[9] He Got That Boyish Look That I Like In A Man

Start from the beginning
                                    

Bibir yang tersenyum, pipi yang lebih besar di satu bagian karena menyimpan permen kaki, lalu menggantung gagang permen di pinggir bibirnya hingga gigi kelincinya sering terlihat.

"Kak? Kenapa, Kak?" tanya Zyakiel bingung karena tiba-tiba saja ujung jari telunjuk Zahera menyentuh pipinya.

Zahera mengedipkan matanya berkali-kali, baru sadar dengan apa yang barusan ia lakukan. Terlalu fokus menatap Zyakiel sembari menghayal menyentuh pipi cowok itu sampai membuat Zahera tidak sadar bahwa dirinya benar-benar menyentuh pipi Zyakiel. "Ah, maaf, maaf, gue nggak sengaja. Gue cuma penasaran aja pipi lo kayak sariawan gede sebelah." Zahera berusaha tersenyum, memastikan kebohongannya tidak terlihat.

Zyakiel mengelus pipi yang tadi disentuh Zahera, lalu ia mencabut permen kaki. "Kakak, juga kalau ngemut permen kaki jadi gede sebelah pipinya," tuturnya, dengan polosnya mempercayai perkataan Zahera dan bahkan tersenyum.

Pupil mata Zahera membesar. Ia akui dirinya sendiri pun sering sekali mengumbar senyum, tetapi itu hanya senyuman palsu untuk basa-basi. Sedangkan Zyakiel berbeda. Setiap senyuman yang terlukis dari bibir Zyakiel selalu terlihat tulus, indah, dan bagaikan sihir yang membuat siapapun akan ikut tersenyum ketika melihatnya. Seperti yang terjadi pada Zahera saat ini.

"Berisik banget sih!" pekik Nirail, cukup terganggu karena omelan Orion, Sagatara, dan Malviro kepada Ricale tak kunjung selesai. Tidak perduli seberapa banyak apa Ricale meminta maaf, ketiga cowok itu tetap menyudutkan junior mereka itu.

Dan suara Nirail yang melengking berhasil membungkam ketiga cowok itu bersamaan, Ricale pun jadi tertunduk semakin takut.

"Cale, lain kali lo kalau mau bikin dosa nggak udah ajak-ajak orang," kata Nirail, menatap tajam Ricale.

Ricale hanya bisa menurunkan bahu. Kenapa tiba-tiba ia jadi dimarahi lagi? Kali ini ia tidak bisa membantah seperti sebelumnya. "Iya." Tanpa sadar ia menyahut.

"Kiel juga jangan mau kalau diajakin melakukan sesuatu yang salah." Giliran Zyakiel yang mendapat tatapan tajam Nirail.

"Iya, lain kali nggak gitu. Maaf, Kak," sahut Zyakiel pasrah, sama sekali tidak bingung dirinya kena omelan.

"Terus lo bertiga berisik tau nggak? Cale juga udah minta maaf harusnya nggak usah dibacotin lagi!" Nirail menatap bergilir Orion, Sagatara, dan Malviro yang tertunduk patuh.

Zahera mendekatkan dirinya ke Zyakiel hingga bahu mereka bersentuhan. Zahera memajukan kepalanya ke samping tanpa menatap Zyakiel. "Bunda kalau marah emang serem," bisiknya di telinga cowok itu.

Zyakiel menoleh, sekilas ia melirik bahu mereka yang masih bersentuhan. Terlalu dekat, bahkan Zyakiel bisa mencium aroma shampo kakak kelasnya itu. "Bunda?" tanyanya, menatap wajah bagian samping Zahera.

"Di circle kita, Nira kayak bunda bagi kita. Nggak ada yang berani sama dia, nanti kualat," bisik Zahera lagi, mendekatkan kepalanya di telinga Zyakiel tanpa memindahkan pandangan ke arah Nirail yang masih mengomeli ketiga cowok kelas 12 itu.

Zyakiel ikut menatap ke arah Nirail, lalu ia tertawa kecil.

Zahera melirik Zyakiel, tersenyum melihat cowok itu tertawa kecil. "Gue juga sering diomelin," adunya, masih berbisik.

"Emang kenapa, Kak?" tanya Zyakiel, penasaran.

"Karena gue anak nakal," jawab Zahera, tersenyum.

Zyakiel kembali tertawa pelan supaya Nirail tidak mendengarnya.

Zahera baru mengetahui jika membicarakan hal remeh seperti ini ternyata sangat menyenangkan. Terutama ketika mendapat respons yang antusias seperti yang dilakukan oleh Zyakiel.

Bahu yang yang ingin Zahera terus sandarkan ke bahu cowok itu harus rela dijauhkan ketika tiba-tiba saja Ricale yang selesai dinasehati oleh Nirail mengajak Zyakiel untuk pulang bersama, lebih tepatnya menumpang dan Zyakiel mengantarnya pulang karena tidak bawa kendaraan. Zyakiel pun berdiri dari duduknya dan Zahera kehilangan sandaran. Suhu hangat yang Zahera rasakan ketika bersentuhan menjadi dingin.

"Kak, saya duluan, ya," pamit Zyakiel kepada Zahera dengan posisi berdiri.

Aneh, Zahera tidak rela membiarkan cowok itu meninggalkannya. Namun, cowok itu menunggu diberikan izin.

"Iya, hati-hati." Zahera tersenyum sembari melambaikan tangan.

Pada akhirnya Zahera berusaha mengontrol dirinya yang tidak seperti biasanya. Melepaskan keegoisannya, dan menjadi Zahera yang anggun serta tidak mengharapkan kebersamaan dengan laki-laki mana pun.

Ah, jadi seperti ini rasanya berbohong kepada diri sendiri.

🎈TO MY FIRST LOVE🎈


Gimana chapter ini?

Jangan lupa vote dan spam komen

@palupiii07

@kieliel_d

@zahera_syanala

Makasih💕

First Girlfriend To BrondongWhere stories live. Discover now