[5] I Think He Knows His Footprints On The Sidewalk

9.5K 2.5K 388
                                    

Di atas meja tersaji banyak makanan khas korea yang memiliki cita rasa tinggi. Beberapa pelayan bolak-balik ke meja. Terjadi obrolan basa-basi oleh pelayan dan pengunjung. Kemudian, pelayan pergi meninggalkan meja, tidak menyisakan suara, kecuali suara di sekitar. Kebetulan karena hari ini malam minggu, banyak pengunjung yang mendatangi restoran khas korea ini. Hingga bangku-bangku yang tersedia sudah penuh ditempati. Kebanyakan dari pengunjung adalah sepasang kekasih yang selesai berkencan.

Cowok itu mengernyitkan kening, menatap bingung cewek yang duduk berhadapan dengannya. Padahal sebelumnya cewek itu baik-baik saja ketika diajak menonton film dan berbelanja pakaian. Bahkan cewek itu begitu bersemangat ketika menyuarakan pendapat untuk makan malam di restoran khas korea. Namun, sekarang cewek itu hanya diam dengan sorot mata kosong, mengabaikan makanan yang sudah tersedia di meja depannya.

"Nal, are you okey?" tanya cowok itu, Gelan.

Zahera yang melamun tersadar ketika namanya dipanggil. Ia kedipkan kedua mata dan mengamati sekeliling, baru sadar bahwa ternyata sejak tadi ia sudah ada di restoran khas korea seperti yang ia inginkan sebelumnya.

"Lo dari tadi ngelamun. Nggak enak badan? Atau ada sesuatu yang lo pikirin?" tanya Gelan lagi, memastikan keadaan cewek itu.

Zahera tersenyum manis, kembali menjadi Zahera yang seperti biasanya. "Gue nggak papa. Tadi cuma lagi ngamatin cewek cantik aja. Lo tau? Walaupun gue cewek, tapi gue suka liatin cewek cantik," ujarnya, lembut dan memainkan ekspresinya hingga terlihat menarik di mata Gelan.

Lantas Gelan pun tersenyum. "Cewek cantik suka liatin cewek cantik?"

Zahera menatap sushi dengan bola mata berbinar. "I really like sushi!" serunya bersemangat. Menggunakan sumpit, ia mengambil salah satu sushi. "That's not weird, tapi kalau cowok yang lakuin bakal aneh," responsnya untuk pertanyaan Gelan sebelumnya.

"Nggak adil dong, ya?"

Zahera yang sedang mengunyah sushi tanpa membuka bibir dan tidak bersuara mengangkat kedua bahu. "Mungkin karena cewek identik dengan sifat lembut dan sensitif. Sedangkan cowok lebih ke logika dan gagah," jelas Zahera sembari menggerak-gerakkan sumpit seolah ikut berbicara.

Gelan tertawa, gemes dengan tingkah Zahera.

Sebenarnya Zahera berbohong. Alasannya melamun bukan karena melihat cewek cantik, melainkan memikirkan tentang cowok yang menyelamatkannya. Padahal sudah berlalu selama tiga hari, tetapi Zahera belum menemukan cowok itu. Memang Zahera tidak langsung mencari cowok itu, melainkan menggunakan istilah ketidaksengajaan bertemu di sekolah. Bertemu tidak sengaja di sekolah bukan hal yang sulit, anehnya metode bertemu tidak sengaja itu tidak terjadi kepadanya dan si cowok yang menolongnya.

Sekarang Zahera meragukan bahwa cowok itu benar-benar murid kelas 10 di Brawijaya. Bagaimana jika sekolah Brawijaya yang lain? Namun, memangnya ada berapa sekolah yang memiliki nama Brawijaya selain sekolahannya?

Sepertinya mulai besok Zahera harus serius mencari tahu keberadaan cowok itu untuk mengembalikan kaus yang ia pinjam sekaligus balas budi.

"Nal, besok sekolah mau gue anterin?" tawar Gelan, berusaha menarik perhatian Zahera sang pujaan hatinya.

"Nggak usah, gue udah bisa naik mobil sendiri buat ke sekolah," tolak Zahera lembut, tidak lupa mengumbar senyum.

First Girlfriend To BrondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang