mengangguk setuju. "Selamat atas penikahannya, Do'a gue selalu yang terbaik buat kalian."

Atensi Dona beralih menatap dua orang pria berbeda generasi di belakang sang bunda. Ratih menyingkir, memberikan ruang untuk mereka berdua.

Rangga tersenyum simpul, "terima kasih ayah, dan ... kakak ipar." Ucap Rangga dengan nada pelan di akhir kalimat.

Suara Rangga yang masih terdengar membuat Edwin mendengus kecil. Panggilang 'kakak ipar' rasanya kurang cocok jika di ucapkan oleh Rangga. Sangat menggelikan.

"Ayah," Dona langsung menghamburkan diri memeluk Edwar. Edwar dengan sepenuh hati membalas erat pelukan Dona. Ada sedikit rasa tak ikhlas di hatinya, menyadari bahwa kini Dona bukan hanya miliknya lagi. Meskipun begitu ia bahagia, karna yang menikahi putrinya adalah orang yang sangat ia percaya.

"Ayah gak nangis kan?" Tanya Dona saat menatap lekat mata Edwar yang memerah setelah memeluknya.

Tak!

"Kok di sentil sih?" Ringis Dona, tangannya mengusap kening yang berdenyut akibat sentilan Edwar.

"Dasar anak nakal!" Ucap Edwar. Edwar menggeleng pelan melihat Dona yang mengerucutkan bibirnya. Pandangannya kini beralih pada Rangga yang terkekeh pelan.

"Pernikahan bukan sesuatu yang sepele. Keterbukaan dan kepercayaan adalah kunci abadinya sebuah hubungan. Jaga ikatan suci ini dengan sepenuh hati. Apapun masalahnya, kalian harus bisa menyelesaikannya dengan kepala dingin. Ayah menyerahkan semua tanggung jawab Dona kepadamu. Jaga baik-baik harta berharga kami." Ucap Edwar memberi amanat.

Rangga dengan tegas mengangguk, "baik ayah."

"Jaga adik gue baik baik, gue percaya sama lo." Ucap Edwin sungguh sungguh.

Rangga kembali mengangguk, "siap."

"Dona!"

Seluruh atensi mereka menoleh ke arah kanan, dimana suara itu berasal. Sisil tersenyum simpul, dengan langkah lebar ia menghampiri Dona, di ikuti dengan dua pria di belakangnya.

"Selamat atas pernikahannya, semoga samawa sampai maut memisahkan." Ucap Sisil memeluk singkat Dona.

Dona mengangguk sambil tersenyum, "amin."

Dona mengahilkan perhatiannya ke arah dua pria yang baru datang. Keningnya sedikit menyernyit. Kehadiran Bayu mungkin bisa ia terima karna Dona sendirilah yang mengundangnya. Tapi kalau Reno, Dona tak yakin. Mungkin ini ada hubungannya dengan persoalan Rangga waktu itu, atau Rangga sendiri yang mengundangnya.

"Selamat Rangga, Dona, atas pernikan kalian." Ucap keduanya bersamaan. Reno dan Bayu saling melemparkan tatapan tajam penuh permusuhan. Hawa dingin yang di akibatnya membuat bibir Dona berkedut kecil.

"Terima kasih bang, pak Reno." Seru Dona memutus perang dingin di antara keduanya.

Reno terlebih dahulu memutus kontak matanya, ia tersenyum ke arah Dona dan mengajaknya berjabat tangan. "Semoga awet sampai tua."

Dona masih memaksakan senyum nya sambil menjabat tangan Reno. Dalam hati ia berkata, 'ya tuhan, moga-moga nih dua laki gak nyari keributan di nikahan gue.' Mohonnya penuh harap.

"Doa in juga biar Audy-"

"Apa? Jangan ngadi-ngadi deh mas. Audy punya saya!" Sentak Bayu cepat.

Bahu Dona merosot kebawah. Sepertinya hari ini bukanlah hari keberuntungannya. Kali ini ia hanya mampu berharap, agar pawang keduanya segera datang. Audy, where are you?

"Apaan sih? Saya kan cuman mau bilang Do'a-in biar Audy nerima lamaran saya." Ucap Reno tanpa beban.

Manik Bayu melotot sempurna. "Kurang ajar kamu ya! Kamu waras gak sih? Audy itu punya saya, berani banget kamu ngelamar dia." Amuk Bayu. Dona meringis, untung sekarang sedang sepi. Setidaknya tidak banyak yang memperhatikan bukan? Itu lebih baik dari pada tidak sama sekali. Dona melirik ke arah keluarganya, pak Jamal dan Anna yang kebingungan. Ya, di tambah dengan dua keluarga ini juga.

"Saya emang suka sama Audy, tapi saya tidak berniat merebutnya darimu. Saya lebih memilih menunggunya putus, baru saya dekati dia. Melamar di sini bukan seperti yang kamu pikirkan. Saya melamarnya menjadi karyawan saya, kerja sama saya, jadi sekertaris saya, begitu." Jelas Reno.

Mata Bayu menyipit tajam, "ini pasti salah satu trik kamu untuk mendekati Audy. Benar 'kan?" Tuduh Bayu.

Reno tanpa ragu mengangguk. "Salah satunya begitu." Ucapnya dengan gamblang.

Dona lagi lagi meringis. Sepertinya rebut merebut bukan hobi perempuan kurang belaian saja, tapi laki-laki juga. Bisakah kedua spesies itu di satukan saja. Sama sama jomblo bukan?

"Sialan!" Desis Bayu mengepalkan tangannya dengan erat. Ia sungguh benar-benar menahan dirinya agar tidak menyerang Reno saat ini.

"Selamat atas pernikahannya Dona, maaf gue baru bilang sekarang. Tamunya banyak banget sumpah, cape banget gue." Ucap Audy dengan napas memburu akibat berlari.

Helaan napas lega yang keluar dari mulut Dona seketika berganti dengan tatapan bingung saat menatap Audy. "Lo lari?" Tanya Dona.

Audy dengan cepat mengangguk. "Gue ijin pulang duluan, ya. Gue lupa kucing gue belum gue kasih makan dari kemarin. Lo kan tau sendiri bokap gue anti banget sama kucing, takutnya gak di kasih makan, kan kasian." Jawabnya. Audy panik, sangat panik malah. Saking paniknya baju kebaya yang Audy kenakan sebagai pagar ayu belum di ganti.

"Kamu mau pulang?" Tanya Reno dan Bayu bersamaan, lagi. Keduanya saling pandang dengan tatapan membunuh. Seolah mengatakan, 'ngapain ikut-ikutan sih!'

Audy menatap Reno dan Bayu dengan pandangan bingung. Ia sedikit terkejut dengan kehadiran Reno di tempat ini. "Eh, pak Reno. Datang ke sini juga pak?" Tanya Audy.

Reno berdehem singkat. Ekor matanya melirik Bayu dengan senyum kesenangan. "Menuhi undangan." Jawabnya. "Kamu cocok jadi pagar ayu, cantik." Sambungnya memuji.

"Hah?"

Wajah Bayu merah padam. Cemburu? Sangat, siapa sih yang gak cemburu saat pasangannya di puji orang lain.

"Kamu cantik. Itu yang saya katakan tadi. Sangat cantik malah." Ucap Reno di sertai senyum tipis.

"Ah ... hahaha," Audy tertawa canggung. Matanya melirik kesana kemari menghindari tatapan Reno yang menatapnya lekat. Tatapan terakhir ia berikan kepada Dona dan bayu. Audy meringis pelan, sudah jelas dari tatapannya bahwa Bayu cemburu. "Te-terima kasih pak." Ucapnya sedikit tergagap.

"Kamu mau pulang kan? Ayo saya antar. Kebetulan sa-"

"Audy pulang bareng saya." Bayu menyela pembicaraan Reno. Dengan cepat ia menarik tangan Audy dan menyembunyikannya di balik punggung.

Perlakuan Bayu membuat Reno terkekeh sinis. "Saya yang ajak Audy duluan, jadi biar saya yang mengantarkannya pulang."

Dengan tegas Bayu menolak. "Anda siapa? Saya ini pacarnya, jadi saya yang berhak antar Audy pulang."

Masih mempertahankan senyum, Reno menggeleng. "Mau pacar kek, tunangan kek, saya gak peduli. Lagi pula Audy belum jawab pertanyaan saya tadi. Biar Audy yang menentukan pulang dengan siapa, ya kan?" Ucap Reno. "By the way saya ini Dosennya Audy. Drajat saya sebagai pengajar lebih tinggi dari dirimu." Sambungnya sedikit menampilkan smirk.

Menyebalkan adalah kata yang cocok untuk Reno dari Bayu. Laki-laki di depannya ini selain keras bicara, dan pandai menjilat, ternyata sangat menyebalkan. Ingin sekali Bayu menghancurkan muka menyebalkannya itu, atau kalau perlu melemparkannya ke palung mariana.

Bayu mendesis sinis, ia berbalik menatap Audy yang berada di belakangnya. "Pulang bareng aku ya." Pintannya.

"Sama saya aja, kebetulan searah." Timpal Reno.

Audy menatap Reno dan Bayu dengan bingung. Pikirannya ngeblank, yang ada di otaknya hanya satu, kucingnya yang belum ia kasih makan.

"Ak-"

"Jangan ikut campur deh. Audy pacar saya, sudah jelas dia pulang sama siapa." Kesal Bayu menatap Reno tajam.

"Terserah saya dong, saya kan cuman menawarkan." Ucap Reno tak mau kalah.

Mereka kembali berperang dingin. Saling menatap tajam satu sama lain. Audy yang bingung semakin bertambah bingung. Sialnya, dia lah tokoh utama dari apa yang mereka perebutkan.

"Ekhem!" Deheman keras Dona kembali memutus perang dingin keduanya. Dona berjalan satu langkah lebih dekat kemudian merebut lengan Audy yang di genggam Bayu.

"Biar adil, biar gue aja yang antar Audy pulang. Setuju gak Dy?" Dona merangkul lengan Audy, menepuk pelan pundaknya sambil tersenyum.

Audy menatap Dona yang tersenyum sambil mengedipkan sebelah mata, mengisyaratkannya untuk ambil peran. Audy membulatkan bibir sambil mengangguk kecil. "Iya, biar Dona yang antar aku pulang." Ucap Audy. Ia tersenyum tipis menatap dua pria yang mengoceh memperebutkannya.

"Gak boleh!" Rangga, Reno, bayu, dan kedua keluarga besarnya berseru kompak. Mereka tidak habis pikir, bagaimana bisa pengantin wanitanya malah pergi di hari pernikahannya. Audy meringis kecil, matanya menoleh ke segala arah, 'untung sepi.' Ucap batinnya.

"Hahaha ...!" Dona tertawa keras. Ya, suruh siapa membuat keributan di acaranya. Meskipun begitu ia bersyukur, di kelilingi oleh orang yang menyayanginya adalah hal paling berharga. Pernikahan ini adalah awal kehidupan sebenarnya. Jalannya masih panjang, dan ia berdoa agar selalu di kelilingi kebahagiaan kedepannya.

------------------------------------------------------------------------------

The end!

Bahagia banget deh, akhirnya beres juga.

Apa kalian puas?

Untuk ekstra part akan menyusul nanti! Sekalian dengan ucapan hati ke hati dari author ini.

Tapi sebagai permulaan, saya haturkan banyak terima kasih.

Berkat kalian saya bisa menulis sampai sejauh ini.

Jangan lupa untuk vote!

Follow!

Dan ....

Kita sambungkan berbarengan dengan ekstra part, di tunggu ya😊

See you next time😚

Continue Reading

You'll Also Like

149K 14.8K 66
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
69.9K 3.7K 31
☠️ PLAGIAT DILARANG KERAS☠️ FOLLOW SEBELUM BACA!!! Menceritakan tentang seorang gadis bernama Ayla Humairah Al-janah, yang dijodohkan oleh kedua oran...
745K 4.2K 12
Berisi cerita pendek dengan tokoh yang berbeda-beda! ⚠️Mature content with a sex, deep kiss, and vulgar words⚠️ ⚠️Setiap cerita bisa membuatmu sange...
1.5M 44K 30
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang bera...