[48] If It Doesn't, You Ain't Doin' It Right

5.8K 1.9K 7K
                                    

Setiap masakan yang dimasak oleh Zyakiel tidak pernah gagal. Selalu cocok di lidah Zahera dan akan selalu menjadi makanan favorit Zahera setelahnya. Hingga sering sekali Zahera membayangkan akan betapa menyenangkannya jika bisa memakan masakan Zyakiel setiap hari. Dan satu-satunya cara supaya hal tersebut adalah menikah dengan Zyakiel.

Menikah, ya?

Zahera menurunkan sendok ke piring. Dia melirik Zyakiel yang sedang makan dengan tenang di depannya, fokus dengan makanannya. Di samping Zahera duduk Syakia yang juga sedang makan dengan tenang.

Makan bersama seperti ini memang sudah menjadi rutinitas mereka. Tidak setiap hari. Tetapi mereka selalu menyempatkan makan malam bersama di rumah Zyakiel.

"Kiel, kamu bakal nikahin aku kan nanti?" tanya Zahera tiba-tiba.

Zyakiel meluruskan pandangan ke Zahera dengan wajah melongo. Di detik berikutnya Zyakiel tersedak hingga batuk berulang kali. Buru-buru ia menegak habis air putih di dekatnya.

"K-kak Nala baru aja ngelamar Mas Kiel? U-uwaah...." Syakia terkejut, saking terkejutnya sampai tidak tahu harus bersikap bagaimana selain menatap melongo Zyakiel.

"Aku nggak bermaksud ngelamar, tapi cuma nanya doang," jawab Zahera dengan tenang. "Walaupun kita pacaran belum ada setahun, tapi wajar kalau mikirin hubungan kita ke depannya, kan?" Zahera kembali menatap Zyakiel dari sebelumnya menoleh menatap Syakia.

Zyakiel mengelap bibirnya dengan tissue yang tersedia di tengah meja. Tiba-tiba saja rasa laparnya menghilang dan berganti dengan kebingungan. Oleh karenanya ia terdiam dengan kepala tertunduk, memikirkan perkataan Zahera.

Walaupun mereka baru pacaran belum ada satu tahun, tetap tidak bisa menghindari obrolan perihal masa depan bersama.

"Kiel, aku nanya kayak gitu bukan berarti maksa kamu cepat-cepat nikahin aku. Tentu aja aku mau kuliah dan kerja dulu, mau jadi rich aunty buat keponakan aku nanti. Kamu juga harus kuliah dan kerja. Aku nggak mau menikah sama laki-laki yang nggak punya masa depan. Cuma aku mau tau aja, setelah kamu bisa menggapai masa depan kamu terkait cita-cita kamu, apakah setelahnya aku yang jadi tujuan kamu?" tanya Zahera lagi.

"Tiba-tiba aja Kak Nala bahas soal pernikahan saya jadi merasa bingung dan aneh," ujar Zyakiel gugup.

Zahera sedikit merasa bersalah dengan pertanyaannya yang telah membebani Zyakiel. Pertanyaan itu setengahnya hanya iseng, dan setengah lagi karena ada alasannya tersendiri.

"Maaf aku bikin suasana makan malem jadi aneh. Lupain aja pertanyaan random aku," ujar Zahera, berusaha untuk tidak bersikap egois.

"Nggak, aku nggak keberatan buat ngebahasnya. Ayo kita bahas," tegas Zyakiel.

Zahera tersenyum. "Makanan kamu belum habis. Meja makan juga nggak cocok buat bahas hal-hal kayak gini, kan? Mending kita makan lagi aja. Ada Kia juga di sini, aku nggak mau buat Kia nggak nyaman."

Zyakiel menatap Syakia. "Kia, kamu keberatan nggak kalau Mas sama Kak Nala bahas sesuatu soal pernikahan?" tanyanya lembut.

Syakia menggeleng sembari tersenyum. "Nggak. Malahan aku penasaran. Aku juga mau tau rencana hubungan kalian ke depannya. Semoga aja happy ending!"

"Makasih Kia," ujar Zyakiel, tersenyum. Lalu dia menatap Zahera lagi. "Kia nggak keberatan, Kak."

Zahera menghela napas. Ada kalanya Zyakiel keras kepala dan sulit ditangani seperti saat ini. "Oke."

First Girlfriend To BrondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang