[24] Please Don't Be In Love With Someone Else

7.4K 2.3K 663
                                    

Tumben sekali Zyakiel yang biasanya selalu ingin pulang paling akhir terlihat buru-buru membereskan barang-barang miliknya. Dari pandangan Rubyiana, Zyakiel terlihat cemas dan Ricale yang berdiri menunggu di dekatnya menggodanya hingga kedua telinga Zyakiel memerah.

"Kenapa?" Khalista bertanya kepada Rubyiana karena sejak tadi terus memperhatikan Zyakiel hingga lama membereskan barang-barang di atas meja.

"Kiel tumben banget cepat-cepat pulang," jawab Rubyiana. Masih memperhatikan Zyakiel yang kini berjalan bersama Ricale keluar kelas. Zyakiel sama sekali tidak melihat ke sekitarnya, bahkan tidak sadar sedang diperhatikan. Pandangan Zyakiel lurus ke depan. Hanya Ricale yang melirik sekilas ke arah Rubyiana.

"Iya, sih. Biasanya Kiel selalu tinggal di kelas buat belajar atau biasanya ke perpustakaan." Khalista sependapat dengan Rubyiana. "Mungkin ada urusan kali," tambahnya.

Urusan, ya? Urusan yang membuat Zyakiel terburu-buru meninggalkan kelas dan menenteng cokelat di tangannya. Zyakiel memang penyuka manis. Rubyiana tahu akan hal itu. Namun, sepertinya cokelat yang dibawa oleh Zyakiel tidak diperuntukkan untuk dimakan oleh dirinya sendiri.

"Ayo!" Rubyiana yang sudah selesai membereskan barang-barangnya, menarik Khalista.

Dia ingin buru-buru menyusul Zyakiel. Supaya bisa berpura-pura bertemu di jalan, maka dengan begitu ia akan memiliki waktu mengobrol dengan Zyakiel sampai parkiran motor. Rubyiana juga ingin bertanya mengenai cokelat yang Zyakiel bawa. Cokelat yang baru ia lihat keberadaannya setelah selesai jam istirahat. Sepertinya Zyakiel membelinya sewaktu istirahat, bukan cokelat yang dibawa dari rumah.

"Iya, iya. Noh gebetan lo," ujar Khalista malas. Dagunya terangkat menunjuk Zyakiel dan Ricale yang berjalan lima langkah di depannya.

Rubyiana tersenyum, menatap belakang punggungnya diam-diam tanpa tahu bagaimana ekspresinya. Hal seremeh itu sudah membuat Rubyiana senang. Dia memutuskan untuk tidak ingin menjadi manusia serakah yang menginginkan banyak hal. Menahan diri untuk tidak berusaha menggapai apa yang ingin digapainya.

"Kiel nggak turun ke bawah?" tanya Rubyiana dengan kening mengernyit.

Lantai kelas 10 ada di lantai empat. Yang di mana jika ingin ke lantai dasar akan melewati lantai tiga dan dua. Ketika sudah ada di lantai dua, Zyakiel tidak lagi menuruni anak tangga, melainkan belok ke arah sebaliknya dari keberadaan anak tangga.

"Mungkin mau nyamper teman-temannya dia di kelas 12 kali," sahut Khalista sekadar berpikir apa adanya.

Rubyiana mengangguk setuju. Benar juga, mungkin memang seperti itu adanya. Bagaimana pun teman-teman Zyakiel kebanyakan anak kelas 12. Dengan berat hati Rubyiana memutuskan menuruni anak tangga ke lantai dasar, tidak mengikuti jejak Zyakiel lagi.

"Nggak lo ikutin Kiel nya?"

"Buat apa gue ikutin? Nanti dia pasti curiga!" jawab Rubyiana sedikit ngegas.

"Ke kantin dulu aja yuk. Palingan nanti Kiel ke kantin." Khalista menarik tangan Rubyiana untuk belok ke lorong menuju kantin.

"Nanti gimana kalau Kiel nggak ke kantin terus pulang duluan?"

"Semoga aja nggak. Udah lagian ke kantin bentar beli minum, abis itu kita tunggu di taman arah mau ke gerbang."

Rubyiana merasa ragu, tidak mau sampai kehilangan jejak Zyakiel. Namun, Khalista menariknya dan ia tidak bisa menolak. Di kantin lumayan ramai beberapa murid yang nongkrong. Khalista membeli minum dan cemilan. Sedangkan Rubyiana yang gusar takut Zyakiel sudah pulang terlebih dulu hanya diam di belakang Khalista dengan wajah menekuk.

First Girlfriend To BrondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang