HELLO DONA (Tamat)

By ida_ayu93

56K 5K 308

"Kamu tau, situasi apa yang paling sakit?" Mengelus dagu, menggeleng pelan. "Gak tau." "Mau tau?" Berpikir se... More

aldorado 1
Aldorado 2
Aldorado 3
Aldorado 5
Aldorado 6
poto profil para pemain.
Aldorado 7
Aldorado 8
Aldorado 9
Aldorado 10
Aldorado Extra part
Aldorado 11
Aldorado 12
Aldorado 13
Aldorado 14
Aldorado 15
Aldorado 16
Aldorado 17
Aldorado 18
Aldorado 19
Aldorado 20
Aldorado 21
Aldorado 22
Aldorado 23
Aldorado 24
Aldorado 25
Aldorado 26
Aldorado 27
Aldorado 28
Aldorado 29
Aldorado 30
Aldorado 31
Aldorado 32
Aldorado 33
Aldorado 34
Aldorado 35
Aldorado 36
Aldorado 37
Aldorado 38
Aldorado 39
Aldorado 40
Aldorado 41
Aldorado 42
Aldorado 43
Aldorado 44
Aldorado 45
Aldorado 46
Aldorado 47
Aldorado 48
Aldorado extra part
guys!

Aldorado 4

1.6K 195 11
By ida_ayu93

Hari ke empat masih di minggu kedua.

Ada yang mulai kesel sama Aldo?

Sama thor juga.

Vote ya, karena vote itu ge-ra-tis! Kalian bisa vote saat offline. Kritik dan saran sangat membantu Revisi thor saat ini. Jadi jangan sungkan.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Follow akun author yang tersedia di bio. Follow ya agar authornya lebih semangat dalam berkarya😎

Selamat membaca.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Putus?🍃

Aldo melangkah cepat ketempat Rara yang sempat ia tinggal. Hampir saja ia melupakan sahabat kecilnya itu. Ya, setelah memastikan Dona mendapatkan taksi, Aldo memasuki Caffe tempat di mana Rara berada.

"Lo kemana sih, katanya gak lama?" Protes Rara, pipinya menggembung dengan tangan bersidekap dada.

Aldo duduk dengan napas berburu. Ia meneguk minumannya sebelum menjawab pertanyaan Rara.

"Maaf tadi ada problem sebentar." Ucap Aldo.

Rara mendelik, "Tadi gue mau ketemu Dona. Eh, dia juga ngilang. Apa jangan-jangan sama lo ya?" Tuduh Rara.

Sambil menggaruk tengkuknya Aldo menyengir kuda. "Hehe iya, emang kenapa?"

Rara yang sudah kepalang kesal di buat semakin kesal dengan perkataan Aldo. Rara memukul tangan sahabatnya itu hingga mengaduh.

"kok di pukul sih? Sakit tau!" Protes Aldo

"Rasain! Habisnya lo rese banget. Gue 'kan mau ketemu sama pacar lo itu."

"Emang mau ngapain lo ketemu cewe gue, hm?" Tanya Aldo dengan sebelah alis terangkat.

"Gue mau minta tips biar suara gue bagus kek dia. Gila! Suaranya adem banget. Lo beruntung punya pacar kaya Dona, udah cantik, baik, pinter, bisa nyanyi lagi, sempurna." Puji Rara.

"Haha ... biasa aja kali mujinya, lo juga sempurna." Ucap Aldo balik memuji.

"Ih serius! Pokoknya gue mau ke kafe ini tiap hari biar bisa liat Dona nyanyi! Pasti seru!" Dengan semangat Rara mengangkat kepalan tangannya ke udara.

Aldo mengacak rambut Rara gemas. Wajah Rara yang di penuhi kebahagiaan berangsur surut menatap tingkah Aldo. Saat hendak protes Aldo terlebih dahulu mencelanya.

"Udah sore, yuk pulang," Ajak Aldo. Rara dengan kesal mengangguk. Saat  berbalik, Aldo di kejutkan dengan kehadiran seorang laki-laki berpakaian formal di belakangnya. Laki-laki yang tak lain adalah Rangga teman duet Dona tadi, Aldo yakin itu.

Rara yang berada di belakang Aldo memekik tertahan. Visual laki-laki di depannya ini memang tidak bisa di ragukan. Aldo menatap tajam Rangga yang juga menatapnya tak kalah tajam.

"Saya tidak tau masalah kalian apa. Tapi sebagai atasan, saya tidak terima saat bawahan saya di bawa pergi dengan perlakuan kasar." Seru Rangga penuh intimidasi.

Rara menatap Aldo dan Rangga bergantian. Dahinya menyernyit, sebenarnya apa terjadi di antara mereka berdua?

"Bukan urusan lo!" Sentak Aldo langsung menarik tangan Rara lalu pergi setelah menyimpan uang seratus riduan di atas meja.

Gubrak!

"Akh," ringis seorang gadis yang baru saja terjatuh dari motor. Gadis itu melepas helmnya, membiarkan rambut yang ia gerai berantakan.

"Aduh tangan gue." Keluh gadis itu saat melihat tangannya terluka.

"Sorry gue gak sengaja."

Suara berat itu berhasil mengalihkan perhatiaannya. Gadis itu mendongak menatap seorang laki-laki dengan kemeja putih dan celana hitam di depannya. Jika di lihat-lihat mungkin dia juga seorang maba, sama sepertinya. Bedanya dia memakai rok, sedangkan laki-laki di depannya ini memakai celana. Ya kali pakai rok ada-ada aja. Ok abaikan omongan unfaedah itu. Back to topik.

"Biar gue bantu." Sambung laki-laki itu sambil mengulurkan tangan.

Gadis itu menatap lengan yang berada di depannya. Mendongak menatap wajah rupawan laki-laki itu lalu kembali turun kebawah sambil menimbang. Tidak lama kemudian, ia menerima uluran tangan laki-laki itu meski sedikit ragu.

"Aduh," gadis itu kembali meringis. Selain tangannya yang terluka, sepertinya kakinya juga terkilir. Gadis itu terus mengaduh kecil sambil memegangi kaki kirinya.

Laki-laki itu menuntun gadis yang tidak sengaja ia tabrak ke pinggir jalan lalu mendudukannya.

"Kaki lo terkilir, biar gue pijat ya." Ucap laki-laki itu sambil mengangkat kaki gadis yang ia tabrak tadi.

"Eh, gak usah, gak papa kok," tolak gadis secara halus. Ia menepis pelan tangan laki-laki itu dari kakiknya.

"Gak papa santai aja. Biar gue pijat, bahaya kalau di biarin, bisa bengkak." Keukeuh laki-laki itu. Gadis itu tidak lagi melawan, ia terus memperhatikan wajah laki-laki yang tengah sibuk dengan kakiknya itu.

"Ah ... aduh, sakit! Aduh duh duh duh pelan-pelan ish, aduh sakit bunda huaaaa ...!" Teriakan gadis itu semakin kencang saat laki-laki itu menekan syaraf kakinya.

Dalam tekanan terakhir, laki laki itu sedikit terkekeh kecil. Raut wajah perempuan ini sedikit menghuburnya. Meskipun begitu, ia juga merasa bersalah.

"Gimana, Udah enakan?" Tanya laki-laki itu.

Gadis itu perlahan membuka matanya. Di pandangnya sang kaki kiri yang ia gerakan. Senyumnya mengembang. Gadis itu berdiri lalu melangkahkan kakinya tak tentu arah, sesekali ia memutarnya.

"Pijatan lo mujarab, Kayaknya lo berbakat jadi tukang pijat." Puji Gadis itu dengan senyum mengembang.

Laki-laki itu mendengus, "gue gak minat." Ucapnya setengah kesal.

"Haha ... gue bercanda, btw makasih dan ... maaf gue jadi ngerepotin lo." Ucap gadis itu.

"Gak masalah Harusnya gue yang minta maaf, gue gak tau di depan ada motor lo, jadi nabrak deh." Ucap laki-laki itu.

Gadis itu mengangguk, "Kayaknya gue harus pergi. Bentar lagi ospek takut telat."

"Lo kuliah?"

Gadis itu kembali mengangguk, "iya."

"Dimana?"

"Universitas Bakti Negara," jawab Gadis itu sambil mendirikan motornya.

Laki-laki itu mengangguk. "Gue juga kuliah disana."

Gadis yang sedang memasang helm itu melirik sekilas. "Oh ya?"

"Iya, kayaknya kita bakal sering ketemu." Seru laki-laki itu terus memandangi gadis yang sedang menyalakan mesin motor di depannya.

"Gue Aldo, jurusan menejemen." Ucap laki-laki bernama Aldo itu mengenalkan diri.

Gadis yang siap menjalankan motornya itu menoleh, lalu tersenyum tipis.

"Dona, akuntansi," ucap Dona singkat. Motor itu mulai berjalan, namun sebelum menghilang, Aldo mendengar sebuah teriakan yang membuat senyumnya mengembang.

"TAKE CERE ALDO AND SEE YOU TO KAMPUS."

Aldo menggeleng kecil lalu kembali ke mobil dan menjalankannya menuju kampus.

"Cantik," lirih Aldo sambil terkekeh.

-

Dona tersenyum saat mengingat pertama kali mereka berkenalan Dua tahun yang lalu. Sudah tiga hari ini Aldo maupun Dona tidak saling berkirim pesan. Hal itu membuat Dona tersenyum kecut. Masa lalunya terlalu indah di bandingkan sekarang.

Dona menatap nanar hendphonenya. Berharap Aldo menghubunginya. Tapi nihil, yang ada hanyalah sms operator atau nggak tagihan kartu atm yang belum sempet di isi.

"Dona," panggil Audy.

Dona menoleh, "iya."

"Tiga hari lo murung na, gak makan kurang tidur, mau sampai kapan lo kaya gini? Sampai Aldo bujuk lo? Jangan terlalu berharap, dia lebih milih jalan sama Rara dari pada merhatiin lo." Ucap Audy.

Semenjak kejadian itu Audy sering memergoki Aldo dan Rara jalan bersama. Sebenarnya Audy marah. Bisa-bisanya Aldo bersama perempuan lain tanpa peduli perasaan sahabatnya.

"Gue lagi mikir dy," Dona menatap Auy lekat. "Apa gue mending mundur aja?"

Audy tersenyum, "itu adalah pilihan yang tepat na. Dua tahun kalian pacaran, hampir dua tahun juga lo di abaikan. Cukup dua tahun lo bersabar, cukup dua tahun hati lo terluka. Kini, giliran lo untuk bahagia. Gue dukung dan akan selalu dukung apapun keputusan lo. Termasuk saat lo memilih untuk bertahan. Tapi gue gak janji kalau Aldo akan aman." Ucap Audy panjang lebar.

"Kenapa?"

"Tangan gue udah gatel pengan nonjok muka dia."

Dona tertawa menanggapi ucapan Audy. Ia mengangguk lalu tersenyum. "Makasih."

"Sama-sama, udah sekarang lo makan. Gue eneg liat badan lo yang kaya kekurangan gizi itu." Ucap Audy sambil meletakan makanan yang di bawanya.

"Iya-iya, nih, gue makan." Ucap Dona sambil terkekeh.

"Na, lo mau gak jadi pacar gue?" Ucap Aldo tiba-tiba.

Memang, setelah insiden tabrakan itu Aldo dan Dona sering jalan bersama, sudah terhitung dua bulan dari kejadian naas yang berakhir dengan kedekatan keduanya.

Kini mereka sedang berada di taman dekat kampus. Tempat di mana Aldo menyatakan cintanya pada Dona.

"Hah?"

Sekelibat Aldo mengingat saat dulu ia meminta Dona sebagai kekasihnya. Tidak mudah sebenarnya, karna Dona bukan mereka yang mudah baper. Sipat Dona sebelas dua belas dengan Rara, itu yang membuat Dona unik di matanya.

Ternyata benar apa kata orang orang. Perempuan itu ibarat bunga yang membeku, seperti musim semi yang sembunyi pada dinginnya musim salju. Cuek dan dingin, butuh waktu hingga es itu mencair, dan Aldo sudah membuktikannya. Kini ia mendapatkan kehangatan dan ketulusan cinta dari Dona. Dona sabar dan selalu mengerti akan dirinya selama ini. Dua tahun sudah hubungannya dengan Dona, meski satu setengah tahun terakhir, saat Rara datang dan menyita banyak waktu Aldo, Dona paham akan posisinya sebagai sahabat. Aldo pikir Dona akan fine-fine aja, tapi ia tidak tau apa yang di rasakan Dona saat dirinya bersama dengan Rara.

"Dona ini Rara sahabat aku."

Dona yang awalnya bingung dengan kehadiran wanita asing di samping Aldo pun tersenyum.

"Hi gue Rara, sahabat Aldo." Ucap gadis di samping Aldo sambil tersenyum.

"Dona, pacar Aldo." Ucap Dona memperkenalkan diri.

"Aku harap kamu gak salah paham sama kedekatan kita. Aku sama Rara itu udah sahabatan dari kecil. Gak papa kan." Ucap Aldo hati hati.

Dona tertawa, tawa yang selalu membuat Aldo terpesona. "Santai aja, aku tau kok sahabat kecil memang gak bisa di pisahkan." Ucap Dona santai membuat Aldo tersenyum lebar.

-

"Do ... Aldo, hey kok ngelamun sih?" Ucap Rara menepuk pipi Aldo.

"Eh apa Ra?" Tanya Aldo setengah sadar.

Rara mengerucutkan bibirnya. Ia bangun setelah puas tiduran di paha Aldo.

"Pasti lagi mikirin Dona, iya kan?" Tuduh Rara.

Aldo menggeleng lalu mengangguk terus menggeleng lagi.

Rara menghela napas lelah. Sebenarnya ia merasa sedikit bersalah, karna dirinya hubungan antara Aldo dan Dona merenggang. Tapi ia juga ingin Aldo terus memprioritaskan dirinya lebih dari yang lain.

"Udah tiga hari ini lo gak ngabarin Dona, emang gak papa?" Tanya Rara mulai khawatir.

"Dia pasti ngerti, lo tenang aja." Ucap Aldo menenangkan.

"Sorry gara-gara gue hubungan lo sama Dona jadi renggang. Sorry gue udah egois untuk terus sama lo." Lirih Rara dengan kepala menunduk. Pandangannya berkabut.

"Hey," Aldo menepuk bahu Rara lembut. "Ini bukan salah lo, hubungan gue sama Dona sama sekali nggak ada sangkut pautnya sama lo. Lo tenang ok, jangan sedih, lo jelek kalau kalau." Ucap Aldo lembut.

Rara tersenyum, "makasih karna lo selalu memprioritasin gue. Makasih do, gua sayang sama lo."

"Gue juga, tetep jadi Rara nya Aldo ya." Ucap Aldo menangkup kedua pipi Rara.

Lambat laun wajah mereka perlahan mendekat. Tepat saat kedua bibir mereka hendak bertemu, suara decitan pintu terdengar di susul dengan sosok perempuan yang menatap tidak percaya keduanya.

"Sorry, kayaknya gue ganggu." Ucap Dona lalu pergi meninggalkan mereka yang masih terkejut.

Iya, perempuan itu adalah Dona. Dona memang mendengar sebagian pembicaraan mereka. Niatnya untuk bertemu sang kekasih malah berakhir dengan pemandangan menyayat hati di depannya.

"Kejar do! Kejar!" Ucap Rara menyadarkan Aldo dari keterkejutannya. Aldo langsung mengejar Dona. Rara menatap kepergian Aldo dengan pandangan bersalah.

"Apa yang gue lakuin tadi." Ucap Rara pada dirinya sendiri.

Dona terus berlari tak tentu arah. Air matanya sudah mengalir saat dia berbalik tadi. Kecewa, kesal, marah, bercampur menjadi satu. Dona menghiraukan berbagai macam pasang mata yang menatapnya aneh, iba, atau apalah itu Dona tidak peduli. Ia juga mengabaikan seseorang yang mengejarnya sambil berteriak.

Lari Dona yang cepat membuat Aldo sedikit kewalahan untuk mengejar. Meskipun begitu, Aldo tetap berhasil mencengkal tangan Dona. Tapi, tanpa Aldo sangka, Dona menepis tangan Aldo kasar.

"Na, plis gue bisa jelasin." Ucap Aldo kembali menahan tangan Dona.

Dona kembali menepis tangan Aldo lalu menatapnya tajam.

"Aku mau kita putus!"

Tbc

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Continue Reading

You'll Also Like

157K 8.1K 33
Renalzy, remaja yang bertransmigrasi kedalam novel yang berperan sebagai antagonis. ||Brothership ⚠️Not bxb⚠️
229K 10.2K 32
Hallowwwwww semuanyaaaa jadi ini cerita pertama ku dan dari pikiran ku langsung yaa ,mungkin kalo ada persamaan mohon dimaafkan yaaaaa Start : 26 M...
2.7M 100K 50
Gema Alam, Dosen tampan yang baru saja mengalami perpindahan mengajar di universitas Airlangga. Semangat dan kenyamanan dia mengajar menjadi sumber u...
822K 61.4K 69
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...