[12] He got my heartbeat skipping down 16th Avenue

8.2K 2.3K 568
                                    

Walaupun orang-orang bilang sinar matahari pagi menyehatkan, Zahera tetap tidak menyukainya dan bahkan menganggap sinar matahari hanya perusak kerja kerasnya yang sebelum berangkat sekolah sudah memakai serangkaian skincare. Sinar matahari pagi juga membuatnya merasa haus, yang sayangnya ia tidak memiliki persediaan air minum. Merepotkan jika harus membawa botol minum ke sekolah, lebih baik membelinya di kantin.

"Kaki gue pegel." Ini adalah keluhannya untuk kesekian kali, dengan satu kaki terus bergerak dan satu kaki lagi menjadi penopang tunggal tubuhnya.

Sejak beberapa menit lalu, Zahera sama sekali tidak mengubah posisinya. Berdiri menghadap pagar sekolah yang tertutup rapat dan di depan pagar, di dalam sekolah, berdiri satu satpam yang membelakanginya.

Sial sekali, padahal ia hanya telat satu menit. Namun, tetap tidak diperbolehkan masuk. Meskipun begitu, Zahera tidak benar-benar merasa kesal karena tidak diperbolehkan masuk. Dengan dirinya yang berdiri di depan pagar sekolah, ia jadi tidak harus mengikuti upacara bendera.

"Ikut upacara bendera atau nggak, gue sama-sama berdiri. Capek!" Padahal beberapa saat lalu ia bersyukur tidak ikut upacara, tetapi langsung menghilangkan perasaan bersyukurnya setelah menyadari dirinya berdiri di depan pagar sekolah seolah sedang mengikuti upacara bendera dari jauh. Sebenarnya bisa saja ia duduk, tetapi ia tidak ingin mengambil resiko rok atau barang-barangnya yang lain kotor.

"Makanya besok-besok kamu jangan telat." Pak satpam menoleh ke belakang, suaranya yang tegas seperti memperingati, tetapi tatapan matanya justru nampak iba.

Zahera tidak ingin menepis perkataan Pak satpam. Memang salahnya sendiri sampai telat masuk sekolah. Gara-gara ia begadang demi bisa menamatkan series netflix kesukaannya yang baru saja mendapat season baru.

Untung saja kedua orang tuanya dan abangnya sudah meninggalkan rumah pagi-pagi buta karena memiliki urusan penting. Oleh karenanya tidak ada yang tahu bahwa Zahera telat bangun sekolah. Zahera juga sudah meminta pembantu rumah tangganya untuk tidak melaporkan dirinya yang telat bangun. Untuk sekarang aman.

Zahera merogoh saku rok abu-abunya, mengeluarkan ponsel. Ditatap layar ponselnya sembari tersenyum kecil.

"Bisa-bisanya nih orang-orang upacara sambil main hp," gumamnya.

Dari layar ponsel terlihat notifikasi chat dari teman-temannya. Menanyakan perihal keberadaannya dan memastikan apakah Zahera masuk sekolah hari ini atau tidak. Zahera pun menyempatkan diri membalas satu-persatu chat dari teman-temannya.

Dari angin pagi yang sejuk dan cukup ribut hingga sering sekali menerbangkan dedaunan atau mengacak helaian rambut, kini angin pagi membawa aroma parfume yang familiar. Bersamaan dengan aroma parfume yang mendatangkan perasaan nyaman, langkah yang tergesa-gesa semakin dekat, dan sebuah tangan menyentuh pagar sekolah hingga pagar besi itu bergetar.

"Ah, telat!" keluh seseorang di samping Zahera.

Melupakan chat teman-temannya yang belum ia balas semua, Zahera refleks menoleh ke samping. Saat itu lah pandangannya bertemu dengan manik hitam milik Zyakiel.

"Kiel?" Zahera tidak menyangka akan bertemu Zyakiel dalam situasi seperti ini.

"Kak...." Zyakiel berhenti berbicara, terlihat kesulitan dan kebingungan sampai keningnya mengernyit dan tatapan matanya yang intens menatap Zahera seperti berusaha mengingat sesuatu.

Zahera tersenyum menyadari apa yang sedang Zyakiel alami saat ini. "Nala."

"Ya.... Kak Nala...." Zyakiel memalingkan wajah, menatap ke depan dengan kepala agak menunduk. Tidak enak hati.

First Girlfriend To BrondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang