[39] I'm Insane, But I'm Your Baby

7.1K 2.2K 6.4K
                                    

Perasaan yang aneh dan sulit dimengerti ini membuat Orion memberanikan diri pergi ke rumah sakit. Memeriksa keseluruhan tubuhnya. Barang kali ada suatu penyakit di kepala dan dadanya. Sebab sejak pulang dari liburan di pulau kepalanya terus berputar pada kejadian yang sama sampai sakit kepala. Ketika kejadian yang berulang berputar di dalam kepalanya, dadanya berdenyut nyeri.

Seandainya dalam pemeriksaan menyeluruh mengenai tubuhnya ditemukan suatu penyakit, Orion akan menerima fakta tersebut dan mulai melalukan pengobatan intensif. Namun, faktanya tidak ditemukan apapun dalam tubuhnya.

Ah, atau mungkin ada yang bermain dukun dengannya? Bisa jadi ada yang menjampe-jampe dirinya? Akan lebih masuk akal jika memang seperti itu.

"Sampai kapan lo mau dengerin lagunya Fiend, anjir!" celetuk Malviro, ia berjalan menghampiri, meraih ponsel di atas perut Orion dan mematikan pemutar lagu. Setelah itu duduk di sofa kecil dekat dengan Sagatara.

"Lo juga, Tam. Emang lo nggak muak dengar tuh bocah nyetel lagu yang sama selama tiga jam? Gue pikir setelah gue balik dari warung udah berhenti tuh lagu!" gerutu Malviro. Dia menyalahkan Sagatara yang nampak tenang bermain dengan ponselnya.

"Lagunya enak," sahut Sagatara.

"Kayak ngerti aja lo bahasa korea!" sungut Malviro.

"Nggak harus ngerti, yang penting enak didengar."

"Bodo amat! Muak gue dengar lagu girlband itu mulu!"

"Gue kangen sama Alara," ujar Orion tiba-tiba. Pandangannya yang kosong menatap ke atas.

Mereka bertiga sedang bersama di ruang tamu Orion, sekadar bermain dan mengobrol. Yang tanpa sadar waktu pun sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Namun tidak ada satu pun dari mereka yang berinisiatif mengakhiri kebersamaan. Sekalipun yang mereka lakukan hanya melakukan aktifitas sendiri-sendiri, mereka tetap menikmatinya.

"Makanya lo dari tadi dengerin lagu dia mulu?" tanya Malviro.

Orion memiringkan kepala ke samping menatap Malviro. "Map, menurut lo gue ada kesempatan sama Alara?"

Malviro menghela napas, ia sandarkan belakang punggungnya pada senderan sofa yang empuk. "Realistis aja, Alara idol terkenal di Korea. Lo tau sendiri kalau idol nggak boleh pacaran dan cuma fokus sama karirnya aja. Lagian juga Alara pernah nolak lo dengan bilang jangan berharap lebih sama dia, kan?"

"Tapi bisa aja kalau gue nunggu dia, dia bakal luluh. Idol juga manusia biasa. Selain sebagai idol, dia juga seorang gadis yang suatu hari bakal menikah. Kalau gue bersabar nunggu dia meraih impiannya, bisa aja gue bakal jadi impian selanjutnya," ujar Orion.

"Ris, perasaan lo ke Alara tetap sama?" tanya Sagatara. Pertanyaan tersebut mengundang tatapan yang kompak dari Malviro dan Orion yang langsung tertuju kepadanya.

Sagatara melirik Malviro dan Orion bergantian. "Nggak penting lo bisa menunggu Alara seberapa lama. Yang penting adalah apakah perasaan lo ke Alara tetap sama?" Sagatara memperjelas pertanyaannya.

Malviro tersenyum melihat raut bingung di wajah Orion. "Gue juga penasaran. Perasaan lo ke Alara masih sama nggak, Ris?"

"Alara cinta pertama gue."

"Terus kenapa kalau cinta pertama? Pemenangnya tetap cinta terakhir, Ris," sanggah Malviro.

Orion meluruskan pandangan ke atas, lalu memejamkan matanya. Dalam kegelapan ia melihat sosok gadis berambut panjang dan berponi, mengenakan dress pendek yang pernah ia lihat di TV saat sedang tampil dengan girlband nya. Gadis itu, Alara, bernyanyi sembari tersenyum dan menunjuk dirinya. Kemudian sosok Alara menghilang. Pandangannya kembali di lahap oleh kegelapan. Setelah itu muncul cahaya yang tiba-tiba saja menghadirkan gadis lain, Nirail. Menatap lurus ke arahnya sembari tersenyum. Di antara kegelapan, Nirail melangkah menghampirinya, meraih kedua tangannya, lalu memeluknya. Pelukan yang tidak pernah menjadi nyata karena semuanya hanya ilusi.

First Girlfriend To BrondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang