HELLO DONA (Tamat)

By ida_ayu93

56K 5K 308

"Kamu tau, situasi apa yang paling sakit?" Mengelus dagu, menggeleng pelan. "Gak tau." "Mau tau?" Berpikir se... More

aldorado 1
Aldorado 2
Aldorado 3
Aldorado 4
Aldorado 5
Aldorado 6
poto profil para pemain.
Aldorado 7
Aldorado 9
Aldorado 10
Aldorado Extra part
Aldorado 11
Aldorado 12
Aldorado 13
Aldorado 14
Aldorado 15
Aldorado 16
Aldorado 17
Aldorado 18
Aldorado 19
Aldorado 20
Aldorado 21
Aldorado 22
Aldorado 23
Aldorado 24
Aldorado 25
Aldorado 26
Aldorado 27
Aldorado 28
Aldorado 29
Aldorado 30
Aldorado 31
Aldorado 32
Aldorado 33
Aldorado 34
Aldorado 35
Aldorado 36
Aldorado 37
Aldorado 38
Aldorado 39
Aldorado 40
Aldorado 41
Aldorado 42
Aldorado 43
Aldorado 44
Aldorado 45
Aldorado 46
Aldorado 47
Aldorado 48
Aldorado extra part
guys!

Aldorado 8

1.7K 183 8
By ida_ayu93

Revisi again!

Meski udah tamat, sebagai pembaca alahkan baiknya untuk menekan simbol bintang di sisi kanan bawah layar😘.

Yo! Selamat membaca.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
K

lik bintang di bawah kanan layar untuk memberi dukungan. Jangan sungkan untuk berbagi ekspresi di kolom komentar. Follow akun Authornya biar semangat dalam menulis.


➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Ke egoisan Dona🍃


"Bukan maksud gue ngejatuhin lo atau gak mau bantu lo. Kelakuan lo aja menurut gue udah kelewatan. Lo mamfaatin ketulusan Dona buat hal yang gak bener. Gue sebagai sahabat lo aja kecewa, apalagi Dona?" ......

Aldo menunduk. Bener kata Restu, ia terlalu banyak memberi luka, apa masih ada kesempatan untuknya membangun kepercayaan agar Dona kembali. Memikirkannya saja membuat Aldo semakin mellow.

"Gue tau gue salah, gue minta maaf." Aldo bergumam pelam dengan kepala menunduk lesu.

"Permintaan maaf lo sekarang udah nggak ada gunanya Aldo. Dona aja sekarang nggak tau dimana? Lo mau minta maaf sama siapa? Gue? Salah orang." Lagi-lagi ucapan Restu memukul talak hati Aldo.

Aldo mendongak, "Gue yakin Dona pasti bakal maafin gue."

Restu menggaruk tengkuknya yang mendadak gatal. "Udahlah do, percuma, Dona aja sekarang ogah ketemu sama lo. Satu bulan lo bulak balik datang ke kostsannya, tuh anak gak ada."

"Nggak! Gue yakin Dona pasti maafin gue, gue bakal buat dia balikan lagi sama gue." Teguh Aldo pada pendiriannya.

"Lo yakin? Dona nyinggung nama Rara dalam hubungan kalian aja lo gak terima. Lo mau nyiksa dia? Inget do, cewe itu pandai ekting. Di depan kita aja mereka kuat, tersenyum maklum apapun kesalahan yang kita lakukan, tapi di belakang kita mereka gak sekuat itu." Ucap Restu.

"Kali ini, gue gak akan buat kesalahan yang sama lagi."

Restu menghela napas lelah lalu berdiri, "terselah lo deh."

"Gue mau ke kelas. Lo juga ke kelas gih, tapi sebelum itu, rapihin dulu baju lo. Lo udah gila, jangan jadi orang gila beneran gara-gara baju yang kaya gembel itu." Sambung Restu, ia baranjak meninggalkan Aldo yang mengumpat keras.

"Anjing lo!"

Satu minggu sudah Dona kuliah dan selama itu pula Dona tidak melihat dimana Aldo berada. Dona baru tau kalaupersatuan kelas itu bergilir, jadi ia sedikit lebih tenang untuk tidak bermain kucing kucingan dengan sang mantan kekasih.

Rutinitas baru untuk Dona saat ini adalah lebih sering datang ke perpustakaan, tempat yang paling tidak di sukai Aldo. Sengaja memilih tempat itu karna Aldo mana mungkin memasuki tempat keramat yang berisi kumpulan buku. Katanya, "bau buku perpustakaan itu buat aku mual, aku gak suka." Mengingat hal itu membuat Dona tersenyum getir.

Sial jadi ingat lagi!

Sekarang ini, ia sedang duduk lesehan dengan airphone di telinga sambil membaca salah satu novel yang Doba bawa. Terlalu hanyut dalam dunianya, membuat Dona tidak sadar dengan seseorang yang terus menatapnya tanpa henti.

"Dona."

Dona mendongak, sedikit terkejut dengan siapa yang ada di depannya. Ia memasang wajah datar lalu kembali membaca tanpa mempedulikan orang tersebut.

"Rara, ngapain lo manggil gue?" Tanya Dona membalikan lembaran buku untuk membaca kelanjutan novelnya.

Rara menghela napas panjang lalu duduk di sebrang meja. Menatap Dona penuh harap.

"Kemana aja lo selama ini?" Tanpa menjawab Rara balik bertanya.

"Bukan urusan lo," jawab Dona cuek. Ia bahkan tidak berniat sedikitpun untuk menoleh.

Rara menghela napas pelan, harus di ingat ini semua untuk Aldo, ya Aldo! Rara rela melakukan apapun untuknya.

"Semenjak lo putus Aldo berubah. Dia seperti bukan dirinya." Rara berharap Dona mengerti maksud dari perkataannya.

Dona menghentikan tangannya yang hendak membalik lembaran buku berikutnya. Ia menatap Rara sekilas. Menyimpan buku yang ia baca dalam tas lalu berdiri.

"Gue gak peduli!" Ucap Dona sebelum pergi.

"Lo egois na," ucapan Rara suskes menghentikan langkah Dona.

Dona tidak berbalik, ia hanya menengokan kepalanya ke kiri.

"Gue tau gue egois, tapi ke egoisan gue untuk kebahagiaan gue sendiri. Percuma gue bertahan, kalau pada akhirnya hati gue yang terluka." Ucap Dona datar.

Rara berdiri lalu melangkah mendekati Dona den berdiri di depannya. "Lo gak mikiran perasaan Aldo na? Dia hancur! Lo punya hati gak sih." Makinya.

"Gue punya, sahabat lo itu yang gak punya. Gue udah cukup sabar sama kelakuan kalian berdua. Lo kira hati gue terbuat dari apa Ra? Batu? Enggak! Liat lo berdua jalan kaya orang pacaran buat hati gue sakit goblok. Gue gak sekuat itu buat terus stay, bertahan sama cowo yang gak bisa menjaga perasaan cewenya sendiri." Desis Dona menatap tajam Rara.

"Gue yakin suatu saat nanti lo bakal nyesel, camkan itu." Ketus Rara lalu berbalik meninggalkan Dona.

Dona terkekeh sambil menggeleng kecil. Mereka berdua benar - benar kompak. Tidak bisa menangkap maksud dari perkataannya, meski sudah sangat jelas.  "Bukan gue yang akan nyesel ...."

Rara menghentikan langkahnya setelah mendengar perkataan Dona.

"Tapi dia yang akan menyesal udah sia-siain gue." Sambung Dona.

Rara tidak menjawab, ia terus melangkah dengan muka memerah menahan emosi yang kapan saja bisa meledak.

Dona terus menatap punggung Rara yang menjauh. Mengangkat bahunya acuh lalu kembali berjalan menuju kelasnya.

Aldo berjalan lesuh menuju kelas menejemennya. Sebenarnya ia malas, hari-harinya terasa monoton. Bahkan sekarang ia sama sekali tidak melihat jabwal kuliahnya.

Sesampainya di kelas, Aldo bingung sendiri. Mengecek jam tangan nya dengan dahi mengkerut lalu kembali menatap kelasnya yang sepi seperti kuburan. Aldo mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

"Hallo, lo pada kemana? Kenapa kelas kita jadi sepi?" Sentak Aldo.

"...."

"WHAT! Kok lo gak bilang."

"..."

"Iya-iya gue salah, terus kalian ada di kelas mana? Dosennya udah masuk belum?"

"...."

Mendengar jawaban dari sebrang sana membuat Aldo sedikit bernapas lega.

"Ok gue segera kesana."

"..."

"Iya-iya bawel lo."

Aldo memutus sambungan sepihak lalu berlari kearah Fakultas akuntansi. Seperti malam-malam sebelumnya ia berdoa agar bisa bertemu dengan gadisnya.

Mungkin ini adalah hari keberuntungannya. Dosen yang akan mengajarnya sedikit terlambat, ia tidak telat, dan satu lagi, bertemu dengan gadisnya.

Aldo mematung di depan pintu. Suara tawa Dona seakan menjadi obat rindunya selama ini. Ingin ia berlari dan memeluk tubuh mungil itu, kalau saja ia lupa akan statusnya sekarang.

Sungguh, Aldo masih sangat sayang Dona. Hanya wanita itu yang mampu membuatnya gila selama ini.

Aldo dengan pelan melangkah mendekati Dona. Dona tidak menyadari keberadaannya karna terlalu sibuk dengan dunia nya, bahkan sampai ia berada di sampingnya, berdiri sambil terus menatap lekat tubuh mungil itu, Dona tidak sadar.

"Dona," tegur Aldo.

Kelas yang sepi pun semakin bertambah sepi, aura mencengkam mulai terjadi. Dona menegang di tempatnya, enggan untuk sekedar mendongak.

Audy yang duduk di depan Dona berdiri, dua tangannya ia letakan di depan dada, tersenyum miring sambil menatap Aldo dengan pandangan menantang.

"Dona gak mau ketemu lo, lebih baik lo pergi." Ucap Audy.

Aldo menatap Audy tajam. "Dona aja belum ngomong? Gak usah sok tau lo!"

"Bukannya sok tau, tapi emang gue tau segalanya. Gue kan sahabat dia, gue yang selalu ada di samping dia." Ucap Audy tersenyum sinis.

"Lo!" Aldo menghentikan ucapannya. Matanya yang tajam kini berubah sayu, ia menatap Audy dengan pandangan memohon. "Gue mohon biarin gue ngomong sama Dona."

Audy menggeleng. "Gak bisa Aldo, Dona gak mau ngomong sama lo."

"Plis dy, gue cuman minta waktunya bentar, gue mau ngomong sama Dona." Keukeuh Aldo.

Audy menghela napas jengah, "lo sayang sama Dona kan?"

Aldo mengangguk.

"Lo cinta sama Dona kan?"

Aldo mengangguk lagi.

"Kalau gitu lo jauhin Dona, pergi dari hidup dia. Kedatangan lo kesini cuman bisa buat beban hatinya bertambah." Ucap Audy menyelesaikan ucapannya.

Aldo dengan tegas menggeleng, "nggak! Gue gak mau jauhin Dona, nggak akan pernah!" Ucap Aldo dengan kilatan emosi di matanya.

"Lo bener bener ya-"

BRAK!

Dona menggebrak meja kasar, menatap Aldo nyalang lalu pergi tanpa sepatah kata pun. Aldo dengan cepat menyusul Dona tanpa peduli teriakan Audy terhadapnya. Saat Audy hendak mengejar, tangannya lebih dulu di cekal seseorang.

"Udah lo di sini aja, biarkan mereka menyelesaikan urusan mereka sendiri. Lo tinggal dukung dan kasih saran terbaik buat sahabat lo nanti." Ucap Restu.

"Tapi-"

"Percaya sama gue, Dona pasti baik-baik aja. Gue yakin sahabat lo bisa nyelesain masalahnya sendiri." Potong Restu meyakinkan.

Audy mengambil napas dalam lalu mengangguk. Ia kembali ke tempat duduk nya tepat di saat dosen keagamaan datang.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Tbc
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Continue Reading

You'll Also Like

650K 3.7K 12
Berisi cerita pendek dengan tokoh yang berbeda-beda! ⚠️Mature content with a sex, deep kiss, and vulgar words⚠️ ⚠️Setiap cerita bisa membuatmu sange...
286K 14.8K 30
Awal mula mengkisahkan tentang seorang siswi yang meninggal akibat sebuah kecelakaan dan mendapat kehidupan kembali menjadi seorang anak bos Mafia te...
89.8K 1.4K 8
"Papah disini aja temenin Jennie"ucap Jennie tepat di depan bibir Lisa yang terdiam mematung. "Uhh punya menantu agresif banget astaga"ucap Lisa lalu...
823K 61.4K 69
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...