[34] And At Every Table, I'll Save You A Seat, Lover

8.2K 2.3K 3.9K
                                    

Orion menatap datar Nirail yang kini tertidur di sampingnya, saling berhadapan dengannya. Nirail pun menatap datar Orion. Seolah-olah mereka sedang adu tatap dan berusaha untuk jadi pemenangnya.

Semuanya dimulai sekitar lima belas menit yang lalu. Kala itu Orion sedang berbaring di ranjang sembari bermain ponsel. Hingga kemudian pintu kamarnya terbuka. Sekilas Orion melirik si tamu yang datang malam-malam. Melihat Nirail datang ke kamarnya, ia pikir Nirail ingin mengatakan sesuatu kepadanya. Namun, bukannya mengatakan sesuatu, tiba-tiba saja Nirail membaringkan tubuhnya di ranjang. Tentu saja Orion terkejut dan bingung. Dibandingkan bertanya, Orion lebih memilih mengikuti permainan Nirail. Dan ini lah yang terjadi saat ini.

"Nggak ada yang mau lo omongin ke gue?" Orion kalah, berakhir bertanya terlebih dulu.

"Soal apa?" tanya balik Nirail.

"Apa aja."

"Nggak ada."

"Terus kenapa ke sini dan tiba-tiba tiduran di kasur gue?"

"Emang nggak boleh?"

"Nggak."

"Mapi, Tama, Cale, sama Kiel boleh. Kenapa gue nggak boleh?"

"Serius lo mempertanyakan itu, Nira?" Orion agak frustasi mendengar perbandingan yang dikatakan oleh Nirail. Ia yang tidak memiliki energi menghadapi Nirail lebih memilih merentangkan tubuh dan menatap langit-langit kamar.

"Jadi gue beda sama Mapi, Tama, Cale, Kiel?" Nirail tidak mengubah posisinya, tetap menyamping menghadap Orion.

"Beda lah!" Orion memiringkan kepalanya menghadap Nirail.

"Lo deg-deggan karena kita satu ranjang?" Nirail menahan senyum.

Orion tidak menjawab, ia kembali meluruskan pandangan ke atas. Berusaha mengabaikan Nirail, sekaligus menjernihkan pikirannya.

"Masa sesama teman deg-deggan sih?" Nirail meletakkan satu tangannya di dada Orion. "Wah, ternyata lo beneran deg-deggan," ujarnya takjub.

Orion mengeraskan rahangnya, menatap tajam Nirail. "Bisa lo singkirkan tangan lo dari gue?"

Nirail tidak menuruti perintah Orion. Ia justru tersenyum menikmati ekspresi panik Orion. "Nggak mau."

"Nira," panggil Orion tegas.

"Apa lo juga bakal deg-deggan kalau yang nyentuh lo Nala atau Rena? Gue penasaran."

Orion menyingkirkan tangan Nirail. Tidak hanya menyingkirkan, tetapi juga memegang tangan Nirail supaya tidak macam-macam kepadanya. "Lo mabuk?"

Nirail tertawa pelan. "Emang harus mabuk dulu baru nyamperin lo, Ris?"

"Sikap lo aneh." Kening Orion mengernyit, matanya tajam mengamati Nirail, dan tangannya masih menggenggam tangan Nirail.

"Gue nggak aneh. Gue cuma terkadang memiliki hari di mana gue berani melakukan sesuatu yang gue inginkan. Keberanian itu hadir hari ini. Dan ke kamar ini, tidur sama lo adalah keinginan gue."

Orion tidak menanggapi, hanya diam terus mengamati. Kedua pipi Nirail merona, keringat di pelipisnya, dan matanya sayu seperti orang mengantuk. Tidak sampai di situ, bahkan tercium alkohol dari tubuhnya.

First Girlfriend To BrondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang