HELLO DONA (Tamat)

By ida_ayu93

56.1K 5K 308

"Kamu tau, situasi apa yang paling sakit?" Mengelus dagu, menggeleng pelan. "Gak tau." "Mau tau?" Berpikir se... More

aldorado 1
Aldorado 2
Aldorado 3
Aldorado 4
Aldorado 5
Aldorado 6
poto profil para pemain.
Aldorado 7
Aldorado 8
Aldorado 9
Aldorado 10
Aldorado Extra part
Aldorado 11
Aldorado 12
Aldorado 13
Aldorado 14
Aldorado 15
Aldorado 16
Aldorado 17
Aldorado 18
Aldorado 19
Aldorado 20
Aldorado 21
Aldorado 22
Aldorado 23
Aldorado 24
Aldorado 25
Aldorado 26
Aldorado 27
Aldorado 28
Aldorado 29
Aldorado 30
Aldorado 31
Aldorado 32
Aldorado 33
Aldorado 34
Aldorado 35
Aldorado 36
Aldorado 37
Aldorado 38
Aldorado 39
Aldorado 40
Aldorado 41
Aldorado 42
Aldorado 43
Aldorado 44
Aldorado 45
Aldorado 46
Aldorado 48
Aldorado extra part
guys!

Aldorado 47

895 73 1
By ida_ayu93

Gagal ciuman🍃

Happy reading ....

Tepuk tangan saling saut menyaut setelah Dona menyelesaikan beberapa lagu yang ia nyanyikan di atas panggung. Ya, Dona kini sudah kembali menjalankan rutinitas seperti biasa. Semuanya berjalan dengan lancar, selancar perasaannya yang mengalir tanpa beban.

"Seperti biasa, penampilan kamu selalu memuaskan." Puji Rangga, ia mengelap peluh yang mengalir di kening Dona dengan lembut.

"Terima kasih," Dona tersenyum lebar. "Aku tau aku memang hebat." Pujinya pada diri-sendiri.

Rangga mencibir pelan, "ganti baju sana! Kamu harus bekerja dua kali lipat untuk mengganti waktu cuti mu selama sebulan lebih."

Dona melongo tak percaya, matanya mengerjap pelan, "what?"

"Udah sana ganti baju terus masak di dapur. Sana!" Rangga mendorong pelan punggung Dona. Ia berusaha untuk tidak tertawa melihat wajah Dona yang menurutnya lucu.

Dona menggembungkan pipinya lalu berjalan dengan langkah yang di hentak-hentakan. "Tunangan siapa sih tu? Bikin kesel aja kerjaannya, dasar." Rutuk Dona.

"Tunangan kamu loh itu," ucap Bayu terkekeh pelan. Ia baru saja datang dari tugasnya untuk mengantarkan makanan.

Dona sedikit tersentak, "eh bang Bayu. Audy mana bang?" Tanya Dona spontan.

Bayu menggeleng pelan lalu mengisyaratkannya untuk menoleh kebelakang. Dona menurut, ia menoleh dan mendapati Audy yang sedang memegang sebuah plastik hitam di tangannya.

"Ngapain lo cari gue?" Tanya Audy.

Dona tersenyum polos sambil menggaruk pangkal hidungnya. "Gak ada apa-apa, hehe." Jawab Dona.

Audy menyernyit, "aneh lo." Ketusnya. Hari pertama dapet, membuat emosi Audy tidak stabil. Audy berjalan melewati Dona lalu menyodorkan plastik hitam yang di bawanya ke arah Bayu.

"Orderan lagi bang, kali ini lebih jauh dari sebelumnya." Ucap Audy.

Bayu menerimanya di sertai decakan kecil. "Abang cape dy. Istirahat dulu ya, lima menit aja." Pintanya setengah merengek.

Audy menggeleng tegas. "Gak bisa! Ini pesenan pak Reno. Tuh orang harus tepat waktu. Yang suka ngorderin barang pada sibuk, Audy mah ogah nganterinnya." Keluh Audy.

Mendengar kata Reno, raut wajah Bayu berubah seketika. "Biar Abang aja yang nganterin."

Dona menatap Bayu yang dengan cepat berjalan keluar lalu menatap Audy. "Pak Reno buat ulah lagi?" Tanya Dona.

Audy menghela napas lalu berjalan menuju dapur bersama Dona di sisinya. "Makin jadi, satu bulan sejak lo pulang kampung, pak Reno sering banget datang ke sini. Kadang, tuh orang nyamperin gue ke dapur," Audy menjeda sambil menggeleng kecil. "Setiap kesini, pak Reno sama bang Bayu pasti berantem." Sambungnya.

Dona mengangguk pelan, "terus?"

Audy melirik Dona dengan ekor matanya, "terus ...,"

Dona menatap Audy dengan kepala yang sedikit di miringkan, kalimatnya yang menggantung membuat Dona penasaran. Audy menggindikan kedua bahunya acuh. "Ya gitu."

"Ah! Lo mah gak asik." Dona mendelik kesal.

Audy terkekeh pelan, "nanti gue ceritain di rumah."

Mata Dona sedikit menyipit saat menatap Audy. Ia mengangkat jari telunjuknya untuk menunjuk Audy. "Awas ya!"

Dor!

Dona dan Audy terperanjat saat ada sebuah suara mengagetkan mereka dari belakang. Sang pelaku kini terkekeh senang saat ulahnya membuahkan hasil. Keduanya Replek menoleh kebelakang, di sana terdapat Sisil yang tengah tertawa.

Semenjak tau bahwa Dona berasal dari keluarga berada, apalagi sekarang menjadi tunangan dari bos besarnya, banyak yang segan pada Dona. Tapi Sisil bangga, karena Dona terus bersikap seperti biasa tanpa membeba bedakan.

"Sisil!" Geram Audy.

Sisil berdehem singkat, ia mengacungkah kedua jari tengah dan telunjuknya pertanda damai. "Hai Audy, hai Dona," sapanya.

Audy menatap sinis Sisil lalu membuang muka. Dona menghela napas pelan. "Lo! Benar-benar ya, mau gue masukin kandang singa, hah?"

"Santai dong," pekik Sisil mengangkat kedua tangannya ke udara. "Maaf-maaf, habisnya tadi gue panggil lo berdua gak nyaut sih."

"Ada apa?" Tanya Audy.

Sisil menggeleng pelan, "gak ada. Kesananya bareng ya." Jawab Sisil menyengir lebar.

"Astaga nih anak." Gumang Dona menggeleng kecil.

Tidak jauh dari mereka, terdapat Allya yang sedang melayani pelanggan dengan wajah masam. Perkataan Audy waktu itu benar benar nyata. Keluarga Cris'tal tidak ingin hidupnya tenang. Ia dimarahi habis habisan oleh Damian karena telah menyinggung anak mereka.

Allya dengan pertimbangan ego yang tinggi meminta maaf. Dan lagi, permintaan maafnya belum sepenuhnya di terima oleh mereka. Untungnya Edwar adalah orang yang dermawan, ia sama sekali tidak menyinggung soal kerja sama, dan itu membuat hati Damian lega. Sebagai gantinya, Allya di minta untuk bekerja sebagai pegawai di Caffe milik Rangga tanpa gaji selama tiga bulan. Sebenarnya itu tidaklah menjadi masalah, hanya saja Allya harus menanggung malu karena menjadi bahan olok-olokan para pekerja Caffe di sana.

Malam semakin larut, mungkin beberapa menit lagi akan menunjukan waktu tengah malam. Aldo menatap langit tak berbintang bi taman belakang vila yang di sewa keluarganya. Angin malam yang dingin tidak membuatnya beranjak. Dua bulan sudah usia pernikahannya. Semua memang berjalan dengan lancar, bersikap romantis seperti pasangan sesungguhnya, tapi tidak saat dirinya sedang sendirian.

Sejak kejadian waktu itu, Aldo langsung mempercepat kuliahnya. Ia menempuh jalan eksklarasi, hingga Aldo lulus lebih cepat dari teman-temannya yang lain.

Aldo masih belum percaya. Bukan, ia bahkan sama sekali tidak percaya jika Dona bertunangan dengan Rangga, orang yang sudah ia anggap musuh sendiri.

Aldo menghela napas lalu mengeluarkannya perlahan, sudah kesekian kalinya dalam beberapa jam terakhir ia melakukan hal itu.

Aldo rindu Dona, sungguh merindukannya. Ia tau ini salah, Aldo tau kalau dirinya sudah menikah. Tapi siapa yang bisa membohongi diri sendiri, bahkan hatipun tidak bisa berbohong dengan perasaannya. Aldo tersenyum samar lalu menggeleng kecil, bayangan wajah Dona yang sedang tersenyum melintas di benaknya. Sayang, senyumnya kini bukan lagi milik Aldo tapi milik laki-laki itu.

Beberapa meter dari dirinya berada, terdapat seorang wanita yang menatapnya dalam diam. Menghela napas panjang, ia memutuskan untuk menghampiri.

Tepukan halus di rasakan Aldo pada pundak kanannya. Aldo mendongak dan menatapi sang istri yang tersenyum ke arahnya. "Belum tidur?" Tanya Aldo.

Rara menggeleng kecil, "belum ngantuk." Rara duduk di samping Aldo lalu mendongak menatap langit.

"Aku tau ini pasti sulit," lirih Rara. Aldo menatap Rara dalam diam. "Pernikahan ini bukan karna keinginan kita, tapi keinginan kedua orang tua kita. Aku tidak pernah menerima perjodohan ini, tapi aku juga tidak pernah menolaknya." Rara menjeda, ia mengambil napas dalam lalu menghembuskannya pelan. Rara menoleh, menatap Aldo tepat di matanya. "Karna aku adalah orang yang mencintai sahabatnya. Aku mencintaimu."

Pengakuan Rara membuat Aldo tersentak, "k-kamu?"

"Aku tau, aku baru menyadarinya saat kamu menjalin hubungan dengan Dona. Maaf, aku benar-benar minta maaf. Karena ku semuanya kacau. Aku sama sekali tidak berpikir untuk merebutmu waktu itu. Hanya saja aku takut, aku takut kamu pergi. Aku takut perhatianmu padaku hilang. Aku bena- benar ... takut." Rara menunduk dalam.

Aldo mengusap wajahnya kasar, "semuanya sudah terjadi. Tidak ada gunanya untuk untuk menyesal. Aku bahkan tidak bisa menggapainya lagi. Bertemu dengannya pun aku malu."

Marah? Entahlah, Aldo bahkan bingung dengan dirinya sendiri. Ia ingin marah, tapi untuk apa. Perasaan Rara padanya tidak bisa ia salahkan. Hanya saja, perasaan bersalahnya pada Dona yang  membuat keduanya tersiksa.

Rara mendongak, tangannya mengelus Rahang Aldo yang sedikit mengeras. "Takdir tidak ada yang tau berakhir seperti apa Aldo. Pernikahan ini, mungkin tidak pernah terlintas di pikiranmu. Tapi apa yang sudah kita lewati semuanya sudah tertulis di sana. Aku mohon, terima takdirmu. Ayo kita bangun kenangan baru bersamaku ...," Rara menatap sayu mata Aldo. Ia menghentikan elusannya dan beralih menangkup wajah Aldo. "Istrimu."

Rara menyium Aldo tepat di bibirnya. Menyalurkan berbagai rasa di setiap sentuhannya. Mata Aldo mengerjap beberapa kali lalu menatap Rara yang tengah menciumnya. Tangannya mengepal. 'Aku ... maaf, bantu aku untuk berusaha.' Batin Aldo.

Di sisi lain, Dona sedang termenung di sisi kolam renang sambil menatap bayangannya sendiri di dalam air. Meskipun hubungannya telah berakhir, bahkan ia pun sudah punya pengganti, tapi hati kecilnya tidak pernah bisa ia bohongi. Perasaan itu masih ada walau sedikit. Ia menghela napas lalu berdecak kecil. "Sudahlah! Gak usah mikirin dia!" Rutuknya pada diri sendiri.

"Kayaknya kakak harus lebih berusaha lagi, ya?" Celetuk Rangga membuat Dona terperanjat.

Dona dengan cepat menoleh kebelakang, di sana terdapat Rangga yang berjalan ke arahnya. Dona menunduk dalam. "Maaf, dua bulan ini aku sudah berusaha kok. Hanya saja ...."

Dona merasakan elusan lembut di kepalanya, ia mendongak, menatap Rangga yang sedang tersenyum ke arahnya. "Kakak tau, kakak ngerti dan kakak paham. Tidak ada yang instan di dunia ini, na, semua butuh proses. Mencintai memang semudah itu, tapi melupakannya sesulit memecahkan batu."

Rangga menurunkan tangannya lalu merangkul bahu Dona kedekatnya. "Ibaratnya perasaanmu itu seperti batu. Semakin besar rasa itu, semakin kuat pula batu perasaanmu. Pasti sulit menghancurkan perasaan yang ingin kau hancurkan. Tidak usah terburu-buru, perlahan perasaan itu akan hancur dengan sendirinya." Sambung Rangga. Dona hanya mendengarkan dengan seksama. Hatinya menghangat. Beruntungnya ia dapat di cintai oleh Rangga.

Rangga menunduk menatap Dona yang juga sedang menatapnya sambil tersenyum. Jantungnya berdetak kencang. Jarak keduanya sangat dekat, bahkan hidung Dona dan hudungnya sedikit bergesakan. Siapapun tolong sadarkan Rangga, dia bisa hilaf.

Dona mengerjapkan matanya, ia sedikit terkejut dengan pergerakan Rangga yang tiba-tiba. Posisi ini, adalah posisi yang sama dengan yang Dona lihat di apartemen Aldo. Astaga Aldo lagi.

"Berusaha terus Dona, karna aku pun akan ikut berusaha menghancurkannya." Lirih Rangga.

Mendengar suara Rangga yang dalam entah kenapa membuat pipinya memanas. Dona mengangguk pelan sambil menahan napasnya saat wajah Rangga semakin mendekat. Tepat saat bibir Rangga hendak menyentuh bibir Dona, sebuah Suara mengagetkan keduanya.

"JANGAN CIUM ADEK GUE, BANGSAT!"

Byurr!

Dona dengan cepat mendorong badan Rangga. Rangga yang tidak sempat menyeimbangkan tubuhnya tercebur kedalam kolam. Dona bangkit, lalu menghampiri seorang pria yang berteriak tadi.

"Aa, kok ada di sini?" Tanya Dona pada Edwin.

Tatapan Edwin yang menajam melembut seketika. Ia menoleh, mengangkat tangannya untuk mengelus surai Dona.

"Tadi Aa ke kostsan kamu, tapi kamu gak ada di sana. Kata Audy kamu jalan sama Rangga, jadi Aa pikir kamu ada di rumahnya." Edwin menatap sinis Rangga lalu kembali menatap Dona.

Dona meringis, "harusnya Aa telpon Dona dulu kalau mau ke sini."

"Udah, tapi yang angkat laki laki. Tuh, sekarang laki lakinya lagi renang di kolam." Sindir Edwin. Rangga berdecak kesal sebelum naik ke atas.

"Ngapain sih lo kesini? Ganggu aja." Ketus Rangga menghampiri Edwin dengan wajam masam.

Edwin menatap tajam Rangga dengan mata melotot. "Harusnya gue yang nanya. Lo apain adik gue tadi, hah?" Sentaknya.

Dona gelagapan, "A-a i-ini gak-"

"Gak ngapa-ngapain kok," jawab Rangga.

Oke, sepertinya melerai mereka bukan hal yang benar. Dona akan melihat sejauh mana sepasang ini berdebat. Sebelum itu ia akan mengambil air untuk menyiram kedua kucing garong ini.

"Lo nyium adik gue woi! Lo bilang itu gak ngapa-ngapain?" Ucap Edwin ngegas.

"Belum sempat, keburu lo datang. Gagal kan ciuman gue, lo sih -auw!" Rangga meringis saat kepalanya di jitak keras oleh Edwin.

"Rangga sialan! Santai banget lo ngomong gitu sama gue."

Masih dengan ringisan kecilnya, Rangga menatap Edwin dengan tatapan menantang. "Ya kan gue calon suaminya, gimana sih."

"Tetep aja gak boleh, bambang." Kesal Edwin.

"Sekali-sekali gak papalah." Kekeh Rangga.

Edwin mendelik tajam, "lo mau gue kutuk jadi batu ya, terus gue lempar ke perut buaya. Dasar adik ipar durhaka."

Rangga hanya menggindikan bahunya acuh, "gak takut tuh," ucapnya.

"Lo-"

Byurr!

Edwin tidak jadi bersuara saat sebuah air jatuh tepat mengenai wajahnya. Tidak jauh berbeda dengan Rangga, bajunya yang setengah mengering kembali basah akibat guyuran air.

Keduanya menatap tidak percaya gadis yang berada di tengah-tengah mereka sambil membawa dua gayung di tangannya. Dona tersenyum manis lalu menatap keduanya bergantian dengan tatapan sinis.

"Aduh panas banget ya, padahal udah malem." Sindir Dona.

Dona berdecak saat kedua laki laki di samping kiri dan kanannya ini hanya menatapnya dalam diam. "Mandi sana, dinginkan pikiran, debatnya pending dulu sampai besok." Ucap Dona memerintah. Dona memberikan mereka gayung yang ia bawa lalu berbalik memasuki rumah.

"Dah lah gue mau pulang. Pusing juga lama-lama." Gerutu Dona sambil memijit pelan pelipisnya. Rangga dan Edwin saling tatap. Keduanya kompak membuang gayung yang di berikan Dona ke sembarang arah lalu dengan cepat menyusul Dona.

Vote!

Follow!

See you!

Continue Reading

You'll Also Like

867K 64.6K 70
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
731K 4.1K 12
Berisi cerita pendek dengan tokoh yang berbeda-beda! ⚠️Mature content with a sex, deep kiss, and vulgar words⚠️ ⚠️Setiap cerita bisa membuatmu sange...
314K 22.4K 18
Seorang remaja bernama Arshaka Jocasta yang menjadi pusat obsessi para sahabatnya. Arshaka mengidap penyakit langka. Sindrom Kleine-Levin. Di mana s...
133K 15.4K 62
Ini Hanya karya imajinasi author sendiri, ini adalah cerita tentang bagaimana kerandoman keluarga TNF saat sedang gabut atau saat sedang serius, and...